Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Tamu Allah, Bawalah Bekal Terbaik Saat Memenuhi Panggilan-Nya

12 Juli 2019   11:25 Diperbarui: 12 Juli 2019   12:11 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber foto: muslimahblogger.com)

Tapi bagaimana dengan hamba yang mampu dan tidak ada halangan sesuatu apapun, namun tidak tergerak hatinya untuk memenuhi panggilan Allah dengan alasan "Saya belum mendapat panggilan"?

Menurut pendapat Quraish Shihab, golongan umat Islam yang demikian ini dikhawatirkan mendapat murka ganda dari Allah: pertama karena keengganannya memenuhi panggilan, dan kedua karena dalihnya mengingkari panggilan itu sampai kepadanya. Bukankah Allah sendiri yang memperdengarkan panggilan haji melalui perantara seruan Nabi Ibrahim?

Karena itu, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji memperoleh kedudukan istimewa. Jamaah haji adalah tamu-tamu Allah, yang memperkenankan panggilan Allah dengan segala kemampuan yang sudah dianugerahkan pada mereka.

Secara khusus, kepada hamba-Nya yang hendak bertamu ini Allah memberi pesan, "Datanglah dengan membawa bekal," (QS. Al Baqarah: 197). Sayangnya, banyak diantara tamu itu datang dengan membawa bekal yang tidak diharapkan oleh Tuan rumah. Banyak diantara jamaah haji justru membawa bekal duniawi.

Mereka berkunjung ke rumah Allah dan memperkenankan panggilan-Nya dengan membawa ratusan bungkus rokok. Mereka bertamu dengan membawa uang saku berlebihan supaya bisa membeli oleh-oleh yang banyak. Tak sedikit pula yang datang dengan maksud ingin meningkatkan gengsi sosial, supaya para tetangga memanggil mereka dengan label Pak Haji dan Bu Hajjah. 

Dan bisa jadi  ada juga yang memperkenankan panggilan Allah ini hanya karena ingin menikmati wisata spiritual ke tanah suci semata.

Bila bekal seperti ini yang dibawa jamaah haji, maka yang lahir dari produk haji hanyalah label haji semata. Kata seorang kyai di kampung saya, bukan haji mabrur yang akan mereka dapatkan, melainkan haji "mabur" (terbang).

"Bekal yang terbaik adalah takwa" (QS. Al Baqarah: 197), inilah lanjutan dari pesan Allah yang menjelaskan jenis bekal yang harus dibawa para Tamu-Nya.

Takwa yang sering didefinisikan "mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya" hakekatnya adalah nama bagi kumpulan simpul-simpul keagamaan yang mencakup antara lain pengetahuan, ketabahan, keikhlasan, kesadaran akan jati diri serta persamaan manusia dan kelemahannya di hadapan Allah SWT.

Bekal inilah yang kemudian direpresentasikan dalam bacaan berupa kalimat talbiyah, "Labbaikallah humma, labbaik (Baik, hamba penuhi panggilan-Mu, ya Allah)." Para tamu ini datang ke Rumah Allah karena lillah, yakni bertujuan memenuhi panggilan-Nya dengan membawa bekal terbaik sebagaimana yang dipesankan oleh Allah, yakni takwa.

Dengan bekal takwa, para Tamu Allah akan bisa menanggalkan atribut-atribut duniawi yang selalu mereka pakai dan kerap mereka banggakan bersamaan saat mereka mengenakan pakaian ihram. Dengan bekal takwa akan tampak bekas makna simbol-simbol amalan yang sudah mereka lakukan di Tanah Suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun