Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ts'ai Lun Penemu Kertas yang Bernasib Malang

17 Mei 2022   19:30 Diperbarui: 17 Mei 2022   22:01 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ts'ai LunSumber: Gunsenpai.com

Buku, si jendela dunia. Jaman dulu, bentuk buku bukanlah berupa kumpulan kertas yang dijilid. Ada yang menggunakan tablet lempengan batu untuk menulis, kulit hewan, kulit kayu, juga bambu.

Tidak terbayang repotnya kalau mau saling bertukar buku koleksi, apalagi kalau koleksinya itu novel yang memuat kisah cinta yang berliku, membayangkan jumlah lempengan batunya pun sudah seru, lalu berapa pula ongkirnya lewat ekspedisi (kalau ada).

Konon menulis pernah juga dilakukan pada kain sutra, namun ini tentunya sangat mahal. 

Penemuan Seorang Kasim 

Lalu kemudian terjadi perubahan pada dunia tulisan, berkat seorang staf admin penjara di daratan Cina, yang lahir di  Leiyang, bagian dari Hunan.   Namanya Ts'ai Lun, abdi kaisar Han He Ti, kaisar ke empat dinasti Han di sekitar tahun 105 Masehi. Konon Ts'ai Lun juga seorang kasim.

Berkat temuan Ts"ai Lun, Cina mengalami kemajuan pesat. Dan menjadi satu-satunya pengekspor kertas di dunia hingga abad kedua. Dinasti Han tercatat sebagai dinasti dimana bangsa Cina mencapai perkembengan pengetahuan, teknologi dan juga seni. Kemajuan ekonomi juga terjadi pada dinasti ini ditandai dengan diterbitkannya koin untuk alat pembayaran.

Ini membuktikan kebenaran teori, bahwa di dalam buku ada harta tak ternilai, preservasi budaya dan knowledge sharing tentunya jauh lebih mudah dilakukan dengan buku yang terbuat dari kertas.

Diceritakan awalnya Ts'ai Lun mencoba membuat kertas dari serat bambu, kurang puas dengan hasilnya, ia mencoba menggunakan kulit kayu pohon murbei yang direndam di air dan ditumbuk menggunakan lesung hingga seratnya terlepas.

Rendaman ini ia campur dengan kain perca bahkan ada yang mengatakan dia juga mencampurnya dengan jala tidak terpakai.

Setelah terbentuk bubur, rendaman ini ia saring dan tekan menjadi lembaran tipis lalu dijemur dan menjadi kertas. Tidak berpuas hati, ia campurkan lagi berbagai bahan dan meramu buburnya hingga hasilnya makin memuaskan. Inilah cikal bakal kertas.

Persembahan Pada kaisar Dan Pengkhianatan

Setelah dirasakan cukup memuaskan, Ts'ai Lun membawa kertas temuannya kepada kasiar. Kaisar sangat puas denga kertas ini, Dari petugas istana biasa, Ts'ai Lun diangkat jadi bangsawan, Jingzhong adalah nama kehormatannya. Bahkan Kertas temuannya disebut kertas bangsawan Ts'ai.

Bukan hanya gelar kebangsawanan, kaisar juga memberikan hadiah berupa materi yang langsung menaikkan derajat hidup Ts'ai Lun. Sayangnya situasi politik berubah, entah karena difitnah atau memang benar terjadi, muncul issue Ts'ai Lun terlibat dalam konspirasi yang memusuhi kaisar.

Sekedar catatan kecil  cukup sering cerita tragis tentang orang yang berjasa kepada Kaisar. Ada yang menjadi korban iri dengki, ada pula yang memang benar berkhianat karena terjebak ketamakan diri. Entah Ts'ai Lun masuk kategori yang mana, tidak ada referensi yang menjelaskan hal ini.

Ts'ai Lun dihukum usir dari wilayah kaisar, karena malu dan takut, ia melakukan bunuh diri. Konon lumpang yang dia pakai untuk membuat kertas juga ikut dikuburkan di kolam   dekat kuburannya.

Walau kisah hidupnya berakhir tragis, jasa Ts'ai Lun tetap dihargai, di desa kelahirannya dibangun sebuah kuil untuk mengenangnya. Bahkan pada dinasti Tang, Ts'ai Lun dinyatakan sebagai Dewa pembuatan kertas. Gambarnya dicetak dan dipajang di pabrik pembuatan dan toko kertas.

Sempat rusak diterjang banjir, namun kuilnya sudah diperbaiki kembali, dan di desanya  juga didirikan museum budaya Kertas Ts'ai Lun.

Sumber

https://www.discoverwalks.com/blog/china/top-9-facts-about-cai-lun/

https://www.biographyonline.net/business/cai-lun.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun