Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jika Bukan Jokowi dan Prabowo, Lalu Siapa Calon "Mereka"?

11 Juni 2018   07:07 Diperbarui: 11 Juni 2018   08:34 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini bagi rakyat Indonesia masih mungkin terjadi "revans" antara Pakde Jokowi dan Eyang Prabowo, karena 61 hari lagi adalah batas waktu mencalonan presiden Indonesia yang akan bertarung di tahun 2019.

Survey elektabilitas kedua bakal calon ini di urutan 1 dan kedua dari semua penelitian lembaga survey, dimana ada yang memenangkan Jokowi tetapi ada sedikit juga yang "menemukan" hasil Prabowo yang menang.

Ini bagi rakyat Indonesia, bagaimana dengan orang luar negeri? Apa urusannya?


Menurut Kwik Kian Gie seperti di video "youtube" diatas, maka sejak tahun 1967 Indonesia memang sudah dipersiapkan atau direncanakan bangkrut oleh pemodal asing dengan tujuan sebagai alat kalau dibutuhkan posisinya mendukung negara-negara barat, sebagai pangkalan militer dan sebagai negara yang kaya sumber daya mineral. Posisi Indonesia juga bukan sekutu dari negara lain yang berlawanan dengan para pemodal-pemodal tersebut, jadi istilahnya "diobok-obok" juga "rapopo".

Jokowi yang konon oleh "toko sebelah" dianggap antek asingpun sebenarnya cukup melawan dengan "perseteruan" kontrak kerja Freefort, walaupun sampai menasionalisasi total perusahaan itu di Indonesia belum terjadi. 

Belanja pesawat terbang tempurpun kita ke Rusia dan bukannya ke Amerika Serikat. Terakhir ada kesan Jokowi mulai dekat dengan Tiongkok yang saat ini sudah menjadi negara "super power" baru mengimbangi Amerika Serikat setelah Uni Sovyet runtuh, seolah ingin membuat poros baru.

Imbasnya rupiah tertekan sampai 14.000 rupiah dan itu menjadi bukti bahwa kita lagi bermusuhan dengan si pemilik dollar atau minimal mereka sedang"ngambek" sama pemerintahan kita. Maka, dengan kondisi ekonomi yang relatif sehat tetapi terkesan rupiah tidak juga mesra dengan dollar Amerika menimbulkan dugaa satu-satunya cara membuat Jokowi terlihat gagal di kebijakan perekonomian adalah dengan mata uang tersebut dan kebetulan hutang luar negeri kita dominannya menggunakan itu.

Bagaimana dengan Prabowo? Beliau pernah dilarang masuk Amerika Serikat tahun 2000 karena kasus hak azazi manusia (HAM) tetapi panglima TNI Gatot pun pernah mengalami hal serupa di waktu lalu, walaupun katanya alasannya ada kesalahan administrasi.

Apakah masalah HAM Prabowo di masa lalu ini sama pentingnya dengan "melawannya" Jokowi ke Amerika Serikat dengan berbagai kebijakan-kebijakannya? Misalnya Amerika Serikat "lebih suka" Prabowo dan rencana perekonomiannya yang mungkin lebih bersahabat dengan mereka, apakah rakyat Amerika dan parlemennya yang terkenal menghormati HAM tidak keberatan?

Jika memang masalah HAM yang pernah disematkan Prabowo sudah dianggap sudah "clear" di mata "Barat" maka jelaslah antara Jokowi dan Prabowo, Amerika lebih suka yang belum tentu melawan daripada yang sudah mulai melawan. Tetapi sebaliknya kalau masalah HAM ini menjadi ganjalan, kedua bakal calon presiden Indonesia itu sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk negara-negara penguasa ekonomi dunia. Maka mungkin mereka perlu calon alternatif.

Apa mungkin rakyat Indonesia 240 jutaan ini diatur oleh segelintir pemodal asing? Menurut Kwik Gian Gie dan menurut si dollar sih iya,menurut kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun