Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sherly Annavita, Milenial Influencer Cantik yang Berani Kritik Jokowi

21 Agustus 2019   22:42 Diperbarui: 26 Agustus 2019   10:53 54016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sherly Annavita Rahmi (dokumentasi Sherly Annavita melalui indonesiamengglobal.com)

Masyarakat yang enggan menegur atau mengoreksi pimpinannya atau menyanjungnya secara berlebihan pada hakikatnya telah menanam benih keangkuhan dan kebejatan pada diri pemimpinnya, walaupun pada mulanya sang pemimpin adalah orang baik.

~ Quraish Shibab dalam Lentera Hati ~

Namanya pertama kali dikenal publik saat mengikuti ajang "Pemilihan Dai Cilik IV" di salah satu stasiun televisi swasta pada tahun 2007. Ketika itu, Sherly Annavita, gadis cilik yang mewakili provinsi Nangroe Aceh Darussalam ini tidak berhasil menyabet gelar juara, tapi ia menjadi idola.

Lima tahun berselang, wajah cantiknya muncul lagi di layar televisi. Kali ini, gadis yang sudah beranjak dewasa ini tampil di ajang "Dai Muda Pilihan 2012".

Awalnya, Sherly sempat tidak direstui ibundanya untuk ikut audisi tersebut karena saat itu diminta fokus pada kuliahnya di jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Sherly pun sempat berniat mengundurkan diri.

Namun restu ibunda akhirnya turun juga. Di ajang tersebut, Sherly berhasil menjadi salah satu finalis.

Di masa kuliahnya tersebut Sherly sering berkonsultasi dengan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) apabila ada masalah, entah itu keagamaan maupun pribadi.

Selain UBN, Sherly juga mengagumi dan menaati nasihat dan petuah yang diberikan Ustad Abdul Somad melalui dakwahnya.

Kritikan Sherly Annavita pada Jokowi di acara ILC

Lama tidak terdengar kabarnya, nama Sherly mendadak ramai jadi perbincangan netizen. Sekali lagi, dara berhijab kelahiran Lhokseumawe, Aceh ini menghiasi layar kaca. Bukan untuk tampil di ajang pemilihan Dai, apalagi di acara infotainment. Kali ini, lulusan jurusan Master of Social Impact Investment dari Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia ini tampil di acara diskusi ILC pada Selasa (20/8) yang dipandu Karni Ilyas.

Dalam diskusi yang membahas wacana pemindahan ibukota ke pulau Kalimantan itu, Sherly dengan lugas dan tajam mengkritik Jokowi. Menurut Sherly, alasan pemindahan ibukota yang diajukan Jokowi adalah bukti kegagalan Jokowi itu sendiri.

"Alasan pemindahan ibu kota karena Jakarta banjir, macet, polusi dan lain-lain. Alasan ini sedikit besarnya menohok kapasitas Jokowi sendiri dalam memerintah," katanya.

Karena bukankah salah satu program besar Pak jokowi saat jadi gubernur dan presiden, adalah tentang menangani keruwetan di Jakarta, yang didalamnya termasuk banjir, macet, polusi dan lain-lain," lanjut Sherly.

Ia menyebut, bila alasan Jokowi karena permasalan tersebut, secara tidak langsung Jokowi 'mengonfirmasi' kegagalannya dalam memenuhi janjinya.

"Jadi ketika sekarang beliau memindahkan ibu kota karena banjir, macet, polusi dan lain-lain, maka seolah beliau sedang mengonfirmasi kegagalannya dalam memenuhi janji kampanye beliau saat pilgub dan pilpres. Atau kegagalannya beliau sebagai gubernur dan presiden," ucapnya.
.
Kritik kedua yang disampaikan Sherly terkait dengan pemerataan pembangunan. Sherly meragukan bila pemindahan ibu kota ke Kalimantan bisa menjamin pemerataan pembangunan.

"Apakah ada jaminan bila ibu kota dipindah ke daearah akan ada jaminan pemerataan pembangunan akan membaik? apakah tidak akan memunculkan konflik baru, misal kecemburuan sosial," tuturnya.

Menurut Sherly, pemindahan ibu kota ini bukan hal yang mendesak dan masih banyak permasalahan di Indonesia yang seharusnya menjadi prioritas.

"Sementara di sisi lain ada pekerjaan yang lebih mendesak, seperti penganggruran, lapangan kerja, BPJS, BUMN strategis. Jangan sampai pemindahan ib kota ini mengeyampingkan hal yang seharusnya menjadi utama," jelasnya.

Atas dasar tersebut, Sherly Annavita menyimpulkan kalau rencana pemindangan ibu kota ini masih belum perlu dilakukan.

"Solusinya tetap kembali pada asas efektifitas efisiensi, ciptakan lapangan kerja, hapus KKN dan kembali tegakkan UUD Pasal 33 dengan murni dan konsekuen," tegasnya.

Usai tampil di ILC, akun media sosial Sherly pun banjir komentar. Hampir semua komentar yang masuk bernada memuji keberaniannya melontarkan kritik terbuka pada presiden, di saat banyak orang memuji dan menyanjung Jokowi.

Penampilan Sherly di ILC pun banyak dibandingkan dengan politisi muda dari PSI, Tsamara Amany yang juga berkesempatan tampil satu acara dengan Sherly.

Dari Dai Muda ke Milenial Influencer

Sherly Annavita memang kerap bersuara vokal terhadap isu-isu sosial dan politik. Pasca pilpres dua bulan lalu, Sherly pernah membuat konten di YouTube dengan judul 'Saya Cebong, Kamu Kampret?'.

Konten ini jika dilihat sekilas mengindikasikan Sherly sebagai Cebong, istilah untuk netizen pendukung Jokowi. Namun itu ternyata hanya judul pemanis konten saja, bukan bentuk dukungan Sherly kepada Jokowi.

Dalam konten videonya itu Sherly mengatakan, istilah cebong dan kampret telah membuat banyak hati terluka, keluarga retak, persahabatan renggang dan hubungan lainnya terputus.

"Kita terjebak untuk saling ejek dan menjatuhkan. Yang biasanya akan berakhir dengan dendam dan rasa ingin puas tak berkesudahan," katanya.

Menurut Sherly, masyarakat yang terpolarisasi dalam cebong dan kampret, sedang tertipu. Hakikat pemilu, kata dia, sebenarnya adalah menghasilkan sebaik-baiknya pemerintahan dan pro terhadap rakyat. Ia meminta pertarungan cebong dan kampret disudahi karena keduanya bukan musuh.

"Musuh kita yang sebenarnya adalah ekonomi yang memburuk, pengangguran yang semakin banyak, harga-harga yang semakin mahal, keuangan negara yang sangat tergantung dengan hutang dan hukum yang terkesan tebang pilih," jelasnya.

Penulis muda yang produktif

Selain pembuat konten di YouTube, Sherly juga penulis yang produktif. Pada 2015, Sherly meraih juara pertama kompetisi menulis yang diadakan DPR RI. Kebiasaan menulis ini Sherly kembangkan sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Saat kuliah, tulisan Sherly juga sering dipublikasikan di media online kampus setempat.

Seperti tulisan berjudul Notes from Melbie: Minoritas di tengah kemayoritasan.

Sherly Annavita bersama teman-temannya dalam program CERES (dokumentasi Sherly melalui indonesiamengglobal.com)
Sherly Annavita bersama teman-temannya dalam program CERES (dokumentasi Sherly melalui indonesiamengglobal.com)

Dalam esainya tersebut, Sherly menceritakan pengalaman hidupnya menjadi minoritas saat menempuh pendidikan di Melbourne. Tak lupa, Sherly juga mengajak segenap diaspora untuk meluaskan sudut pandang dalam memahami keberagaman dan perbedaan.

Bukankah justru dengan berbeda kita cenderung lebih banyak belajar? Belajar sesuatu yang baru, memahami sudut pandang baru, dan merasakan pengalaman baru. Karena pada dasarnya, nurani akan kembali pada hakikat. Hakikat yang sesuai dengan keharusan dan kesemestiannya. Kalo begini pola pikirnya, baru benar menggunakan ayat, "berjalanlah di muka bumi Allah, agar semakin banyak yang kau lihat. Semakin besar ketundukanmu pada Sang Pencipta dan semakin banyak kita bersyukur". Lihat, dengar, pahami.

Antara Sherly Annavita dan Audrey Yu

Berita tentang Sherly Annavita membuat saya mau tak mau membandingkannya dengan berita tentang Audrey Yu yang sempat viral beberapa waktu lalu. Ada satu perbedaan mencolok dari timbulnya berita ini yang patut kita jadikan pelajaran berharga.

Sherly Annavita dan Audrey Yu, keduanya adalah jenius kreatif di bidang yang mereka kuasai. Sama-sama masih muda, smart dan punya potensi untuk bisa mengubah negeri ini.

Sayangnya, berita tentang Audrey Yu harus dinodai dengan hoaks. Munculnya profil Audrey Yu terkesan dipaksakan, entah dengan motif dan latar belakang apa yang dimaksudkan. Berbeda dengan berita tentang Sherly, yang muncul secara natural karena memang ia eksis tanpa kesan memaksakan diri.

Kedua wanita muda yang cerdas ini adalah aset bangsa. Sungguh, akan menjadi sebuah kesia-siaan belaka bila Sherly maupun Audrey Yu tidak dilirik dan diminta potensi pengetahuan mereka untuk bersama membangun bangsa ini.

***

Biodata Sherly Annavita
Nama Lengkap: Sherly Annavita Rahmi
Lahir : Aceh, 12 September 1992
Orang Tua:
Annafinas (Ayah)
Yanti Elnida (Ibu)

Prestasi:
Leader of Pasukan Garuda Putri (Indonesian Women Delegation) di APR Jamboree, Laguna, Filipina pada 2010.
Juara 1 Writing Competition yang digelar DPR pada 2015
Perwakilan Indonesia di ajang ACFID Australia Conference for International Development, 2017
Pemenang Asia World Model United Nation, Korea Selatan, Mei 2018
Juara 1 National Australia Indonesia Language Award (NAILA), 2017
Menguasai bahasa Sunda, Bahasa Indonesia, Inggris, dan Prancis sama baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun