Sejak penemuan teknik press Belanda yang dikembangkan van Houten, yang kemudian disempurnakan oleh Fry agar bisa mencetak cokelat batangan, konsumsi cokelat semakin meningkat di kalangan masyarakat secara keseluruhan. Sekalipun begitu, cokelat tetap harus digenderkan untuk wanita baik dalam hal konsumsi maupun iklannya.
Hal ini tak lepas dari reputasi cokelat sebagai produk afrodisiak, yakni produk yang bisa meningkatkan gairah seksual. Cokelat diketahui mengandung phenylethylamine yang membantu pengeluaran hormon endorfin. Mengonsumsi cokelat memberikan efek nyaman dan rasa senang.
Jika cokelat lebih banyak dikonsumsi wanita, bagaimana caranya agar cokelat juga dapat dipasarkan pada pria? Cadbury dengan cerdas dan jeli melihat peluang ini.
Pada tahun 1861, perusahaan Cadbury (kali ini dijalankan oleh Richard dan George Cadbury, keduanya putra John Cadbury) menciptakan Fancy Boxes - kotak cokelat yang didekorasi. Kotak ini dihiasi dengan lukisan putri John Cadbury yang memegang anak kucing.
Pada 1868, Cadbury memasarkan cokelat dalam kemasan kotak berbentuk hati. Pemasaran mereka dilakukan bertepatan dengan perayaan Valentine.
Sejalan dengan strategi pemasaran Cadbury ini, cokelat akhirnya dianggap melambangkan peran cinta dan kasih sayang. Bagi seorang pria yang ingin mengungkapkan cinta dan rasa sayangnya pada pasangannya, dia akan membeli cokelat dalam kotak-kotak berbentuk hati yang mewah ini.
Nah, sekarang sudah tahu kan dari mana datangnya kelezatan cokelat, dan apa hubungannya cokelat itu dengan perayaan Valentine yang melambangkan kasih sayang dan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H