Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Merayakan Masa Pensiun dengan Penuh Kebahagiaan

10 Agustus 2021   20:34 Diperbarui: 10 Agustus 2021   20:50 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merayakan Masa Pensiun - Sumber : kompas.com

"Mencoba mengamati orang-orang di sekitar yang telah memasuki masa pensiun atau purna tugas. Terdapat energi positif yang tersirat dari senyumnya. Sebuah kepuasan batin mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan hal ini dirayakan dengan wujud syukur yang nyata."

Mencoba mengamati orang-orang yang ada di sekitar sebagai wujud pembelajaran dan menyiapkan masa pensiun jika tiba saatnya nanti. Hal ini dapat menjadi suatu momen kebahagiaan namun juga dapat pula menjadi momen terjebak dalam kekhawatiran dan kecemasan berkepanjangan. Hal ini rasanya perlu disiasati dan disiapkan sedini mungkin agar tetap dapat bahagia setelah purna tugas nantinya. 

Menyiapkan hal-hal penting apa saja yang memang harus disiapkan agar tetap dapat produktif di masa pensiun. Bak sebuah roda, kehidupan pun berjalan berputar. 

Momen pensiun merupakan titik dimana perlahan mulai melepaskan masa-masa kejayaan saat berada pada puncak karir. Menyikapi hal ini perlu kebijaksanaan tingkat tinggi agar dapat menerima sebuah kenyataan sepenuh hati.

Sebuah Perayaan Menghirup Kebebasan

"Udara bebas akhirnya datang juga setelah sekian lama terjebak dalam rutinitas pekerjaan akhirnya mampu menyelesaikan dengan sempurna. Kini saatnya menghirup kebebasan dan menikmati hari tua bersama keluarga."

Sebuah kebahagiaan terpancar dari sorot mata yang menandakan bahwasannya memasuki masa pensiun merupakan momen yang harus dirayakan. Mendapati hal ini terjadi pada orang-orang yang dalam karir pekerjaannya benar-benar menikmati dan melakukan sepenuh hati. 

Lalu hingga tiba masa pensiun tiba, momen itu bagaikan sebuah pertandingan sepakbola dimana peluit panjang tanda akhir pertandingan dibunyikan dan mampu bermain baik dan meraih kemenangan.

 Satu kata yang dapat menggambarkan hal tersebut adalah kata 'puas'. Mengakhiri pertandingan dengan gembira dan siap menyongsong hari-hari selanjutnya dengan kegiatan positif lainnya. 

Dari orang-orang seperti inilah dapat dipetik sebuah pembelajaran hidup yang sangat penting. Yaitu tentang dedikasi tinggi dalam bekerja dan berkarir serta tentang bagaimana menyiapkan diri untuk menerima sebuah kenyataan dengan kegembiraan serta rasa syukur. 

Biasanya orang-orang seperti ini akan tetap produktif dalam mengisi masa pensiun. Rutinitas kesehariannya akan diisi dengan kegiatan-kegiatan positif, mulai dari meningkatkan ibadah, berolahraga secara teratur, berkebun, rekreasi, atau bahkan melanjurtkan usaha yang telah dirintisnya. Hal ini sungguh inspiratif dan patut dijadikan contoh.

"Terjebak ambisi tanpa henti hingga lupa diri bahwasannya semuanya akan hilang dan berganti menjadi masalah utama dalam menghadapi masa pensiun. Belum lagi soal post power syndrome, hal ini menjadi pemicu stres nomor satu." 

Lain lagi jika selama berkarir dipenuhi dengan ambisi tanpa henti. Haus kekuasaan dan senantiasa ingin berkuasa terus menerus. Lalu lupa bahwa akan tiba masanya harus menanggalkan kejayaan yang pernah diraihnya. 

Saat masa pensiun tiba sudah barang tentu tidak akan siap menghadapinya. Rasa cemas, rasa was-was, dan khawatir selalu menghantui setiap saat. Hal ini membuat hati dan pikiran tak tenang sehingga berpengaruh pada kesehatannya. 

Belum lagi terjebak pada sebuah kondisi yang disebut post power syndrom, yaitu sebuah kondisi dimana masih terjebak dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum dapat menerima kenyataan bahwa kekuasaan yang pernah dimiliki sudah tidak ada lagi. Hal demikian menjadi pemicu stres nomor satu bagi para pensiunan. Fenomena tersebut yang pernah penulis amati selama ini.

Sebuah keadaan yang penulis amati di sekitarnya. Terdapat dua pilihan tentang bagaimana menyiapkan diri menghadapi masa pensiun. Pilihan kembali ke masing-masing apakah ingin bergembira di hari tua atau sebaliknya. 

Sudah tentu semua ingin menikmati masa pensiun dengan tetap produktif dan positif. Sebuah pembelajaran hidup tentang bekal menghadapi masa penisun dari sebuah pengamatan dari orang-orang di sekitar penulis. Semoga bermanfaat. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun