Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature

Satwa Liar Vs Manusia

30 Maret 2020   09:24 Diperbarui: 30 Maret 2020   09:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

SATWA LIAR  Vs  MANUSIA

Konflik antara satwa liar  dan manusia, belakangan ini sangat memprihatinkan kita. Betapa tidak, di Sumatera Selatan kabupaten Lahat, manusia mati diterkam hariamau, sedangkan dikabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, manusia mati diterkam buaya. Proses rantai makanan, yang biasanya diisi oleh satwa juga seperti rusa, kerbau liar, babi hutan dan sejenisnya, sekarang berganti menjadi manusia yang masuk dalam rantai makanan satwa liar. Kenapa demikian ? Ketersediaan makanan bagi satwa liar makin hari makin berkurang bahkan menipis akibat dari rusaknya habitat ekosistem pendukungnya atau akibat makanan satwa liar, habis karena terlanjur diburu oleh manusia.

Kementerian LHK sebenarnya telah mengalokasi kawasan hutan untuk melindungi satwa liar seperti harimau ini, yakni kawasan hutan pelestarian alam berupa suaka margasatwa (SM) dan telah dilindungi oleh undang undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati. Indonesia mempunyai 73 lokasi suaka margasatwa dengan total luas 5.422.922 ha. Kriteria penetapan SM adalah tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa jenis satwa langka dan/atau hampir punah, memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi, tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu; dan/atau, luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.

Masalahnya adalah satwa liar sejenis harimau yang berada di kabupaten Lahat bermukim dalam hutan lindung yang mulai terancam karena perambahan liar. Harimau tidak bisa memilih untuk bermukim di SM, hutan lindung atau hutan produksi. Binatang harimau yang hidup cenderung soliter, mempunyai daya jelajah (home range) yang luas. Makin sulit memperoleh makanan karena rantai makanannya terganggu maka makin luas pula daya jelajahnya.  Sama halnya dengan nasib orang hutan yang berada di pulau Kalimantan, banyak habitatnya sebagai sumber makanan, berubah jadi kebun sawit. Akibatnya banyak orang hutan mati kelaparan karena sumber makanannya berkurang. Untungnya orang hutan termasuk satwa herbivora yang tidak makan daging (carnivora ) sehingga tidak mengacam kelangsungan hidup manusia.

Pemerintah sudah waktunya berpikir ulang untuk menetapkan kembali SM baru  atau mencari caru baru yang lebih tepat untuk melindungi satwa langka yang terancam punah seperti harimau, gajah, orang hutan yang setiap hari menghiasi halaman media massa karena kematiannya. Kemampuan KLHK dalam menjaga flora dan fauna langka sedang diuji. Manusia dan satwa langka sama pentingnya untuk dijaga keberlangsungan hidupnya.

Pramono Dwi Susetyo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun