"Sudah siap puasa, Bu?" tanya saya kepada pasien. Kebetulan ibu guru yang selain menderita darah tinggi juga dulunya sering mengalami gangguan pencernaan, sakit maag kronis.
"Sudah belajar dari tahun lalu, tahun ini saya lebih siap, Dok. Tahun lalu saya cuma 3 kali batal, itu pun karena kecapean masak menjelang lebaran," katanya.
Ya, kalau si ibu kecapean, batalnya karena lemas kehabisan tenaga, bukan karena asam lambung. Namun, karena anak-anaknya khawatir, dia dibawa ke rumah sakit dikira stroke dan diinfus 3 hari.
Ibu ini sebelumnya sulit sekali berpuasa akibat asam lambungnya yang meningkat sejak masih gadis. Kebiasaan malas makan karena takut gemuk dan suka makan pempek dengan cuka yang pedas membuat perutnya sering sakit. Untuk menahan tidak makan 4-6 jam saja susah, apalagi 12-14 jam saat puasa. Praktis setiap bulan puasa, dia paling banyak belasan hari bisa berpuasa dan terpaksa membayarnya di bulan lain. Berpuasa berturut-turut selama sebulan sangat tidak mungkin dia lakukan.
"Coba beras yang Ibu masak satu kilo, tambahkan dengan satu bungkus agar-agar rumput laut. Itu kebiasaan orang Jepang dahulu untuk menahan lapar lama. Biasanya kalau nasinya dicampur itu, perutnya dapat menahan "gigitan" asam lambung ke selaput lendir lambung selama 8 jam lebih." Nasihat saya tahun lalu. Belum ada penelitian resmi, namun memang ada beberapa obat maag dari Jepang dibuat dari rumput laut dan banyak juga cerita tentang "nasi jepang" yang dicampur agar-agar bertujuan memperlama orang Jepang merasa lapar.
Ternyata untuk ibu ini dan beberapa pasien lain terasa manfaatnya, memperlama munculnya rasa pedih di perut dan bila perlu saat sahur juga ditambahkan obat penurun asam lambung.
Nah, bagi yang memiliki perut "krucuk-krucuk" setiap 3 jam akibat tingginya asam lambung dapat mencoba tips ini, mudah-mudahan ada manfaat!
