Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Napoleon vs Vatican: Aneksasi yang Mengguncang Dunia Kristen

17 Mei 2025   13:10 Diperbarui: 17 Mei 2025   16:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkapan Paus Pius VI oleh tentara Napoleon Bonaparte (Sumber/Kredit Foto: Histpry.com)

Aneksasinya atas Negara Kepausan pada tahun 1809.

  • Penahanan Paus Pius VII.
  • Periode Pasca-Napoleon

Dengan pemulihan monarki Bourbon pada tahun 1814, Gereja Katolik kembali menonjol. Monarki, terutama di bawah Louis XVIII dan Charles X, menegaskan kembali akar Katolik Perancis, dan gelar "putri tertua Gereja" kembali digunakan secara seremonial dan diplomatis.

Penggunaan Modern

Saat ini, gelar tersebut bersifat kehormatan dan historis. Perancis secara resmi menjadi republik sekuler (laicite) sejak tahun 1905, dengan pemisahan yang ketat antara gereja dan negara. Namun, frasa tersebut masih memiliki resonansi simbolis dan kultural, khususnya dalam:

  • Pidato Paus yang ditujukan kepada Perancis.
  • Acara seremonial yang melibatkan kelompok monarki Katolik.
  • Nostalgia Katolik akan identitas pra-revolusi.

Perancis pasca-Revolusi tidak secara aktif mempertahankan gelar tersebut dalam arti politik atau agama formal karena sekularisasi. Akan tetapi, gelar tersebut tidak pernah sepenuhnya dicabut, dan tetap menjadi sebutan yang signifikan secara historis dan simbolis yang mencerminkan akar Katolik Perancis yang dalam.

Privilege du Blanc

Oleh karenanya, istri Napoleon Bonaparte, Permaisuri Josephine de Beauharnais dan Permaisuri Marie Louise dari Austria tidak diberi privilege du blanc (hak istimewa untuk berbusana putih di hadirat Paus), dan tidaklah pantas atau diharapkan bagi mereka untuk mengklaimnya.

Baca juga: Privilege dua Blanc: Hak Istimewa Berbusana Putih para Ratu Eropa di Vatican.

Permaisuri Josephine de Beauharnais (1763--1814)

Status agama: Josephine beragama Katolik, dan ia berpartisipasi dalam penobatan Napoleon pada tahun 1804, yang dihadiri oleh Paus Pius VII, meskipun Napoleon sendiri yang memahkotai dirinya sendiri.

Realitas politik: Rezim Napoleon memiliki hubungan yang tegang dengan Gereja Katolik. Paus pada dasarnya menjadi tahanan selama pencaplokan Negara Kepausan oleh Napoleon (1809).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun