Mohon tunggu...
Maliika Kiky
Maliika Kiky Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepercayaan untuk Pemimpin Baru

23 Oktober 2014   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:59 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasa Kepercayaan kepada pimpinan

Setalah pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, Senin 20 Oktober 2014 kemarin, calon nama – nama menteri menjadi sorotan publik saat ini. Rasa penasaran publik terhadap nama – nama menteri yang akan membantu pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla seolah – olah tak terbendung lagi. Tetapi publik harus lebih bersabar, karena pengumuman calon menteri yang di gadang – gadang akan di umumkan sehari setelah pelantikan presiden harus tertunda sampai hari ini. Bahkan panggung mini di Pos Belitung, Terminal III, Tanjung Priok Jakarta Utara yang dipersiapkan sejak Selasa malam (21/10) untuk menyambut kedatangan presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla harus dibatalkan (Jawa Pos, 23/10). Tertundanya kursi kabinet Joko Widodo ini dikaitkan dengan pemberian catatan merah terhadap delapan calon nama menteri oleh Komisi Pemberantas Korupsi ( KPK) serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).Hal tersebut menimbulkan berbagai spekulasi dari berbagai pihak yang menilai Joko Widodo, tidak tepat janji dan kurang sigap dalam mengantisipasi keterlambatan pengumuman nama – nama menteri kabinetnya.

Pada dasarnya publik tidak hanya bisa mengkontrol dan mengkritik pemerintahan saja, tetapi juga harus memberi kepercayaan (trust) dan waktu kepada pemimpin untuk menghasilkan keputusan yang sebaik-baiknya. Memang Jokowi selalu bungkam saat ditanyai nama – nama menterinya sehingga seleksi nama – nama menteri tersebut terkesan masih tertutup dan membuat masyarakat penasaran. Jika Joko Widodo kurang terbuka terkait nama – nama menterinya itu merupakan salah satu strategi diam (Silent way) yang digunakan Jokowi dimana tidak semuanya harus diungkap ke ruang publik. Jokowi menunggu waktu dan keputusan yang tepat sampai diumumkan nama – nama kebinet pemerintahannya.

Selain itu, ada pepatah Jawa yang mengatakan “alon – alon sing penting kelakon”, dan “alon – alon sing penting selamet”. Kata tersebut artinya pelan – pelan yang penting dapat terlaksana pekerjaanya dan pelan pelan yang penting selamat. Dalam memaknai sikap Jokowi saat ini, kata Jawa tersebut dapat dimaknai bahwa Jokowi melakukan tindakan pelan tapi pasti serta hati – hati dalam mengambil keputusan agar kedepannya bisa sukses dan dapat menyelamatkan rakyat dalam kepemimpinannya. Kata “selamat” disini bisa dimaksudkan selamat dari korupsi. Maklum saja di periode kepemimpinan sebelumnya rakyat disuguhi banyak koruptor yang berasal dari kalangan menteri, elite dan petinggi – petinggi negara. Sehingga rakyat berharap untuk kepemimpinan periode saat ini hal – hal tersebut tidak terjadi lagi. Oleh karena itu, demi mewujudkan menteri - menteri yang bersih dan profesional sesuai komitmennya, tindakan Jokowi untuk mengusulkan nama – nama calon menteri ke KPK dan PPATK patut diacungi jempol dan didukung penuh oleh rakyat.

Presiden memiliki waktu maksimal 14 hari untuk mengumumkan kabinetnya setelah pelantikan (Jawa Pos, 23/10). Memang lebih cepat mengambil keputusan dengan segera mengumumkan nama – nama menteri akan segera memuaskan publik yang haus dengan rasa penasarannya. Tetapi apa hanya sekedar puas yang kita dapat tanpa memikirkan kedepannya? Tentu tidak, rakyat butuh kehidupan yang lebih baik dan bebas dari korupsi yang sekarang telah terhegemoni menjadi budaya di masyarakat kita. Jadi, pengambilan keputusan secara tergesa-gesa itu tidak baik. M.Nasruddin Anshory dalam bukunya Dekonstruksi Kekuasaan menulis “ pemimpin atau administrator yang baik tidak akan tergesa – gesa dalam mengambil keputusan sehingga terkesan hanya mencoba – coba yang mengakibatkan terjadinya trial and error.

Keefektivitas manusia masa kini sering di ukur dengan kecepatan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Padahal tanpa disadari sebagai manusia dewasa kita sering terlalu percaya diri ( over confident ) merasa diri kita benar, matang sehingga tergesa- gesa dalam mengambil keputusan. Padahal ketergesahan akan melahirkan keputusan yang prematur, ibaratnya seorang ibu yang melahirkan anak prematur, secara fisik ia akan cepat merasa ringan tetapi di lain sisi kualitas kehidupan yang berisiko kelemahan fisik dan mental pada bayi yang dilahirkan.

Jika melihat bagaimana Benjamin Franklin yang terkenal efektif dan bijaksana dalam mengambil keputusan hingga membuahkan keberhasilan. Dalam mengambil keputusan, mungkin kita tertawa mengapa Benjamin butuh tiga atau empat hari? Masih relevankah dengan situasi saat ini? Jika kita menertawakan berarti ada juga yang dapat ditertawakan dari diri kita. Untuk itu, sebaiknya publik harus memberikan kepercayaan kepada Jokowi sebagai pimpinan bangsa Indonesia yang baru dilantik empat hari kemarin. Rakyat harus mendukung pemimpinnya begitu juga Jokowi sebagai pemimpin yang diharapkan bisa mewujudkan cita –cita rakyat sehingga akan terjalin hubungan yang sinergi dengan persatuan bangsa yang kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun