Hingga tanggal 12 Januari 2020, BPPT serta TNI AU melakukan rekayasa, mengebom atau memecah awan sebelum mengancam Jabodetabek, awan dipecah, hujan dijatuhkan di laut.
Operasinya senyap, tidak terlihat kasat mata, tetapi membuyarkan beberapa ramalan bahwa Jakarta akan dilanda hujan lebat, petir dan banjir besar. Termasuk Kedutaan besar AS juga memberi warning warga negaranya tentang banjir tersebut juga gagal.
Kenyataannya udara dalam dua hari week end, Sabtu dan Minggu (11 dan 12 Januari) kemarin, masyarakat bisa beraktifitas menikmati liburan.
Nah, ini bukti apabila kita bisa melakukan tindakan preventif, maka ancaman bisa ternetralisir.
Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak Jumat (3/1/2020) pagi.
Pada hari ketujuh penyemaian, petugas menggelontorkan garam melalui dua penerbangan dari pesawat CN-295 Skadron Udara 2, Lanud Halim Perdanakusuma.
Penerbangan pertama berangkat sekitar pukul 08.00 WIB dengan membawa 2,4 ton garam dan disemai di sekitar Selat Sunda.
Setelah mengitari barat Jabodetabek, pesawat kembali ke Lanud sekitar pukul 12.00 WIB. Kemudian CN-295 kembali diterbangkan sekitar pukul 14.39 WIB dengan bobot garam sama dengan penerbangan pertama.
Kadispen TNI AU Marsma TNI Fajar Adrianto menjelaskan, misi penyemaian garam kali ini adalah mencegat awan aktif yang melaju ke arah Jabodetabek.
Penghadangan awan aktif pun dilakukan di sekitar Selat Sunda. "Berdasarkan informasi BMKG tadi pagi, bahwa angin cenderung dari barat, sehingga kita mencegat awan-awan dari Selat Sunda, barat Jabodetabek, maupun dari Banten," ujar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
CN-295 TNI AU sendiri memiliki 8 console atau tabung sebagai penampung garam yang disemai ke awan aktif. Setiap tabung, mampu menampung maksimal sekitar 300 kg garam.