Aneksasinya atas Negara Kepausan pada tahun 1809.
- Penahanan Paus Pius VII.
- Periode Pasca-Napoleon
Dengan pemulihan monarki Bourbon pada tahun 1814, Gereja Katolik kembali menonjol. Monarki, terutama di bawah Louis XVIII dan Charles X, menegaskan kembali akar Katolik Perancis, dan gelar "putri tertua Gereja" kembali digunakan secara seremonial dan diplomatis.
Penggunaan Modern
Saat ini, gelar tersebut bersifat kehormatan dan historis. Perancis secara resmi menjadi republik sekuler (laicite) sejak tahun 1905, dengan pemisahan yang ketat antara gereja dan negara. Namun, frasa tersebut masih memiliki resonansi simbolis dan kultural, khususnya dalam:
- Pidato Paus yang ditujukan kepada Perancis.
- Acara seremonial yang melibatkan kelompok monarki Katolik.
- Nostalgia Katolik akan identitas pra-revolusi.
Perancis pasca-Revolusi tidak secara aktif mempertahankan gelar tersebut dalam arti politik atau agama formal karena sekularisasi. Akan tetapi, gelar tersebut tidak pernah sepenuhnya dicabut, dan tetap menjadi sebutan yang signifikan secara historis dan simbolis yang mencerminkan akar Katolik Perancis yang dalam.
Privilege du Blanc
Oleh karenanya, istri Napoleon Bonaparte, Permaisuri Josephine de Beauharnais dan Permaisuri Marie Louise dari Austria tidak diberi privilege du blanc (hak istimewa untuk berbusana putih di hadirat Paus), dan tidaklah pantas atau diharapkan bagi mereka untuk mengklaimnya.
Baca juga: Privilege dua Blanc: Hak Istimewa Berbusana Putih para Ratu Eropa di Vatican.
Permaisuri Josephine de Beauharnais (1763--1814)
Status agama: Josephine beragama Katolik, dan ia berpartisipasi dalam penobatan Napoleon pada tahun 1804, yang dihadiri oleh Paus Pius VII, meskipun Napoleon sendiri yang memahkotai dirinya sendiri.
Realitas politik: Rezim Napoleon memiliki hubungan yang tegang dengan Gereja Katolik. Paus pada dasarnya menjadi tahanan selama pencaplokan Negara Kepausan oleh Napoleon (1809).