Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

ASEAN: Diplomasi Sunyi, Tapi Dampak Nyata

25 Mei 2025   14:30 Diperbarui: 25 Mei 2025   13:39 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ASEAN oleh Lan Truong (Sumber/Kredit Foto: The Economist)

Salah satu artikel di media The Economist yang saya baca baru-baru ini dan menarik perhatian saya, yang berjudul "On its own terms, ASEAN is surprisingly effective" menyoroti efektivitas ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara.

Meskipun tanpa struktur supranasional yang kuat seperti Uni Eropa, ASEAN berhasil mencegah konflik antarnegara anggotanya melalui pendekatan konsensus dan non-intervensi. Pendekatan ini, dikenal sebagai "ASEAN Way", menekankan pada diplomasi sunyi dan penghormatan terhadap kedaulatan negara masing-masing negara anggota.

Diplomasi Sunyi

ASEAN menekankan pada diplomasi sunyi dan penghormatan terhadap kedaulatan negara masing-masing negara anggota. Istilah "diplomasi sunyi" atau quiet diplomacy merujuk pada pendekatan dalam hubungan internasional yang menghindari konfrontasi terbuka, tekanan publik, atau intervensi terang-terangan dalam urusan dalam negeri negara lain.

Dalam konteks ASEAN, diplomasi ini dijalankan melalui dialog tertutup, pertemuan informal, dan kompromi diam-diam yang tidak disorot media secara luas. Pendekatan ini dianggap sesuai dengan nilai-nilai budaya Asia Tenggara yang menjunjung tinggi keharmonisan, penghormatan terhadap otoritas, dan penghindaran rasa malu di muka umum.

Quiet Diplomacy (Sumber/Kredit Foto: Quaker in Britain -quakers.org,uk)
Quiet Diplomacy (Sumber/Kredit Foto: Quaker in Britain -quakers.org,uk)
Gaya Khas ASEAN

Diplomasi sunyi merupakan ciri khas dari apa yang disebut sebagai "ASEAN Way", gaya khas ASEAN dalam mengelola perbedaan di antara negara-negara anggotanya. Pendekatan ini lahir dari pengalaman sejarah kawasan yang pernah dilanda konflik dan ketegangan.

Dalam suasana yang penuh kehati-hatian, negara-negara anggota memilih membangun kepercayaan satu sama lain melalui interaksi yang tenang, tidak memojokkan, dan tanpa paksaan. Meskipun sering dikritik karena dianggap lamban dan tidak efektif dalam menangani krisis akut, diplomasi sunyi terbukti mampu menciptakan stabilitas jangka panjang di Asia Tenggara.

Tiada Konflik

Keberhasilan ASEAN dalam mencegah pecahnya konflik bersenjata terbuka antara anggotanya menjadi bukti bahwa diplomasi sunyi memiliki kekuatan tersendiri. Misalnya, sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja terkait Candi Preah Vihear atau ketegangan antara Malaysia dan Indonesia soal wilayah maritim dapat diredam melalui dialog tertutup dan kerja sama bilateral, bukan melalui sanksi atau tekanan publik yang konfrontatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun