Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Memakamkan Balita Suspek Covid-19

11 September 2020   23:31 Diperbarui: 13 September 2020   20:10 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandemi ini nyata, siapa pun bisa kena Covid-19 (ilustrasi: pixabay)

"Lho, Mas ini dibilangin nggak percaya. Mending mampir ke rumahnya Mbak Dewi dulu biar tahu informasinya yang jelas."

"Ya sudah, aku ke Mbak Dewi sekalian ke rumah Pak RT."

Dengan mengambil jalan memutar lewat gang sebelah, aku pun mampir ke rumah Mbak Dewi. Setelah ketemu, kutanyakan kejelasan informasi tentang status si Ita.

"Aku dapat informasi dari orang Puskesmas, Ita ini kan sudah seminggu sakit panas. Diagnosa awalnya tifus. Tapi, sewaktu di rapid test, Ita ternyata reaktif. Sama orang Puskesmas Ita diminta isolasi mandiri di rumahnya. Makanya anaknya yang balita itu dititipkan di rumah ibunya, Mbak Tutik. Dua hari yang lalu anaknya Ita sakit panas, terus dibawa ke bidan. Sayang nggak sempat tertolong hingga tadi pagi meninggal," jelas Mbak Dewi.

"Tapi apa si Ita ini benar-benar positif Covid-19, Mbak?"

"Nah, itu yang masih belum jelas benar dik Himam. Ada yang bilang Ita sudah di-swab dan hasilnya positif. Ada yang bilang status Ita masih suspek, masih dalam pengawasan. Anaknya Ita juga belum tahu apa penyebab sakitnya sampai meninggal dunia. Tapi, untuk jaga-jaga saja dik Himam, sebaiknya warga diingatkan agar hati-hati saat melayat. Harus pakai masker saat melayat dan cuci tangan setelah pulang ke rumah masing-masing."


"Apa tidak sebaiknya kita panggil orang puskesmas saja Mbak Dewi. Biar mereka bisa memberi edukasi langsung pada warga sini?"

"Begitu ya?"

"Iya Mbak. Mereka juga bisa mengingatkan warga untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Sekalian nanti memberitahu pihak keluarga atau warga lain yang ikut membantu mengurus jenazah anaknya Ita."

"Iya dik Himam. Saya telpon orang Puskesmas kalau begitu."

Dari rumah Mbak Dewi, aku lalu singgah ke rumah Pak RT. Untunglah Pak RT masih belum keluar melayat. Di rumahnya, aku lalu menjelaskan informasi dari mbak Dewi perihal status penyakit Ita dan anaknya. Aku juga menyarankan pada Pak RT untuk menyediakan beberapa APD buat keluarga atau warga yang bertugas memandikan jenazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun