Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka? Apakah Hanya Sekadar Ganti Nama Saja?

31 Maret 2023   17:04 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:10 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penerapan Kurikulum Merdeka - Sumber : kompas.com

"Ganti menteri ganti kurikulum, mau dibawa ke mana pendidikan kita?"

Keluh kesah seperti itu selalu saja muncul tatkala Kemdikbudristek dengan nahkoda barunya hadir dengan inovasi pembaharuan kurikulum. Ganti presiden, ganti menteri, maka bersiaplah beradaptasi kembali. Begitulah kiranya keluh kesah yang ada di masyarakat terkait dengan kurikulum pendidikan yang berubah-ubah. Sebuah dinamika yang lumrah terjadi. Kali ini giliran Mas Menteri Kemdikbudristek Nadiem Makarim dengan Kurikulum Merdeka-nya bersiap menghadapi gejolak dinamika yang ada di masyarakat.

Muncul ragam pertanyaan terkait apa dan bagaimana kurikulum merdeka ini diterapkan. Apakah hanya berganti nama saja ataukah mampu memberikan pencerahan di tengah tantangan pendidikan yang harus dihadapi oleh negeri ini. Namun ternyata, Kurikulum Merdeka sungguhlah berbeda. Kehadirannya bak oase di padang gurun, mampu membangkitkan asa dan menunjukkan kejelasan akan arah tujuan pendidikan. Kurikulum Merdeka melihat siswa dengan keragaman dan keunikannya, Kurikulum Merdeka melihat anak bangsa dengan kebhinekaannya. Sebuah harapan nyata dengan penerapan Kurikulum Merdeka akan dapat mampu mengakomodasi segala kebutuhan siswa yang beragam. 

Kurikulum Merdeka dan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

"Kurikulum Merdeka sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yakni pendidikan siswa harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya."

Bapak pendidikan nasional kita, Ki Hadjar Dewantara sebenarnya sudah memikirkan pendidikan Indonesia dengan kebhinekaannya yang menjadi sebuah potensi bangsa ini. Pendekatan dan penerapan proses pendidikan yang ada di Indonesia pun perlu melihat keragaman yang ada. Tidak bisa disamakan penerapan proses pendidikan di kota dengan di desa dengan segala hal terkait sosiokultural yang memengaruhinya, perlu pendekatan khusus untuk dapat berjalan secara optimal. Lalu apa yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara dengan kodrat alam dan kodrat zaman? Kodrat alam adalah berkaitan sifat dan bentuk lingkungan dimana siswa itu berada dan kodrat zaman adalah terkait dengan bagaimana siswa menjalani seusai dengan era atau zamannya. Bicara soal kodrat alam, sudah barang tentu akan muncul sebuah perbedaan yang mana perbedaan ini harus mampu terakomodasi oleh penerapan kurikulum pendidikan yang ada sehingga tujuan dari pendidikan itu dapat tercapai secara optimal. Di sisi lain terkait dengan kodrat zaman, melihat perkembangan zaman yang begitu dinamis diharapkan siswa mampu menjawab dengan ketrampilan yang ia miliki dalam menghadapi dinamika perubahan zaman. Inilah sebuah tantangan yang nyata pendidikan kita. Jika tepat penerapannya maka hasil optimal pun akan dicapai.

Sebuah paradigma bahwasannya siswa memiliki keragaman serta keunikannya masing-masing itulah yang terus dibangun melalui penerapan Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka hadir dengan menawarkan fleksibilitas dalam penerapan proses pendidikan. Kurikulum merdeka menekankan pendidikan yang berpihak kepada murid, yakni harus mampu memenuhi kebutuhan murid yang beragam. Sebagai salah satu contohnya adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi mencakup proses, konten, dan produk dimana dalam proses penerapannya mengedepankan minat murid yang beragam untuk dapat dipenuhi secara optimal. Inilah bukti nyata mewujudkan Merdeka Belajar, siswa dapat memilih sesuai dengan minat dan bakatnya. Inilah tujuan dari Kurikulum Merdeka, terciptanya pendidikan yang berkualitas,bermakan, dan penuh kebahagiaan dengan melihat ragam potensi yang dimiliki siswa.

Optimalisasi Peran Komunitas Belajar

"Wah kaosnya Mas Menteri keren ya, ada tulisannya 'Merdeka Belajar' !"

Dalam beberapa kesempatan seringkali menyaksikkan Mas Menteri mengenakan kaos yang bertuliskan 'Merdeka Belajar', ternyata hal ini mampu memantik pertanyaan terkait apa itu Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka yang digaungkan. Tampilan sederhana namun keren itu ternyata mampu memberikan energi postif kepada orang-orang yang pada mulanya mungkin saja nyinyir dan berkeluh kesah terkait kurikulum yang berubah-ubah. Inilah momen yang tepat untuk menyebarluaskan energi positif Kurikulum Merdeka dengan Merdeka Belajar-nya di masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun