Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Klepon Tidak Islami" Itu Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Adam

21 Juli 2020   22:08 Diperbarui: 22 Juli 2020   14:26 4199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus "klepon tidak islami" mengingatkan kita seberapa jauh kebodohan dan penganiayaan informasi yang kita lakukan selama ini (foto: sajiansedap.grid.id)

Pantas saja Belanda dapat dengan mudahnya menjajah bangsa kita selama 350 tahun. Lha wong hanya gara-gara jajanan bernama 'klepon' kita sudah ribut, terpecah belah, saling menghina dan saling menyudutkan satu sama lain.

Sumber Keributan "Klepon Tidak Islami"

Lihat saja sumber keributan tentang 'klepon' ini. Di media sosial, beredar gambar kue klepon yang ditambahi  narasi "Kue klepon tidak Islami. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami..."  serta sebuah signatur bertuliskan "Abu Ikhwan Aziz"

Salah satu sumber yang pertama kali membagikan foto ini kemarin malam adalah akun Erwin Rabbani II (fb.com/ErwinRabbani2) yang mengunggah gambar tersebut pada tanggal 20 Juli 2020, pukul 20:31 WIB dengan narasi "Ya Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-Dron Sejak kapan Makanan Punya Agama?"

Menurut penelusuran akun Facebook Indonesia Hoaxes, klaim "klepon tidak islami' ini tidak memilik dasar yang kuat dan terkesan hanya klaim yang dibuat dengan tujuan untuk memancing keributan di media sosial. Beberapa warganet bahkan melakukan upaya pencarian terhadap nama 'ABU IKHWAN AZIZ" seperti yang tertera di gambar tersebut, namun hasilnya tidak ada.

Foto kue klepon yang digunakan di gambar tersebut, aslinya dalah foto milik Pinot Dita, yang mengunggah foto tersebut di situs flickr.com pada 16 September 2008. Foto tersebut diberi narasi "[Indonesian Food] Klepon - Sweet Rice Balls Stuffed with Coconut Sugar".

Harus diakui, masyarakat Indonesia tergolong bersumbu pendek. Apalagi jika pemantik apinya berbau agama. Masyarakat kita belum memiliki budaya untuk memilih dan memilah informasi yang benar dan tepat.

Kita dengan mudah di adu domba dengan perkara-perkara yang sepele. Kita dengan mudah percaya sebuah kabar tanpa harus susah payah memeriksa asal-usul kebenarannya. Kita dengan mudah membagikan informasi yang tidak jelas tanpa perlu mencari tahu sumber informasi pertamanya.

Penyesatan Informasi Sudah Terjadi Sejak Jaman Nabi Adam

Kalau tidak percaya, lihat saja bagaimana tanggapan pembaca saat membaca judul artikel ini. Sengaja saya beri judul yang 'memancing' dan kontroversial untuk membuktikan bahwa memang benar masyarakat kita belum terbiasa menelusuri informasi yang mereka dapatkan.

"Klepon tidak islami" memang sudah ada sejak zaman Nabi Adam. Namun, yang saya maksud "klepon tidak islami" ini adalah metafora untuk penyesatan informasi.

Ketika Nabi Adam dan Hawa masih tinggal di surga, mereka berdua dengan mudah termakan informasi menyesatkan yang dihembuskan Iblis.

"Hai Adam, maukah aku tunjukkan pohon 'khuldi' (pohon kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaha: 120).

Informasi (dalam bahasa Al Quran disebut bisikan) Iblis ini jelas salah dan menyesatkan. Tak ada namanya pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa, karena yang kekal dan tidak binasa itu hanya Allah semata.

Namun karena mengikuti naluri manusianya yang serba ingin tahu, Nabi Adam dan Hawa akhirnya terperdaya oleh informasi yang salah sekaligus menyesatkan ini. Akibatnya, mereka 'diusir' dari taman surga dan menempati bumi hingga berketurunan sampai saat ini.

Melalui kisah Nabi Adam dan Hawa yang terbujuk oleh informasi menyesatkan dari Iblis, Allah mengingatkan umat manusia bahwa bila kita menerima informasi, kita harus menimbang bahkan menyelidiki dengan seksama informasi yang disampaikan khususnya oleh orang-orang yang tidak terpercaya.

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (QS. Al Hujurat: 6).

Jika dikondisikan dengan jaman sekarang, orang fasik bisa diartikan sebagai akun-akun media sosial yang sengaja dibuat untuk mengadu domba dan memecah belah dengan menyebarkan informasi yang salah lagi menyesatkan.

Perintah untuk Menyampaikan Informasi yang Benar dan Berguna

Padahal,  Allah sudah mengingatkan pada pembawa atau pemberi informasi agar mereka senantiasa menyampaikan informasi yang benar.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan sampaikanlah perkataan yang 'sadid'" (QS. Al Ahzab: 70).

Menurut Qurais Shihab dalam tafsirnya, kata 'sadid' dalam ayat tersebut tidak hanya berarti "benar". Kata ini dalam berbagai bentuknya pada akhirnya bermuara pada makna menghalangi atau membendung (sesuatu yang tidak sesuai) sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna.

Atas dasar makna ini maka para ulama menekankan bahwa semua ucapan, apa pun bentuk dan kandungannya, di samping harus sesuai fakta/kenyataan juga harus dapat menjamin sasarannya atau penerima informasinya agar tidak sampai terjerumus ke dalam kesulitan dan kesesatan. Bila perlu, informasi yang disampaikan itu dapat membuahkan manfaat.

Kasus "klepon tidak islami" seolah semakin meneguhkan status bangsa kita sebagai bangsa yang memiliki tingkat literasi sangat rendah. Hanya untuk memilah dan memilih informasi yang benar saja mayoritas kita masih belum mampu.

Dalam hal informasi, kita tergolong dalam kelompok manusia yang bodoh sekaligus penganiaya. Kebodohan kita tercermin dalam ketidakmampuan kita dalam memilah dan memilih tempat, waktu dan bahan informasi yang tepat guna.

Sedangkan penganiayaannya terlihat antara lain dalam tindakan kita saat menyampaikan informasi tersebut. Tak terhitung banyaknya orang yang entah tahu atau pura-pura tidak tahu, entah sengaja atau pura-pura tidak sengaja, memutarbalikkan fakta, menimbulkan selera rendah, melucukan yang tidak lucu dan tindakan-tindakan lain yang seringnya melanggar norma sosial maupun norma agama.

Entah sudah seberapa jauh kebodohan dan penganiayaan informasi yang kita lakukan selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun