Akhir-akhir ini netizen Indonesia sedang "viral" dua kisah yang menghebohkan, dimana dapat menutupi hebohnya kasus korupsi, kasus covid 19 dan kasus gagal kawin atau cerai artis, yaitu kisah dugaan perselingkuhan penyanyi imut NS dan Pemusiknya AS serta kasus ributnya Dayana selegram cantik dari Kazakstan dan Fikinaki seorang pegiat sosial Indonesia yang dapat berkomunikasi dengan 9 bahasa asing yang dipelajarinya otodidak melalui youtube.
Mari kita fokus ke kisah Fiki dan Dayana, yang akrab berinteraksi sejak awal tahun ini, membuat gadis Kazakstan itu meningkat follower instagramnya menjadi 2 jutaan. Tetapi karena sebuah kesalahpahaman dengan pihak "event organizer" tertentu dengan Fikinaki, kedua muda mudi ini menjadi hubungannya renggang kalau tidak bisa dibilang retak.
Bukti terakhir akun Fikinaki sudah di "unfollow" Dayana dan dia minta rekaman komunikasi keduanya di Youtube Fikinaki dihapus.
Dan yang agak fatal, Dayana ini pernah membuat pernyataan yang agak menyinggung netizen Indonesia dan kesannya yakin akan lebih tenar di Rusia.
Ya, apa boleh buat, netizen Indonesia ramai -ramai "unfollow" akun instagram Dayana dan dari 2 jutaan pengikut menjadi tinggal 1500.000 an dan yang paling menyedihkan saat Dayana mengeluarkan video lagunya dibanjiri "dislike" sampai 44 ribu.
Belum lagi ujaran yang kurang enak di komentar akun si gadis yang membuatnya harus menghilangkan komentar bahkan ada gelagat dia akan menutup akun instagramnya.
Kalau kekejaman ini dilakukan oleh "Buzzer" Indonesia, apakah Dayana punya nilai politis tertentu? Apakah dia oposisi? Atau dia pro pemerintah? Atau ini bukan kerjaan "Buzzer" politik, ini murni kerjaan netizen "ABG" yang belum tahu politik tetapi hanya suka viral-viralan dunia hiburan?
Dugaan saya ini campuran, karena kekejaman men"dislike" sebuah video sampai 44 ribu itu tidak mungkin hanya dilakukan satu kelompok "Buzzer". Yang pro pemerintah mungkin 10 ribu, yang oposisi 10 ribu dan sisanya yang gak peduli politik tetapi nasionalismenya terpanggil saat Dayana menyatakan lebih memilih tenar di Rusia dan sekitarnya daripada ke Indonesia.
Maka jangan berpikir netizen Indonesia itu hanya doyan kritik dan mengekspos masalah banjir, korupsi, kisah "playing victim" partai, kisah dinasti politik dan bahas utang serta infrastruktur, bahkan persoalan hubungan dua sejoli selegram antar dua negarapun diurusin. Saat romantis -romantisnya diterbangkan setinggi langit dan saat terkendala langsung saja dibanting sampai ke dasar laut.
Minimal dari kasus ini ada gambaran, netizen Indonesia yang kritis, entah itu "Buzzer" atau "non-Buzzer", orang bayaran atau gratisan, dari pihak koalisi atau oposisi atau nonpartisan akan bersatu padu kalau merasa punya musuh yang sama dan merasa terusik harga diri bangsanya dan jumlahnya kurang lebih 44 ribu "like".
