Disudut jalan, dipinggir gang, dipersampingan pasar ataupun disudut kota keberadaan tukang cukur selalu dicari, bukan untuk urusan administrasi bukan juga urusan politik apalagi urusan keagamaan, melainkan dicari untuk memperindah tampilan, rambut adalah mahkota, gaya rambut panjang atau pendek mempengaruhi tampilan wajah, jangan tanya ke tukang cukur model apa kadang dia menyarankan yang terbaik sesuai bentuk kepala.
Tukang cukur dalam diam menyimpan makna, tangannya mencukur namun jiwa dan raganya ingin istirahat sejenak, menikmati kopi dan ngudut sesekali.
Bagi tukang cukur presisi adalah hal utama seimbang tanpa gerakan, selaras antara depan dan belakang
Jangan tanyakan seberapa setia tukang cukur, pisau dan kawannya pun dirawat melebihi merawat dirinya sendiri, jangan tanyakan terkait lemah lembutnya, pisau yang selalu diasa hanya digunakan untuk mengikis dan jangan tanya isi kantongnya  bagi dia setiap kepala adalah uang.
Tukang cukur bukan masyarakat pinggiran tetapi termasuk masyarakat kelas atas, dia mengarahkan kanan kiri atas bawah kepala wilayah ataupun kepala negara.
Elegan namun tidak berisik, tidak pamer bahkan jarang diliput oleh media.
Bagi tukang cukur diam adalah mewah, bukan saya yang butuhkan kamu tapi kamu yang butuhkan saya, selama kamu punya rambut selama itu pula alat cukur berbunyi selaras dan seirama.
Disudut kota yang ramai ataupun disudut pasar yang sorai dia tetap senyum menikmati kopi melihat langit dan menanti kepala yang sudah jenuh dengan rambutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI