Ekonomi & Sosial: Sinergi atau Fragmentasi
Saat G7, yang mewakili lebih dari 50% PDB dan lebih dari 55% belanja pertahanan global, terpecah arah, dampak globalnya nyata. Jika Russia kembali diterima dan G7 menjadi G8 kembali, G7 akan kehilangan legitimasi nilai-nilai demokrasi dan bahkan bisa menghadapi sanksi spekulatif dari Trump, termasuk tarif impor baru dan kecenderungan proteksionisme ekstrem .
Proteksionisme ini bisa memicu gelombang balasan di sektor ekspor, terutama di sektor industri otomotif dan teknologi. Ekonomi dunia bisa terseret ke jurang stagnasi, terutama negara G20 yang ekstensinya saling tergantung. Ekonomi global yang terseret ke proteksionisme, dapat dimanfaatkan oleh China dan Rusia untuk memperluas pasar alternatif, dan menimbulkan risiko kesenjangan sosial, pengangguran dan krisis finansial.
Hukum Internasional: Prinsip vs Realpolitik
Dominasi nilai-nilai demokrasi dan prinsip-prinsip hukum internasional menjadi modifikasi yang terancam bila Trump menyertakan Russia dalam G7. G7 bukan entitas resmi hukum internasional, namun kondisinya menggambarkan pengakuan bersama atas prinsip-prinsip seperti kedaulatan Ukraina dan penghormatan norma hukum internasional.
Mengundang kembali Russia ke G7 tanpa adanya kemajuan substansial dalam proses perdamaian di Ukraina akan menjadi legitimasi simbolik atas agresi Russia, dan melemahkan tata aturan global. Sebaliknya, sanksi yang lebih jauh yang dijatuhkan melalui Kongres Amerika Serikat, seperti Sanctioning Russia Act, mengingatkan bahwa hukum domestik dapat menegakkan respons militer-ekonomi internasional.
Strategi Global: Tugas Berat Bagi G7, G20, dan Uni Eropa
G7
Untuk memelihara relevansi, G7 mungkin perlu untuk:
- menegaskan posisi jelas menolak agresi Russia dan meningkatkan dukungan untuk Ukraina, tanpa kompromi.
- memperkenalkan roadmap mitigasi terhadap proteksionisme Trump, misalnya mekanisme kompensasi ekspor, koordinasi tarif tanggapan yang adil.
- menambahkan negara-negara seperti Korea Selatan dan Australia sebagai "anggota sahabat", memperkuat konsensus demokratis, serta menahan potensi izinkan Rusia kembali .
Uni Eropa
Di lingkungan UniEropa, strategi yang perlu dilakukan adalah:
- Mengokohkan diplomasi kolektif melalui Council of the European Union dan diplomat tinggi Uni Etopa, dengan tekanan hukum kepada anggota jika ada diferensiasi dalam dukungan sanksi terhadap Russia.
- Bersinergi dengan G7 untuk memitigasi lonjakan tarif global.
G20
G20, sebagai forum ekonomi global, di mana Indonesia adalah salah astu anggotanya, harus menempatkan isu ini dalam diskusi pembangunan inklusif tanpa disrupsi proteksionisme:
- Mengedepankan struktur perdagangan yang inklusif dan non-diskriminatif,
- Menyatukan regulasi global atas sunah ekonomi digital dan crossborder supply chain,
- Mendukung resolusi hukum internasional atas konflik bersenjata Russia--Ukraina dan menolak legitimasi agresi.