Mohon tunggu...
Pramita duwinawangsari
Pramita duwinawangsari Mohon Tunggu... perawat

Saya seorang anggota Komite Pencegah dan Pengendali Infeksi di RSUD Waluyo Jati dan seorang ibu dari 2 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jejak Perjuangan Suami, Ayah dan Pendidik Dalam Diam

11 Juli 2025   01:01 Diperbarui: 24 Juni 2025   10:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Yudi Dengan Sepedanya (Sumber: Pramita Dok)

Dibalik raut wajah keras dan suara lantangnya, di setiap jengkal langkah kakinya, tersimpan kisah perjuangan seorang pria sejati. Nur Wahyudi, laki- laki kelahiran Probolinggo 11 Juni 1984 ini salah satunya. Beliau buka seorang tokoh besar yang wajahnya terpampang di telivisi, namun beliau adalah sosok pahlawan sejati bagi keluarganya. 

Pak Yudi, itulah sapaannya adalah seorang guru PPPK di SMA Negeri 1 Sumber, sebuah sekolah yang harus di tempuh 54 KM dari rumahnya. Sekolah itu berada di dataran tinggi, dan mempunyai sebutan sekolah diatas awan. Setiap hari, tanpa keluhan, ia menempuh perjalanan panjang melewati jalanan yang berkelok, menanjak, kadang berkabut, kadang berdebu, demi menjalankan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Perjuangannya bukan hanya soal jarak lagi, melainkan tentang tanggung jawab, cinta, dan keteguhan hati.

Bagi sebagian orang, pagi adalah waktu untuk bersantai sejenak sebelum memulai hari. Namun tidak bagi Yudi, pagi adalah awal dari rutinitas panjang yang menantinya. Dengan mata yang masih berat dan udara yang masih menyimpan dingin malam, ia bersiap memulai hari. Setiap pagi pak Yudi selalu menyempatkan diri mengantar anak keduanya ke sekolah, dan istrinya ke tempat bekerja. Rutinitas ini menjadi bagian dari kehidupannya yang padat namun penuh cinta. Setelah dia memastikan anak dan istrinya aman di tempat tujuannya, dia melanjutkan perjalanan panjangnya menuju tempat tugas. 54 kilometer harus ia tempuh menuju SMA Negeri 1 Sumber, tempatnya mengabdi sebagai guru PPPK. Dengan sepeda motor yang menjadi sahabat setia di segala cuaca, ia melewati jalanan desa, tanjakan, dan tikungan yang seolah tak berujung. Tapi di matanya, jarak bukanlah rintangan. Itu adalah bagian dari pengabdian. Di sekolah, pak Yudi bukan hanya guru biasa. Ia dikenal sebagai pendidik yang berdedikasi. Pemikirannya yang innovatif penuh dengan ide kreatif di gunakan untuk memajukan sekolah tempat ia mengabdi.  Meski datang dari jauh, semangatnya tak pernah pudar. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi tempat dimana ia bekerja. 

Selain menjadi guru, pak Yudi juga seorang owner dari My Clean Loundry. Salah satu loundry yang layanannya terlengkap di kecamatan Kraksaan. Usaha loundry ini didirikan sebagai bentuk dedikasi dirinya terhadap kabupaten probolinggo. Dia ingin membantu sesama dengan membuka lapangan pekerjaan. Mendirika usaha itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan, jatuh bangun menjalaninya. Dia tidak akan segan- segan, turun tangan langsung mengerjakan loundry. Bagi Guru yang lain, hari libur merupakan waktu istirahat atau bersantai, tapi tidak dengan pak Yudi dihari libur dia akan sibuk di Loundryannya, meskipun saat ini sudah ada empat karyawan. Pak Yudi memang sosok yang gila kerja, dan totalitas dalam melakukan segala sesuatunya.

Pak Yudi Dengan Keluarganya (Sumber: Pramita Dok)
Pak Yudi Dengan Keluarganya (Sumber: Pramita Dok)

Di rumah, Pak Yudi adalah sosok suami yang setia, cuek namun bertanggung jawab. Ia adalah suami yang kaku, namun selalu siap membantu jika istrinya membutuhkannya. Dia juga papa yang tenang namun penuh perhatian. Anak pertamanya adalah seorang putri, kini tengah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet. Pondok ternama yang menjadi harapan banyak orang tua untuk membentuk anak yang cerdas dan berakhlak mulia. Keputusan untuk menyekolahkan anaknya di sana adalah bentuk dari tekad Pak Yudi dan istrinya untuk memberikan pendidikan terbaik, meski harus berpisah dan menanggung beban biaya yang tak ringan. Meski jarang mengungkapkan lewat kata-kata, cinta dan pengorbanan Pak Yudi tergambar jelas dari tindakan-tindakannya. Ia tak pernah mengeluh tentang lelahnya perjalanan, panasnya terik matahari, atau dinginnya pagi yang menusuk. Baginya, semua itu adalah bagian dari tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Pak Yudi adalah sosok pria sejati, ia tidak mencari sorotan, tidak mengharap pujian. Tapi setiap harinya, ia memberi makna tentang bagaimana menjadi pria sejati yang memilih untuk bangkit lebih pagi, pulang lebih larut, dan tetap tersenyum, karena tahu bahwa keluarga adalah alasan dari semua perjuangan. Tak banyak kata-kata manis keluar dari mulutnya, tapi setiap tetes keringat yang mengalir adalah bukti cinta tanpa syarat. Dalam diamnya, tersimpan keteguhan seorang pria yang memilih berdiri tegak demi masa depan keluarganya. 

Pak Nur Wahyudi adalah potret papa Indonesia: sederhana, tangguh, dan setia berjalan dalam sunyi, hanya demi satu tujuan membahagiakan keluarganya. Kami sangat bersyukur memiliki beliau. Terimakasih atas semua perjuangannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun