Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Multitasking, Jadilah yang Terbaik pada Satu Hal Dulu

7 Oktober 2018   20:35 Diperbarui: 7 Oktober 2018   21:12 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.danpontefract.com


Saat ini, ada jutaan cara yang berbeda bagi seseorang untuk membagikan buah pikirannya, kreativitasnya, maupun ide-idenya secara online. Blogging, podcasting, vlogging, Instagram dan masih banyak pilihan media lainnya. Tak hanya untuk sekedar berbagi, media-media semacam ini juga bisa memberi penghasilan yang tak sedikit bagi jutaan orang yang berkreasi di dalamnya.

Lantas, ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, apakah kita harus menguasai semuanya? Apakah kita harus masuk ke dalam beberapa media tersebut sekaligus? Ngeblog iya, ngevlog tak pernah lupa, bermain di Instagram juga tak ketinggalan.

Beberapa influencer ada yang melakukan multitasking semacam ini. Mereka memiliki blog, podcast, saluran YouTube, sekelompok akun media sosial dengan banyak pengikut. Dari luar, hal semacam ini terlihat sangat mengesankan. Tak jarang, sebagian dari kita mungkin berpikir itulah yang harus dilakukan jika ingin menghasilkan uang secara online.

Padahal, di balik layar kemampuan multitasking semacam itu, banyak influencer yang melakukannya dengan mengupah orang lain untuk membantu. Entah itu sebagai kameramen, fotografer, dan tak jarang juga membayar content writer. Beberapa influencer lain mungkin bisa melakukannya sendiri, tapi tidak semua konten media dimonetasi. Tetap ada satu media yang dia unggulkan dan dia urus dengan sungguh-sungguh.

Ok, jika tidak bisa melakukannya sekaligus, mana yang harus didahulukan?

Jawabannya, pilihlah satu di antaranya, di mana kita memiliki keterampilan yang lebih baik, meski itu cuma 1 persen di atas minat-minat yang lain.

Di dunia maya, cuma ada tiga jenis media: kata-kata tertulis, lewat audio, dan beraksi di video. Tak ada yang bisa menguasai ketiganya dengan sama baiknya. Pasti ada satu yang lebih baik daripada yang lain. Inilah yang semestinya harus kita kembangkan terlebih dahulu.

Sebagai contoh, saya lebih senang menulis. Bahkan ketika saya masih sekolah, saya bisa menulis esai  lebih baik daripada yang lain tanpa harus memaksakan diri untuk berusaha lebih. Ini ketrampilan alami. Semua orang juga memilikinya.

Sebagian yang lain mungkin memiliki kemampuan melibatkan orang dengan ketrampilan berbicara, memiliki seni  bercerita yang menarik. Dalam hal ini, mulailah untuk menekuni podcast.

Ada pula yang trampil berakting di depan kamera, yang sejak kecil sudah menjadi penghibur yang alami. Maka tekunilah dunia vlogging. Buatlah konten-konten YouTube yang menarik.

Beberapa orang lagi mungkin memiliki wajah yang fotogenik, menarik untuk difoto dalam pose dan situasi apa saja. Maka, media Instagram adalah wadah yang tepat.

Di manapun kita bersinar, itulah media yang harus kita fokuskan. Jangan lantas semua ditekuni. Jangan merasa puas bisa melakukan semuanya dengan baik. Tapi puaslah jika bisa melakukan satu hal dengan hasil yang terbaik.

Mungkin ada yang bertanya, apakah saya sudah menjadi yang terbaik hingga bisa memberi nasehat semacam ini?

Oh, belum. Saya belum menjadi yang terbaik, tapi terus berusaha untuk menjadi yang terbaik di bidang tulis-menulis. Bagaimana caranya?

Terus berlatih, dan terus berusaha. Setiap hari menulis, paling tidak menghasilkan satu artikel. Selain itu, juga tak lupa belajar teknik-teknik menulis dengan membaca karya artikel-artikel penulis lain. Membedah mengapa tulisan mereka bisa populer, mengambil satu-dua teknik yang mungkin bisa digabungkan dengan gaya penulisan yang saya miliki.

Dalam dunia blogging, semua orang juga memiliki gaya yang berbeda. Ada seseorang yang mengeluh, dia tidak pernah memenangkan kompetisi menulis artikel populer. Tapi sering menang dalam kompetisi esai atau artikel ilmiah. Maka, jangan memaksakan untuk bisa menjadi yang terbaik dalam penulisan artikel populer. Melainkan, teruslah menjadi yang terbaik dalam penulisan esai atau artikel ilmiah.

Sama halnya dengan yang dilakukan seorang atlet. Mereka memiliki bakat alam, meski yang terlihat di permukaan hanya 1 persennya saja. Tapi jika tidak dilatih dengan tekun, bakat alam itu pun akan menjadi terpendam percuma.

Begitu pula dengan media online. Jangan mulai podcast atau memaksakan diri untuk ngevlog jika pada saat yang sama kita sedang mencoba belajar menulis. Itu bisa diibaratkan seorang atlet yang memutuskan untuk menjadi perenang Olimpiade dan pemain ski pada saat yang sama. Tak mungkin bisa, kecuali kita inhuman.

Terlepas dari profesi, orang-orang yang paling sukses di bidang apa pun bisa sampai puncak kesuksesan dengan menumpuk 1% persen keterampilannya di atas ketrampilan yang lain. 

Kita tidak harus hebat dalam segala hal. Kuncinya adalah menjadi hebat pada satu hal dulu, kemudian baru hal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun