Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelangsungan G7: Tantangan Putin dan Trump

10 Juni 2025   12:20 Diperbarui: 10 Juni 2025   12:25 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI-generated image: bendera-bendera negara-negara anggota G7 dan bendera Uni Eropa

Para pemimpin G7 (Sumber/Kredit Foto: Bloomberg)
Para pemimpin G7 (Sumber/Kredit Foto: Bloomberg)

Ekonomi & Sosial: Sinergi atau Fragmentasi

Saat G7, yang mewakili lebih dari 50% PDB dan lebih dari 55% belanja pertahanan global, terpecah arah, dampak globalnya nyata. Jika Russia kembali diterima dan G7 menjadi G8 kembali, G7 akan kehilangan legitimasi nilai-nilai demokrasi dan bahkan bisa menghadapi sanksi spekulatif dari Trump, termasuk tarif impor baru dan kecenderungan proteksionisme ekstrem .

Proteksionisme ini bisa memicu gelombang balasan di sektor ekspor, terutama di sektor industri otomotif dan teknologi. Ekonomi dunia bisa terseret ke jurang stagnasi, terutama negara G20 yang ekstensinya saling tergantung. Ekonomi global yang terseret ke proteksionisme, dapat dimanfaatkan oleh China dan Rusia untuk memperluas pasar alternatif, dan menimbulkan risiko kesenjangan sosial, pengangguran dan krisis finansial.

Hukum Internasional: Prinsip vs Realpolitik

Dominasi nilai-nilai demokrasi dan prinsip-prinsip hukum internasional menjadi modifikasi yang terancam bila Trump menyertakan Russia dalam G7. G7 bukan entitas resmi hukum internasional, namun kondisinya menggambarkan pengakuan bersama atas prinsip-prinsip seperti kedaulatan Ukraina dan penghormatan norma hukum internasional.

Mengundang kembali Russia ke G7 tanpa adanya kemajuan substansial dalam proses perdamaian di Ukraina akan menjadi legitimasi simbolik atas agresi Russia, dan melemahkan tata aturan global. Sebaliknya, sanksi yang lebih jauh yang dijatuhkan melalui Kongres Amerika Serikat, seperti Sanctioning Russia Act, mengingatkan bahwa hukum domestik dapat menegakkan respons militer-ekonomi internasional.

Strategi Global: Tugas Berat Bagi G7, G20, dan Uni Eropa

G7

Untuk memelihara relevansi, G7 mungkin perlu untuk:

  • menegaskan posisi jelas menolak agresi Russia dan meningkatkan dukungan untuk Ukraina, tanpa kompromi.
  • memperkenalkan roadmap mitigasi terhadap proteksionisme Trump, misalnya mekanisme kompensasi ekspor, koordinasi tarif tanggapan yang adil.
  • menambahkan negara-negara seperti Korea Selatan dan Australia sebagai "anggota sahabat", memperkuat konsensus demokratis, serta menahan potensi izinkan Rusia kembali .

Uni Eropa

Di lingkungan UniEropa, strategi yang perlu dilakukan adalah:

  • Mengokohkan diplomasi kolektif melalui Council of the European Union dan diplomat tinggi Uni Etopa, dengan tekanan hukum kepada anggota jika ada diferensiasi dalam dukungan sanksi terhadap Russia.
  • Bersinergi dengan G7 untuk memitigasi lonjakan tarif global.

G20

G20, sebagai forum ekonomi global, di mana Indonesia adalah salah astu anggotanya, harus menempatkan isu ini dalam diskusi pembangunan inklusif tanpa disrupsi proteksionisme:

  • Mengedepankan struktur perdagangan yang inklusif dan non-diskriminatif,
  • Menyatukan regulasi global atas sunah ekonomi digital dan crossborder supply chain,
  • Mendukung resolusi hukum internasional atas konflik bersenjata Russia--Ukraina dan menolak legitimasi agresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun