Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Sandi Effect" dan Menguatnya Kembali Nilai Tukar Rupiah

6 September 2018   21:33 Diperbarui: 7 September 2018   07:38 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setelah sempat menyentuh angka 15 ribu, nilai tukar mata uang Rupiah sedikit menguat. Pada Kamis (06/09/2018) pagi, dolar AS diperdagangkan pada kurs 14.880 rupiah, menguat cukup dalam dibandingkan hari sebelumnya yang pada beberapa bank besar sudah mencapai level 15 ribu.

Rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dolar AS. Sudah lebih dari seminggu ini mata uang dolar mengamuk, menghajar beberapa mata uang negara lain. Lira Turki terdepresiasi hingga 40%, begitu pula dengan Peso Argentina, serta Riyal Iran. Kenaikan suku bunga The Fed serta dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina diyakini menjadi faktor penentu dibalik melemahnya beberapa mata uang negara lain, termasuk diantaranya Rupiah.

Pemerintah sudah tentu tidak tinggal diam. Bank Indonesia sampai harus menggelontorkan cadangan devisa sebesar 11,9 triliun Rupiah untuk mengintervensi dolar di pasar valas. Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Keuangan juga mengeluarkan beberapa kebijakan supaya nilai Rupiah tidak semakin terpuruk. Salah satunya adalah pembatasan impor dan penyesuaian tarif Pajak Penghasilan (Pph) terhadap 900 komoditas impor yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Langkah BI yang mengintervensi dolar di pasar valas untuk sementara memang bisa meredam gejolak menguatnya dolar AS. Tapi, kebijakan intervensi ini tentu hanya bersifat sementara. BI tidak bisa terus menerus mengintervensi dan menghabiskan cadangan devisa hanya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

Salah satu kebijakan yang harus ditekankan adalah penguatan kepercayaan publik terhadap Rupiah. Pemerintah harus bisa meyakinkan masyarakat, bahwa Rupiah tidak akan terdepresiasi jauh dan bisa secepatnya menguat. Kebijakan semacam ini tentu saja tidak bisa dilakukan hanya melalui jargon-jargon semata. Masyarakat membutuhkan trigger, pemicu yang bisa menumbuhkan kepercayaan mereka bahwa Ya, Rupiah masih aman dan memiliki nilai tinggi, sebagaimana yang diretorikakan oleh pemerintah.

Sandi Effect Terhadap Menguatnya kembali Rupiah

Dari semua pemberitaan tentang jatuhnya Rupiah dan upaya pemerintah untuk mengatasinya, apa yang dilakukan Sandiaga Uno menarik untuk dicermati. Di saat beberapa pejabat pemerintah hanya bisa menghimbau, sembari tak sedikit pula yang menyalahkan pihak oposisi karena mempolitisir penurunan nilai Rupiah, Sandiaga Uno membuat gebrakan nyata. Dia menunjukkan seperti apa Sandi Effect itu.

Pada Kamis (06/09/2018) siang tadi, Sandiaga menukarkan uang dolarnya di sebuah tempat penukaran uang asing di pusat perbelanjaan di Jakarta. Sandiaga terlihat membawa beberapa lembar mata uang dolar untuk ditukar. "Walaupun saya bilang saya tukar, kayaknya perlu pencitraan seperti ini (menukarkan dollar secara langsung)," kata Sandiaga di sela-sela kegiatannya tersebut.

Sehari sebelumnya, Sandiaga di depan beberapa media memang mengatakan sudah mengkonversi hampir 40% omzet holdingnya dalam bentuk rupiah. Sandiaga memang tidak mengatakan berapa total dolar yang sudah dia tukarkan. Namun, mengingat nilai kapital dari grup holdingnya, masyarakat bisa menilai sendiri berapa juta dolar yang sudah dikonversi Sandiaga Uno.

Nominal dolar yang ditukarkan Sandiaga mungkin tidak seberapa dibandingkan nilai intervensi BI yang mencapai triliunan. Namun, apa yang sudah dilakukan Sandiaga justru memberi efek yang lebih luas, yakni timbulnya kepercayaan publik. 

Sandiaga adalah pengusaha sukses, dengan perusahaan holding yang menggurita. Lingkungannya dikelilingi oleh para konglomerat. Ada Roslan Rosani, sahabat karibnya yang bersamanya Sandiaga membangun Recapital. Ada pula Edwin Suryadjaya di grup holding Saratoga.

Maka, ketika masyarakat melihat Sandiaga, seorang pengusaha yang boleh dikata sudah kelas konglomerat dengan santainya menukarkan 40% omzet holding menjadi Rupiah, publik seolah langsung mendapat jaminan bahwa Rupiah akan menguat. Tak ada gunanya mereka memborong dolar karena konglomerat sekelas Sandiaga saja menukarkan modal dolarnya menjadi rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun