Mohon tunggu...
Prasma Backti Sempana Arif
Prasma Backti Sempana Arif Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa UIN sunan kalijaga yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa adalah Penentu Sejarah Bukan Penonton Sejarah, Penentu Arah Bukan Pengikut Arah

12 Desember 2012   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:46 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

APA KABAR MAHASISWA INDONESIA???

Kalau boleh berbagi ilustrasi maka mahasiswa saat ini tidak ubahnya seperti harry potter dengan sejumlah mantera. Bedanya, kalau harry potter menyebarkan mantera dengan tongkat sihir maka mahasiswa sekarang menyebarkan mantera melalui jejaring media social seperti Facebook, Twitter, BBM, SMS dan sebagainya . Sementara kesamaan antara harry potter dan mahasiswa ternyata sama-sama hidup didunia imajinasi, duinia mimpi yang terpisah jauh dari kenyataan. Memang harry potter dan mahasiswa untuk sementara waktu bisa menjadi penghibur bagi rakyat ditengah ketertidasannya. Yah mungkin harry potter dan mahasiswa serupa seperti dongeng Ratu Adil atau Satria Piningit yang konon tidak lepas dari cerita yang juga turut direkayasa oleh kompeni di zaman kolonialisme dahulu.

Sesungguhnya rangkaian fakta sejarah membuktikan bahwa Mahasiswa yang sering disebut menjadi agen of change ( agen perubahan ) dalam tatanan kemajuan peradaban dunia dan yang juga menyandang predikat kaum intelektual memiliki beban tersendiri dalam kelompok social ternyata benar adanya. Mengapa demikian? Karena mahasiswa adalah kelas menengah yang dibekali oleh ilmu pengetahuan untuk melakukan social control dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masa depan suatu bangsa dan Negara dapat di prediksi dengan melihat kualitas mahasiswanya saat ini.

Namun kini mari kita lihat fakta  yang terjadi pada posisi mahasiswa saat ini. Mahasiswa cenderung sibuk dengan urusan pribadi dan melupakan status yang disandangnya. Mahasiswa cap kali menutup mata terhadap banyak persoalan yang terjadi dalam Negara. Mereka bukan menjadi intelektual yang berpihak kepada rakyat tetapi altit yang berlomba mengejar gelar untuk memuaskan hasrat keinginan keluarga atau sebagai persyaratan untuk melamar pekerjaan dikemudian hari. Mahasiswa yang seharusnya menerjamahkan teori ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dan membenturkannya dengan realita yang terjadi, lalu berdiri tegak diatas kebenaran ilmiah dengan mengatakan benar adalah benar, salah adaah salah. Dalam prakteknya justru menjadi intelektual malu-malu yang mudah tersipu jika berhadapan dengan kekuasaan yang dating bersama segepok harapan yang tak pernah terbukti harapan itu pernah terwujud.

Kemiskinan, penderitaan rakyat bagi mahasiswa tadak ubahnya sederet angka-angka yang diberi nada seperti lagu cinta ala cheerybells atau smash yang mampu mengubah putus cinta menjadi hentakan kaki, goyangan dada hingga kepala. Pengetahuan angka-angka itu hanya mampu membuat mahasiswa menari dalam aksi-aksi kecil namun tidak mampu menggerakan kesadaran solidaritas yang besar untuk bertidak untuk segera mengganti Presiden sebagai penanggung jawab tertinggi terhadap keterpurukan negeri ini dalam delapan tahu terahir.

Jika berbicara mengganti kekuasaan maka mahasiswa baik yang berambut gondrong maupun yang cepak, bertato maupun berkulit mulus selembut sutera seketika menjadi ahli ekonomi yang kemudian berbicara tantang cost atau biaya yang dikeluarkan jika presiden diganti melalui pemilu 2014 atau pemilu yang dipercepat secepat-cepatnya. Seluruh toeri kutub utara hingga selatan dikeluarkan, teori dari zaman singosari hingga pra kemerdekaan mengalir deras dan semua itu menjadi justifikasi untuk diam dan tidak berbuat apa-apawalau deretan fakta sangat gamblang menunjukan bahwa pesawat besar bernama Indonesia yang dipiloti oleh SBY ini sedang menukik menuju kehancuran.

Sejatinya mahasiswa adalah pemilik zaman penentu masa depan, penoreh sejarah bukan penonton sejarah. Penentu arah bukan pengikut arah. Sanggupkah generasi mahasiswa hari ini menjawab panggilan dan tantangan sejarah? Semoga ………..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun