Pendidikan adalah salah satu elemen penting bagi manusia. Pendidikan merupakan sebuah proses dalam perubahan sikap dan tingkah laku seorang manusia. Kebanyakan orang menganggap bahwa mendapatkan pendidikan berarti manusia harus merasakan bangku sekolah. Sedangkan, sekolah merupakan sebuah lembaga untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah itu antara guru dan peserta didik. Namun, apakah cukup jika manusia hanya memperoleh pendidikan di sekolah? Dan benarkah sekolah menjadi lembaga pendidikan utama bagi manusia?
Saat ini, pemerintah memberikan aturan kepada lembaga pendidikan untuk memberikan peningkatan pendidikan karakter. Pendidikan karakteryang perlu diajarkan kepada peserta didik yaitu menerapkan nilai kasih sayang, teladan, moral, perilaku, dan kebhinnekaan. Dengan peningkatan pendidikan karakter tersebut, orang tua berbondong-bondong untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah terkenal dan terfavorit di kalangan masyarakat lingkungan tempat tinggal atau bahkan rela menempatkan ke sekolah paling bagus di luar kota, Namun, apakah pendidikan di sekolah tersebut cukup untuk meningkatkan pendidikan karakter bagi anak?
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa guru harus dapat melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didiknya secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan lainnya yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Lantas, mengapa masih banyak kasus-kasus di Indonesia yang diberitakan media terkait perundungan yang dilakukan peserta didik kepada peserta didik lainnya? Bahkan terdapat berita yang menyebutkan bahwa seorang peserta didik bunuh diri akibat ejekan dari temannya sendiri. Apakah pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah sudah benar?
Pendidikan karakter merupakan fondasi dari seorang anak. Namun, yang perlu diketahui masyarakat luas adalah awal mula pendidikan karakter yang perlu diterapkan pada anak yaitu berawal dari lingkungan keluarga. Seorang anak dilahirkan dari rahim seorang ibu, yang berarti bahwa lingkungan pertama yang anak pijak adalah lingkungan keluarga. Siapa pun yang mengasuh seorang anak dari mulai lahir ke dunia sampai anak tersebut dapat melihat dengan jelas, mendengar, berbicara, hingga berlari dan bisa makan sendiri, dapat dikatakan keluarganya. Bahkan seorang pengasuh yang bukan merupakan kerabat atau satu darah dengan sang anak yang baru lahir saja, jika pengasuh tersebut telah mengasuh anak itu sejak anak itu lahir hingga anak tersebut tumbuh besar, maka anak itu akan menganggap pengasuh itu sebagai keluarganya juga.
Fondasi yang kuat dalam hal pendidikan adalah lingkungan keluarga. Begitu pula dengan pendidikan karakter. Keluarga yang baik adalah keluarga yang mengajarkan kepada anak berbagai hal dalam kehidupan, sekecil apa pun itu. Seorang anak memiliki ingatan yang sangat tajam dan kuat. Maka, jangan pernah sekali pun anak diberikan pengajaran negatif dan tidak bermutu karena pengajaran tersebut akan diserap dan ditiru anak. Seorang anak adalah peniru ulung yang akan melakukan hal-hal yang menurutnya menarik sebagai akibat dari perilaku orang di sekitarnya.
Pada kasus-kasus perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah, bahkan hingga mampu menewaskan korban, merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan karakter di Indonesia memang perlu dibenahi. Pendidikan karakter sendiri adalah sebuah proses untuk memupuk karakter anak yang terdidik. Pendidikan yang dilakukan dalam memupuk karakter manusia, yaitu menanampak kebiasaan yang baik, sehingga anak dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan baik tersebut hingga menjadi perilaku yang mencerminkan kepribadiannya. Akibat perundungan atau yang biasa dikenal dengan istilah bullying adalah anak takut untuk pergi ke sekolah.Kebanyakan orang tua akan marah jika anaknya tidak mau sekolah, padahal mereka tidak tahu alasan anaknya itu tidak mau sekolah. Hal yang tertanam pada pikiran kebanyakan orang tua adalah jika kamu tidak mau sekolah, kamu akan menjadi orang bodoh. Saya tidak mau memiliki anak yang bodoh. Jadi kamu harus mau sekolah. Maka dari itu, mereka memarahi anak mereka yang tidak mau sekolah, tanpa mendengarkan alasan anak tersebut tidak mau ke sekolah.
Dari perilaku orang tua sendiri, anak dapat mencontoh dan memperhatikan bagaimana kasih sayang yang orang tua torehkan kepadanya. Ingin anaknya pintar, tetapi orang tuanya sendiri belum sepenuhnya pintar. Orang tua dan anak harus sama-sama belajar. Orang tua harus belajar cara mendidik dan memahami anak agar anak juga dapat mempelajarinya. Jika orang tua terus menerus mengekang dan hanya memedulikan ego diri sendiri, situasi kejiwaan anak dapat lebih terganggu. Anak akan berpikir bahwa memang tidak ada orang yang dapat menyayangi, memperhatikan, dan memedulikan perasaannya. Maka dari saat itu, akan tertanam dalam diri anak bahwa jika ia tidak mau sekolah, orang tuanya akan marah kepadanya, dan ia sangat takut kalau orang tuanya marah. Anak akan memaksakan sekolah, meskipun sekolah juga sama menakutkannya, tetapi akan lebih menakutkan jika orang tuanya marah. Maka, semakin beratlah beban pikiran yang diterima oleh anak, sehingga kejiwaannya terganggu.
Jangan pernah menyalahkan anak jika anak tidak mau sekolah. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menanyakan alasan anak tidak mau sekolah karena bisa saja sang anak menjadi korban perundungan di sekolah oleh teman-temannya dan takut bercerita kepada orang tua atau kepada siapa pun. Jangan biarkan ego orang tua terus mengalahkan kewajiban yang perlu dilakukan sebagai orang tua. Hargailah anak. Sayangi dengan penuh kelembutan. Jika orang tua berhasil menanamkan dasar fondasi pendidikan karakter kepada anak, maka pendidikan karakter di lembaga pendidikan pun akan berhasil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI