Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pentingnya Penyelidikan Non-Teknis pada SJ-182

11 Januari 2021   19:00 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:45 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maskapai Sriwijaya Air (dok. Sriwijaya Air via Kompas.com)

Dari informasi Flight Radar24, dan ATC, kecelakaan Sriwijaya Air ini terjadi pada ketinggian 10.900 feet, saat SJ-182 climbing menuju keketinggian 29.000 ft.

Menurut Boeing fase kecelakaan terendah saat climbing (5 persen). Data riset statistik perusahan Boeing (1959-2017), menyebutkan 63 persen kecelakaan pesawat terjadi saat proses lepas landas dan mendarat. Rinciannya, 14 persen saat fase take off (7 persen saat rolling di runway dan 7 persen saat fase initial climb).

Kemudian, 49 persen kecelakaan terjadi dalam proses pendaratan. Rinciannya, 27 persen kecelakaan terjadi saat final approach. Lalu 22 persen kecelakaan terjadi saat landing. Kedua fase paling krusial ini sering disebut dengan istilah plus three minus eight: Tahap berbahaya yang terjadi dalam kecelakaan pesawat pada waktu 3 menit pertama saat take off dan 8 menit menuju landing.

Sedangkan, fase terendah kecelakaan ada pada saat climb alias naik ke ketinggian aman (5% insiden), cruising atau terbang normal 11% (Cruising adalah momen saat pesawat sedang berada di udara dan terbang dengan stabil), descent atau turun dari ketinggian (4%).

Pada penyelidikan kecelakaan pesawat Lion Air Boeing 737-800 flight number JT-610 yang jatuh di lepas pantai Karawang, rute Jakarta-Pangkal Pinang, yang menewaskan 189 crew dan penumpang didapat hasil dari KNKT karena ada masalah teknis sistem pesawat dan disebut tidak laik terbang.

Sementara kasus non-teknis yang menarik terjadi pada tujuh tahun lalu, pada 8 Maret 2014, pesawat Boeing 777-200 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH-370, awalnya menghilang karena transponder dimatikan, kemudian baru diketahui pesawat masih terbang tujuh jam dan jatuh di Samudra Hindia. Sedangkan rute asalnya Kuala Lumpur-Beijing.

Pesawat lepas landas dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada pukul 00.41 waktu setempat. Pesawat itu dijadwalkan tiba di Beijing pukul 06.30, tetapi kemudian putus kontak sekitar pukul 02.40 waktu setempat, 8 Maret 2014. Adapun posisi terakhir pesawat tersebut sebelum putus kontak berada di kawasan Laut China Selatan di antara Pesisir Timur Semenanjung Malaysia dan ujung selatan Vietnam.

Pesawat tersebut membawa 239 orang, terdiri dari 227 penumpang dan 12 awak pesawat. Secara teknis belum dapat dibuktikan, penyebab kecelakaan. Akan tetapi secara non-teknis itu adalah aksi terorisme proxy, MH-370 telah dibajak oleh captain pilotnya dan ditenggelamkan ke Samudera Hindia pada kedalaman 4.000 meter.

Penulis ikut meneliti dengan cermat dari persepsi intelijen, dan menulis menjadi sebuah buku "Misteri MH-370". Pada kesimpulan akhir penulis menyebutkan aksi teror tersebut adalah operasi clandestine menyerang flag carrier Malaysia sebagai sasaran antar, dengan sasaran akhir menjatuhkan PM Najib, yang terlalu pro China (kasus geopolitik yang sulit dibuktikan).

Serangan teror lanjutan terjadi dengan ditembaknya Malaysia Airlines MH-17 di wilayah udara Ukraina tanggal 17 Juli 2014, saat konflik antara kelompok separatis yang didukung Rusia dan tentara pemerintah Ukraina.

Tim internasional yang dipimpin Belanda menyatakan bahwa rudal BUK yang menghantam MH-17 berasal dari satu unit brigade Rusia yang bertugas di Kota Kursk. Semua penumpang dan awak pesawat Boeing 777 yang berjumlah 298 orang meninggal dunia ketika pesawat hancur di udara terkena tembakan rudal saat melayani rute Amsterdam-Kuala Lumpur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun