Hal ini menandai salah satu krisis paling serius dalam hubungan Gereja-Negara dalam sejarah modern. Hal ini juga menjadi preseden bagi nasionalisme sekuler modern yang menantang kedaulatan agama tradisional.
Identitas Perancis Sebagai "Putri Sulung Gereja Katolik"
Setelah Revolusi Perancis (1789--1799), identitas Perancis sebagai "putri tertua Gereja Katolik" (la fille ainee de l'Eglise) sangat ditantang tetapi tidak sepenuhnya terhapus.
Konteks Sejarah Identitas Perancis
Perancis memperoleh gelar "putri tertua Gereja" sejak abad ke-5 ketika Raja Clovis I memeluk agama Kristen. Gelar tersebut melambangkan peran lama Perancis sebagai pembela dan pelindung iman Katolik Roma, khususnya selama Kekaisaran Carolingian dan sepanjang Abad Pertengahan.
Dampak Revolusi Perancis
Selama Revolusi:
- Gereja Katolik ditekan: Gereja ditutup, para imam dianiaya, dan Konstitusi Sipil Imam (1790) menundukkan Gereja kepada negara.
- Paus ditolak sebagai otoritas keagamaan.
- Pemujaan Nalar dan kemudian Kultus Yang Maha Tinggi menggantikan agama Kristen dalam ideologi revolusioner resmi.
Hal ini menandai perubahan tajam dari identitas Katolik Perancis, dan Revolusi dipandang oleh banyak orang di Gereja sebagai kemurtadan.
Baca juga: Mengapa Gereja Katolik di Perancis di Masa Revolusi akan Diganti?
Napoleon dan Restorasi yang Rapuh
Napoleon Bonaparte berupaya melakukan rekonsiliasi parsial dengan Gereja Katolik melalui Konkordat tahun 1801, memulihkan beberapa hak Gereja sambil tetap berada di bawah kendali negara. Namun, ketegangan dengan kepausan tetap ada, termasuk: