Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Bisakah Thermal Scanner Mendeteksi Individu yang Terinfeksi Virus Corona?

26 Januari 2020   23:42 Diperbarui: 2 Maret 2020   12:25 5603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan orang-orang lewat thermal scanner (Reuters/Jung Yeonje melalui time.com)

Tidak semua orang yang terinfeksi atau tertular akan mengalami demam. Selain itu, demam dapat diturunkan dengan menggunakan obat antipiretik.

Karena itu, timbul pertanyaan bisakah thermal scanner mendeteksi orang yang terinfeksi virus corona?

Thermal Scanner Hanya Memindai Suhu Permukaan Tubuh

Dalam laporan penelitian tahun 2011 yang diterbitkan di Public Library of Science, para peneliti menemukan bahwa pemindai gambar termal inframerah (Infrared Thermal Image Scanner/ITIS) tidak efektif atau tidak dapat digunakan secara presisi untuk menentukan seseorang terinfeksi virus.

ITIS atau pemindai termal hanya mengukur suhu permukaan tubuh, bukan suhu inti tubuh. Dengan demikian, pengukuran suhu oleh alat ini tunduk pada pengaruh berbagai faktor manusia dan lingkungan.

Ini termasuk apakah seseorang kulitnya terbakar matahari, telah minum antipiretik atau memiliki masalah peredaran darah, dan juga suhu lingkungan dan kelembaban. Oleh karena itu penting bahwa hubungan antara suhu permukaan tubuh dan suhu inti tubuh dievaluasi dalam lingkungan di mana ITIS akan dioperasikan.

Penelitian tersebut dilakukan dengan memindai pelancong (termasuk awak kabin) dari tiga maskapai yang tengah bepergian dari Australia ke Christchurch, Selandia Baru. 

Sebelumnya, selama penerbangan awak kabin dan penumpang diberi kuesioner  untuk menentukan apakah mereka termasuk dalam kriteria pelancong dengan "gejala".

Pelancong 'Gejala' didefinisikan sebagai mereka yang melaporkan satu atau lebih dari gejala berikut: batuk, sakit tenggorokan, bersin, demam atau kedinginan, pilek atau tersumbat, sakit atau nyeri otot, umumnya merasa tidak enak badan, tidak nyaman di dada, atau kesulitan bernapas.

Selama 23 hari kerja dari 21 Agustus hingga 12 September 2008, suhu kulit dari para pelancong 'gejala' yang diundang untuk berpartisipasi diukur menggunakan ITIS (ThermaCAM E45, FLIR Systems, Swedia). 

Hasilnya, tidak satu pun dari 30 pelancong 'gejala' yang kemudian diidentifikasi sebagai terinfeksi influenza memiliki suhu 37,8 C. Ini adalah tingkat suhu yang digunakan oleh Centers for Disease Control (CDC) dalam mendefinisikan 'penyakit mirip influenza'.

Skrining Demam Bukan Strategi yang Efektif dalam Mendeteksi Individu yang Terinfeksi Virus

Dalam penelitian lain yang dilakukan Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health pada 2014, diketahui bahwa penapisan demam (menyaring orang yang demam) di bandara internasional umumnya tidak efektif dalam mendeteksi H1N1-2009 (virus SARS) dan virus influenza lainnya, atau demam berdarah. 

Penelitian ini menyimpulkan bahwa alat thermal scanner seperti IRT (Infrared Thermography) tidak akan cocok sebagai alat penyaringan rutin karena tingginya jumlah positif palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun