Jakarta, Bupati Tolikara (26/07/2025) -- Selaku Bupati, kami menghadiri kegiatan Sarasehan Nasional Bersama Badan Gizi Nasional, Yang dihadiri oleh Para Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati/Wali-Kota) dari Indonesia Bagian Timur, hadir dalam kegiatan Koordinasi Program Prioritas Presiden, dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebagai tanggung jawab seluruh Pemimpin Nasional dan Daerah, untuk memecahkan masalah terkait masih tingginya angka stunting, gizi buruk serta kerentanan sosial -- ekonomi -- pendapatan, pada mayoritas keluarga miskin dan berpendapatan rendah, yang berakibat buruk terhadap kerentanan masalah gizi pada anak balita dan anak anak usia sekolah di seluruh daerah se-Indonesia..Â
Kami menyambut baik inisiatif dan perhatian Bapak Presiden Prabowo, yang memiliki kepedulian besar dalam memperhatikan pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia yang sehat dan kuat, termasuk dalam Upaya melakukan upaya eradikasi stunting di seluruh Indonesia..
Sebagai Bupati Tolikara, izinkan saya menyampaikan realitas dan tantangan yang kami hadapi di daerah kami, di wilayah Papua Pegunungan, dengan karakteristik wilayah yang secara geografis masih terisolir, secara ekonomi masih mengalami kerentanan, dan secara infrastruktur dasar masih mengalami defisit yang parah..
Dalam menghadapi masalah Stunting di Kabupaten Tolikara, hal tersebut bukan Sekadar Soal Program Pemberian Makanan saja (salah satu aspek terkecil dalam program penanggulangan stunting di Tolikara).. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang menunjukkan bahwa wilayah Papua Pegunungan mencatat skoring angka stunting tertinggi sebesar 34% hingga 37%, dengan skor berada jauh di atas rata-rata angka stunting nasional dan jauh berada diatas batas toleransi yang direkomendasikan oleh Badan WHO Dunia.. Maka dari itu, bagi kami selaku pemangku kebijakan regional di Tolikara, program makan bergizi tidak cukup dimaknai sebagai soal menyediakan makanan bagi anak-anak sekolah saja..
Kami percaya, stunting bermula dari rumah tangga kecil yang dikelola oleh Ayah - Ibu beserta anak anaknya.. Karena itu, kami memulai program Makan Bergizi yang diadaptasi dari Program Presiden Prabowo, dengan mulai dari 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) -- dan ini menjadi Visi Misi Kami (Wilyon) Sejak awal Pilkada Bergulir di Tahun 2024 kemarin dan Saat ini telah disempurnakan kedalam RPJMD dan RKPD Pemda Tolikara dibawah Kepemimpinan kami sejak 2025 hari ini.. Program 1000 Hari Kehidupan, dilakukan dengan pendekatan berbasis keluarga, dengan pendekatan budaya komunal Masyarakat Dani, dan integrasi Bersama program Gereja (sebagai institusi keagamaan terkuat di Papua Pegunungan), yang meliputi sejumlah kegiatan diantaranya: Program Pendampingan gizi untuk ibu hamil dan menyusui, Program Penyediaan obat dan vitamin, dan Intervensi edukatif dalam keluarga agar pola konsumsi dan pengasuhan anak lebih sehat dan berkelanjutan..
Pangan Lokal Adalah Solusi.. Kami sejatinya percaya bahwa solusi stunting di Tanah Papua tidak bisa dicopy-paste dari wilayah lain (tidak ada formulasi standar yang dapat diterapkan untuk semua daerah secara sama, dan itu justru dapat mematikan potensi lokal masing-masing daerah di Indonesia, jika Upaya penyeragaman terus dipaksakan tanpa memperhatikan kekhususan setiap daerah).. Khusus Untuk Kabupaten Tolikara, pangan lokal adalah kekuatan.. Kami memiliki sagu, ubi, keladi, ketela, ikan dan daging lokal yang bersumber dari hutan lokal.. Bahan-bahan inilah yang kami dorong untuk menjadi dasar menu MPASI dan kebutuhan konsumsi anak-anak.. Pendekatan ini murah, berkelanjutan, dan secara budaya lebih diterima oleh masyarakat..
Namun, kami juga sadar bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah.. Oleh karena itu, kami melibatkan Para Kepala Kampung, Tokoh Adat, Tokoh Gereja, Tokoh Perempuan, kader Posyandu, dan Ibu-ibu PKK.. Mereka inilah yang menjadi ujung tombak perubahan perilaku gizi di rumah tangga..Â
Penanggulangan masalah stunting di Tolikara menggunakan Pendekatan Kampung, Bukan Hanya Sekolah.. Oleh Karena itu, kami sangat berharap bahwa program MBG ke depan tidak hanya difokuskan pada ranah sekolah saja (termasuk dalam diskusi implementasi Kebijakan yang peruntukannya menggunakan anggaran Daerah).. Sekolah merupakan bagian dari simpul dari panjangnya rentetan masalah yang lebih dalam dan kompleks dalam Upaya penanggulangan stunting di keluarga.. Kami mengusulkan agar dilakukan pelatihan terstruktur di kampung-kampung, untuk membimbing keluarga secara langsung membuat menu MP-ASI berbasis sagu, ketela, umbi dan protein lokal yang dapat diperoleh lebih murah di Kawasan Perdesaan..
Selaku Bupati di Kawasan Papua Pegunungan, tantangan kami tidaklah mudah dan ringan.. Kami masih mengalami Isolasi geografis yang ekstrim, sehingga menyebabkan logistik makanan, obat, dan edukasi gizi sulit dijangkau oleh mayoritas Masyarakat kami di daerah yang masih terisolir dengan persebaran yang begitu luas di seluruh Kaki Pegunungan dan Lembah di Tolikara.. Kami juga mengalami, ketergantungan yang besar pada impor beras dan bahan pangan dari luar daerah, yang semakin menambah beban anggaran dan menciptakan ketergantungan kebutuhan pangan jangka Panjang (Papua Pegunungan Mengalami Dislokasi Pangan).. Harga barang juga sangatlah mahal, biaya logistic sangat tinggi, dan keterbatasan infrastruktur dasar membuat semua program jadi lebih mahal dan sulit untuk dicapai.. Selain masalah domestik tersebut, Papua Pegunungan juga menghadapi Rendahnya pengetahuan gizi dalam lingkungan keluarga (perlu Upaya adaptasi terhadap kondisi budaya lokal), menjadi tantangan tersendiri dalam perubahan pola makan dan pola asuh anak-anak di Papua Pegunungan.. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah stunting, Pemda Tolikara tidak bisa hanya mengalokasikan anggaran untuk satu kegiatan saja.. Kami harus membangun dan menuntaskan masalah interkoneksi - infrastruktur dasar, distribusi ekonomi, layanan kesehatan dan juga penguatan pangan lokal, secara bersamaan dalam pemanfaatan anggaran daerah, disetiap Tahun APBD.. Catatan Pentingnya: Karena semua sektor saling terhubung dan saling bergantung antar satu dengan yang lainnya..
Oleh karena itu, kami mengusulkan Penyesuaian Program MBG bagi Kabupaten Tolikara, dengan pesan moral kepada Badan Gizi Nasional  untuk tidak menyeragamkan implementasi MBG di Tanah Papua.. Kami memohon kearifan kepada Badan Gizi Nasional dan Pemerintah Pusat agar program Makan Bergizi Gratis di Tanah Papua tidak diseragamkan dengan daerah lain.. Tanah Papua itu berbeda, Tantangan kami juga berbeda, Makanan pokok kami juga berbeda, serta Pendekatan Budaya kami juga berbeda..