Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia memuncak pada tanggal 1Agustus2025 setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev membuat pernyataan provokatif membalas ultimatum yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuntut gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
Presiden Donald Trump menanggapinya dengan memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir Amerika Serikat ke "wilayah yang tepat" sebagai sinyal kekuatan sekaligus deterrent. Pernyataan resmi Gedung Putih menyebut ini sebagai langkah protektif terhadap rakyat Amerika Serikat. Akan tetapi, tidak ada informasi maupun konfirmasi mengenai jenis kapal selam maupun Lokasi penempatannya.
Banyak analis menafsirkan pernyataan Presiden Donald Trump ini adalah eskalasi retoris: memperkuat postur nuklir Washington. Dunia kini menyaksikan potensi pergerakan dramatis dalam pola aliansi: intervensi potensial oleh sekutu Amerika Serikat di Asia Pasifik (Jepang, Korea Selatan, Australia, Filipina), dan menunggu kemungkinan reaksi dari Rusia dan sekutunya seperti Belarus, China, Korea Utara, serta Iran.
Para negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa dan Kanada menanggapi dengan hati-hati, sedangkan Turki, anggota NATO yang juga berambisi menjadi anggota Uni Eropa bersikap hati-hati, karena tidak ingin merusak hubungannya dengan Rusia dan para sekutu terdekatnya. Bahkan Israel dipantau apakah akan terlibat. Narasi ini menyajikan potret baru konflik global multi-regional yang menegangkan.
Medvedev vs Trump: Serius atau Sekadar Provokasi?
Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, sekarang Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, dengan merujuk pada sistem otomatis "Dead Hand" Soviet, melalui akun media sosial LinkedIn menyebut ultimatum Amerika Serikat sebagai "langkah perang nuklir".
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menanggapinya di Truth Social sebagai "bodoh dan provokatif" dan memperingatkan bahwa kata-kata bisa memicu konsekuensi (Reuters). Gedung Putih menolak memberikan komentar tambahan, menyiratkan operasi ini sifatnya simbolik dan defensif (Reuters, AP News, Reuters).