Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Disiplin Membaca ala Bung Hatta

31 Maret 2015   19:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:43 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

”Kegemaran membaca adalah syarat mutlak untuk memajukan masyarakat dan bangsa.”

~ Ajip Rosidi, budayawan (dalam tulisannya di Pikiran Rakyat, 20 Maret 2015)

*****

Kuat membaca. Itulah Bung Hatta. Pada 27 Februari lalu, saya berkesempatan bertemu dengan dua guru hebat di Hotel Simpang, Surabaya. Yakni Prof Sri Edi Swasono PhD (guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) dan Andi M. Yasin (guru Alquran di Perum Surya Regency Sidoarjo).

Betul, Prof Edi Swasono adalah suami Meutia Hatta alias menantu pertama Proklamator RI Bung Hatta. Sebenarnya, jauh sebelum menikah dengan Meutia Hatta, perhatian Prof Edi terhadap dunia koperasi sudah terlihat. Ia seakan meneruskan pemikiran besar Bung Hatta dalam bidang ekonomi kerakyatan. Prof Edi menegaskan bahwa koperasi merupakan manifestasi dari sistem ekonomi kerakyatan dan dirinya sangat menentang pandangan neoliberalisme yang justru menggusur rakyat miskin.

Sebenarnya, pertemuan pada Jumat sore itu lebih pas dibilang kuliah tata cara menulis biografi. Tapi, dengan susah payah, akhirnya saya berhasil ”memaksa” Prof Edi untuk bercerita sedikit tentang Bung Hatta. Yang dapat saya garis bawahi ialah pengakuan Prof Edi bahwa Bung Hatta sosok yang sangat mencintai buku. ”Warisan bukunya sangat banyak,” ujar Prof Edi.

Mengenai hal ini, surat kabar Media Indonesia edisi 31 Agustus 2008 menukil kembali memoar Bung Hatta, terutama tentang ”kegilaan” sang proklamator dalam hal membaca buku.

Saat masih sekolah, Bung Hatta biasanya melahap buku-buku mata pelajaran pada malam hari. Sementara buku-buku sastra dan buku lainnya dibaca pada pukul 16.00 atau 16.30. Ketika usianya belum genap 20 tahun, Bung Hatta sudah gemar membaca buku-buku tebal. Suatu kebiasaan yang masih dijaganya hingga ia melanjutkan studi ke Belanda pada 1921.

Kebiasaannya saat kuliah adalah gemar memborong buku. Ia betah membaca hingga larut pagi untuk buku-buku tebal Gustav Schmoler yang terdiri atas dua jilid setebal 1.400 halaman. Melahap ribuan halaman dalam beberapa hari menjadi sebuah kebutuhan khusus bagi Bung Hatta. Demi menjaga kebugarannya, Bung Hatta meminum Tonikum (Media Indonesia, 31/8/2008).

Agaknya pernyataan Prof Sri Edi Swasono cocok dengan pengakuan Bung Hatta. Saat studinya di Belanda sudah selesai dan hendak pulang ke Indonesia, Bung Hatta sempat bingung karena koleksi bukunya sangat banyak. Yang akhirnya dibawa pulang ”hanya” 16 peti besi yang masing-masing berukuran setengah meter kubik. Selebihnya ditinggalkan dan dibagikannya kepada dua teman dekatnya waktu itu.

Bung Hatta semasa hidupnya dikenal memiliki kedisiplinan membaca yang hebat. Saat hendak diasingkan ke Bouven Digul, ia meminta izin selama tiga hari kepada petugas untuk mengepak buku-bukunya yang akan dibawa serta. Jumlahnya mencapai 16 peti yang masing-masing berukuran seperempat meter kubik. Tak heran jika sampai ada anekdot yang menyebutkan bahwa istri pertama Bung Hatta adalah buku saking cintanya kepada kegiatan membaca buku.

Membaca kisah tokoh nasional seperti Bung Hatta sungguh memberikan kenikmatan tersendiri. Membaca buku-buku sejarah dan biografi tokoh-tokoh terkenal dunia itu mengasyikkan karena selalu ada inspirasi baru yang menggugah. Membaca juga menambah pesona tersendiri. Pasalnya, ada mahasiswi Unitomo yang kesengsem berat kepada saya hanya gara-gara beberapa kali mendapati saya membaca buku di perpustakaan kampus ketika jam rehat kuliah. Sayangnya, hingga saat ini saya belum mendapat acc dari nyonya.

Sidoarjo, 31 Maret 2015


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun