Mohon tunggu...
Pratiwi Retnaningdyah
Pratiwi Retnaningdyah Mohon Tunggu... dosen sastra Inggris, pegiat literasi -

Penikmat sastra, peneliti kajian literasi, dosen sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya. Blog pribadi ada di http://tiwi-lioness.blogspot.com dan http://doingliteracy.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembalinya Sang Sarung

10 Februari 2019   10:00 Diperbarui: 10 Februari 2019   10:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Perjalanan hidup manusia pada dasarnya mengikuti siklus atau tahap layaknya seorang pahlawan. Kan setiap orang pada hakikatnya adalah pahlawan dalam perjuangan hidup masing-masing. Konsep Monomyth yang diusung Joseph Campbell di bukunya The Hero with a Thousand Faces gamblang menggambarkan 12 tahap perjalanan seorang pahlawan.


Tengok saja perjalanan Wiro Sableng, Spiderman, Wonder Woman, atau pendeta Tong di kisah Sun Go Kong. Bila dibuat perbandingan, semua tokoh fiktif dan kehidupan nyata awalnya akan melalui tahap kehidupan normal yang serba nyaman, sebelum kemudian menemui tantangan atau cobaan hidup. 

Si tokoh akan berusaha menghindar dari tantangan karena banyak keraguan dan ketakutan akan terjadinya ini itu.  Meskipun begitu, akhirnya si tokoh akan nyemplung juga di dunia petualangan. Wujudnya bisa macam-macam. 

Perjalanan mencari kitab suci a la pendeta Tong, upaya membuang cincin rame-rame lewat gunung terjal seperti yang dilakukan Frodo dan Sam, atau keputusan untuk studi S2/S3. Semuanya adalah bagian dari tahap Call to Adventure.

Biasanya keberanian muncul karena bertemu orang pintar tur wigati. Bahasa kerennya, ada peran the wise old man/woman. Kalau di kisah Wiro Sableng, sang guru Sito Gendeng bisa jadi adalah the wise old woman. Sementara itu, Frodo punya mbah Gandalf. Spiderman terpanggil menyelamatkan kota New York karena mengingat pesan almarhum pakdenya. With great power comes great responsibility.

Namanya petualangan pasti akan banyak rintangan dan musuh. Lihat saja peran the Green Goblin, the Joker, atau Rahwana. Mereka adalah the villain. Si antagonis. Tokoh semacam ini dibutuhkan agar sang protagonis dapat dinilai sebagai manusia yang baik hati dan tidak sombong. Layaknya oposisi biner. Warna putih jadi kelihatan jelas bila dijejerkan dengan warna gelap yang kontras. 

Dalam kenyataan, acapkali peran antagonis menempel pada diri sendiri. Hanya orang yang rutin melakukan refleksi diri yang dapat merunut sisi-sisi gelap dalam diri. Mungkin Anakin Skywalker tidak mampu berkontemplasi sehingga bertransformasi menjadi Darth Vader. Luke Skywalker, sang protagonis, akhirnya harus berhadapan dengan ayah sendiri.

Dalam menjalani petualangan, sang pahlawan mungkin akan kalah dulu. Dia harus mundur sebentar untuk mengumpulkan kesaktian, sebelum kemudian balik lagi ke medan perang. Tantangan terkuat bisa saja ditemui di gua tergelap yang hanya bisa dicapai melalui sungai bawah tanah (dan tidak ada perahu untuk rafting), atau di laut terdalam. 

Untungnya Aquaman jago berenang (sayang tidak ikut olimpiade). Mas ganteng berotot kawat tulang besi ini hanya beda tipis dengan Gatotkaca, yang jago terbang, tapi tidak bisa menyelam. Aquaman menemukan trisula dewa Neptunus di gua Atlan. Tak seorangpun pernah lolos keluar sebelumnya.

Di moment ini, sang tokoh akan menghadapi ordeal, life-or-death crisis. Mahasiswa yang lagi menulis skripsi/tesis/disertasi mungkin mengalami tahap ordeal dalam bentuk revisi tiada henti yang dituntut dosen pembimbingnya, sementara masa studi semakin mepet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun