Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membandingkan Ali Topan, Lupus dan Dilan

6 Februari 2018   00:34 Diperbarui: 6 Februari 2018   04:36 3018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (grafis: pribadi)

Begitu pula dengan Lupus. Dia lahir dan besar ketika pemerintahan Orde Baru mencapai masa keemasannya. Lupus, anak rumahan dari kelas menengah sangat pas mewakili dan menggambarkan keadaan saat itu. Karakternya yang santai, humoris, memperlihatkan situasi saat dimana Orde Baru sudah kelewat mapan sehingga kelas menengah terlena dengan keadaan ekonominya.

Tapi berbeda dengan Ali Topan yang sikap ugal-ugalannya lebih serius, karakter urakan Lupus hanya ditunjukkan pada masalah-masalah sepele seperti sering terlambat sekolah, menghindari razia rambut gondrong, dan kenakalan anak-anak sekolah umumnya.

Anomali Dilan

Ali Topan dan Lupus, keduanya lahir dan besar tepat di zamannya masing-masing. Tapi tidak untuk Dilan. Tokoh dalam tulisan-tulisan Pidi Baiq ini seolah anomali tersendiri. Dia digambarkan remaja 90an, tapi besar berpuluh tahun kedepan.

Dilan juga seolah hibrida dari beberapa tokoh fiktif yang pernah jadi idola sebelumnya. Meskipun Pidi Baiq mengklaim kisah Dilan berdasarkan karakter nyata, tapi kesan pencampuran watak itu sangat kentara.

Sebagai anak geng motor yang cerdas, karakter ini akan mengingatkan kita dengan Ali Topan. Sementara sifatnya yang selengekan dan sering mengejutkan, membuat kita menemukan sosok Lupus di dalam tokoh itu. Disisi lain, gaya bicaranya yang rapi dan suka baca karya sastra lama mirip dengan Rangga dalam AADC.

Walaupun diciptakan dengan mewakili karakter tahun 90an, Dilan tidak mampu membawa visualisasi zamannya. Hal ini karena Dilan lahir dan besar di era yang salah. Berbeda dengan Ali Topan dan Lupus, yang bisa membawa situasi zamannya dengan sempurna. Saat membaca ulang Ali Topan atau Lupus, kita yang lahir di era 70-90an seolah terbawa mesin waktu dan kembali ke masa remaja kita.

Dilan yang Menjual Romantisme

Lalu mengapa Dilan bisa menjadi Idola? Faktor utamanya adalah karena Dilan menjual sisi romantisme. Tak heran jika kemudian merebak meme-meme atau kutipan berisi kata-kata rayuan puitis ala Dilanisme.

Sesuatu yang digandrungi remaja sekarang, sama halnya ketika mereka terpesona dengan romantisme ala Fahri atau Rangga. Bedakan dengan sisi romantis Ali Topan atau Lupus, yang mendapat porsi kecil. Dua pertiga cerita Ali Topan dan Lupus mengisahkan kehidupan sehari-hari mereka.

Pengidolaan pada tokoh-tokoh fiksi macam Ali Topan, Lupus dan Dilan pada akhirnya memunculkan sebuah konklusi. Jika ingin mencari tahu anak muda macam apa yang diidamkan bangsa ini, carilah petunjuknya pada karya fiksi yang hadir ditengah-tengah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun