Menyambut Tahun Ajaran Baru, Sudah Siapkah Kelas Online Kita?
Tidak terasa sebentar lagi anak-anak akan mengawali tahun ajaran baru 2020/2021. Biasanya, tahun ajaran baru akan disambut dengan gembira oleh anak-anak setelah hampir satu bulan mereka libur sekolah. Namun, tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pandemi Covid-19 masih merajalela. Pemerintah belum berani membuka sekolah seperti biasa. Beberapa sekolah di daerah zona hijau mungkin diijinkan untuk membuka sekolah, dengan catatan protokol kesehatan wajib ditegakkan dan jam sekolah dikurangi atau dilakukan bergantian.
Meskipun beberapa pihak menyarankan agar pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggeser tahun ajaran baru agar dimulai di bulan Januari 2021, namun pemerintah bersikukuh untuk tetap mengawalinya di pertengahan bulan Juli seperti biasa. Konsekuensinya, pembelajaran masih akan dilakukan secara online.
Harus diakui, sistem pendidikan dan masyarakat kita belum siap sepenuhnya untuk mulai beradaptasi dengan pembelajaran online. Salah satu alasan utamanya adalah kesenjangan digital di negara kita begitu lebar, berbanding lurus dengan kesenjangan ekonomi masyarakat.
Kesenjangan digital tidak hanya berkutat pada infrastruktur digital saja. Baik guru maupun siswa juga memiliki kesenjangan dalam hal literasi digital mereka.Â
Tidak semua guru dan siswa mampu mengoperasikan dengan baik berbagai perangkat digital dan perangkat lunak yang dipakai dalam pembelajaran online.
5 Langkah Menyiapkan Kelas Online
Belajar dari pengalaman dan hasil pembelajaran online yang baru pertama kali kita rasakan sejak Januari hingga pertengahan Juni kemarin, tidak ada salahnya jika kita mengevaluasinya kembali.Â
Apa yang kurang, dan apa yang perlu segera dibenahi agar pembelajaran jarak jauh ini tetap bisa mengakomodir kebutuhan siswa terhadap materi pelajaran.
Supaya pembelajaran online di tahun ajaran baru 2020/2021 nanti tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya, berikut 5 langkah untuk mempersiapkannya.
1. Mempersiapkan Kelas Online
Sama seperti ruang kelas tradisional, guru dan siswa juga harus mempersiapkan ruang kelas virtual sebelum mereka melakukan pembelajaran. Persiapan kelas online untuk kelas dasar berbeda dengan kelas menengah ke atas.
Sebelum tahun ajaran baru dimulai, hendaknya guru bisa mendaftar siapa saja siswa yang belum memiliki gawai, dan atau ketersediaan jaringan internet di rumah mereka.Â
Saat pandemi Covid-19 pertama kali menyerang hingga semua sekolah diliburkan, kita cenderung berasumsi bahwa setiap siswa maupun orangtuanya saat ini memiliki komputer atau laptop dan telepon pintar. Tetapi kita harus ingat bahwa ada rumah tanpa komputer/laptop, ada orangtua yang tidak memiliki telepon pintar.
Seandainya mereka punya, belum tentu tempat tinggal mereka memiliki infrastruktur digital yang memadai. Seandainya ada, belum tentu mereka bisa mengakses internet setiap hari.
Sebelum memulai pembelajaran online pertama kalinya beberapa bulan lalu, sekolah anak saya mendaftar siapa saja siswanya yang tidak memiliki ponsel, atau yang menggunakan ponsel milik orangtuanya. Dengan begitu, guru bisa mengatur metode dan waktu pembelajaran online yang tepat.
Misalnya, bila siswa tidak memiliki ponsel sendiri, guru bisa menjadwalkan kelas online-nya pada sore hari saat orangtua siswa sudah pulang kerja dan berada di rumah masing-masing.
Setelah memastikan ketersediaan perangkat digital untuk para siswa, guru bisa menyampaikan pada orangtua siswa media apa yang akan digunakan untuk pembelajaran online. Untuk kelas dasar, media pembelajaran lebih baik menggunakan grup WhatsApp dulu.
Tanpa bermaksud meremehkan, saya pikir masih banyak siswa sekolah dasar maupun orangtuanya belum bisa dan belum terbiasa menggunakan media belajar online yang sedikit lebih rumit, seperti Google Classroom apalagi melakukan pertemuan virtual lewat aplikasi Zoom atau Google Meet.
Jadi, jangan sampai guru memaksakan media yang menurutnya baik, tapi belum tentu bisa diakses oleh siswa dan orangtuanya.
Berikutnya, guru harus membuat daftar semua hal yang dibutuhkan siswa, mencakup materi pelajaran yang akan disampaikan, alat tulis maupun bahan dan materi pendukung lainnya.Â
Daftar tersebut hendaknya dikirimkan kepada semua orangtua sebelum kelas online dimulai sehingga mereka dapat menyiapkan putra-putrinya dengan baik.
2. Menetapkan Aturan Kelas Online
Sama seperti para guru, para siswa juga tidak akrab dengan konsep kelas online. Karena itu, sebelum memulai, para guru hendaknya dapat membiasakan para siswa dengan aturan-aturan kelas online.
Bila pembelajarannya melalui grup WhatsApp atau Google Classroom, guru dapat menetapkan aturan dan etika obrolan atau komentar yang harus diikuti siswa.Â
Aturan dan etika ini bisa ditulis di info grup dan apabila ada obrolan atau komentar yang melenceng, guru dapat mengingatkan siswanya.
Bila pembelajarannya  melalui pertemuan virtual, guru dapat memberitahu siswa bagaimana cara menggunakan microphone atau kamera hingga etika bertanya tanpa harus mengganggu presentasi yang sedang berlangsung.
3. Mempersingkat Waktu Pembelajaran
Anak-anak mungkin bisa betah menatap layar ponsel berjam-jam ketika mereka bermain gim. Tapi ini tidak berlaku saat mereka harus belajar online. Sama halnya dengan waktu belajar di kelas tradisional, mereka mudah merasa bosan.
Karena itu, waktu pembelajaran online harus lebih singkat dari waktu belajar di kelas tradisional. Sepengalaman saya mengajar dan menyampaikan materi pelatihan online, peserta pembelajaran dapat bertahan dan fokus pada materi paling lama sekitar 1 jam saja.
Agar materi pelajaran dapat disampaikan dengan baik, guru dapat membaginya menjadi beberapa bagian kecil yang disampaikan dalam waktu yang berbeda.
Misalnya, pagi hari menyampaikan materi sub tema 1 selama satu jam kemudian istirahat. Selang dua jam berikutnya mulai belajar sub tema 2 atau melanjutkan materi sebelumnya bila belum selesai.
Guru juga dapat menggunakan sesi belajar pertama dengan mengirim materi pelajaran, baik itu berupa teks, gambar, rekaman suara hingga video, kemudian di sesi belajar berikutnya diisi dengan tanya jawab.
Dengan membagi materi pelajaran menjadi potongan-potongan konten belajar yang lebih kecil, guru dapat mengelolanya lebih baik dan membantu menjaga siswa agar tetap terlibat dan merasa antusias dengan pengalaman belajar online mereka.
4. Melibatkan Siswa Dalam Pembelajaran Online
Dari pembelajaran online yang diikuti dua anak saya (satu di SD dan satunya di SMP), saya mengamati kelas online praktis berlangsung satu arah. Guru hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran dan memberi tugas untuk dikerjakan. Selesai sudah.
Tidak banyak dan mungkin malah jarang sekali siswa terlibat aktif di kelas online mereka. Sepinya aktivitas kelas online dan terlalu sedikitnya siswa yang terlibat lebih banyak disebabkan guru tidak dapat memancing keterlibatan siswanya.
Dalam upaya membuat siswa lebih terlibat, penting bagi guru untuk mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin kepada siswanya. Alih-alih hanya membaca atau menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, pertanyaan memungkinkan pelajaran menjadi lebih interaktif dan karenanya membuat siswa terlibat.
Guru dapat mengajukan pertanyaan 5W 1H terkait dengan pelajaran - Apa, Siapa, Mengapa, Di mana, Kapan dan Bagaimana.
Cara lain yang dapat membuat siswa lebih aktif dan terlibat di kelas online adalah dengan membuat sistem reward atau memberi penghargaan. Hadiah seperti umpan balik positif, poin virtual, atau lencana bisa sangat membantu dalam memperkuat pembelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat lebih baik di kelas.
5. Membangun Ikatan Emosional dengan Siswa
Karena tidak dapat bertemu dan melakukan kontak fisik secara langsung, sulit bagi guru dan siswa untuk dapat saling membangun ikatan emosional satu dengan lainnya.Â
Bagi siswa, ini lebih banyak disebabkan mereka merasa tidak terlihat oleh gurunya dan percaya bahwa mereka tidak memiliki peran atau masukan yang berharga saat pembelajaran online.
Namun, bukan berarti ikatan emosional antara guru dan siswa tidak dapat dibangun selama pembelajaran online. Guru hendaknya  dapat mengenal setiap siswanya dengan cara menelpon atau melakukan video call di luar jam belajar untuk membantu siswa tetap termotivasi dan merasa diperhatikan.
Penutup
Bagi banyak siswa dan juga bagi guru, adaptasi dari ruang kelas tradisional ke ruang pertemuan virtual untuk belajar tidaklah mudah. Proses belajar mengajar secara online memang tidak membutuhkan banyak waktu sebagaimana kelas tradisional. Justru karena tidak butuh banyak waktu, komitmen dan dedikasi yang kuat sangat diperlukan.
Kelas online membutuhkan lebih banyak pekerjaan, lebih banyak perhatian, dan lebih banyak komitmen daripada kelas tatap muka. Bagi guru, mereka harus mempersiapkan materi dan memikirkan apakah materi itu bisa sepenuhnya dipahami siswa tanpa harus mereka dampingi secara langsung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI