Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Insiden CFD dan Monas, Relawan Jokowi Harus Mulai Terkoordinasi

5 Mei 2018   17:29 Diperbarui: 5 Mei 2018   18:22 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokumentasi pribadi)

Saya tidak mau membahas "may day" yang sudah "DNA-nya" buruh harus memberi tuntutan kepada pemerintah untuk lebih diperhatikan atau pidato "racun kalajengking" Jokowi yang menurut saya mungkin "joke" atau hanya membuka wawasan, tetapi sedang heboh diplintir teman-teman dari toko sebelah seolah "slip tongue" parah mirip insiden Pulau Seribunya Ahok, karena itu memang sudah jelas ranahnya siapa.

Kali ini saya mau membuka wacana tentang adanya terlalu banyak relawan Jokowi dengan berbagai agenda tetapi terkesan tidak terkoordinasi.

Ada beberapa kelompok relawan Jokowi yang saya baca beberapa bulan ini, antara lain:

1. Relawan Jokowi non partai, ini yang dahulunya secara akar rumput 'memaksa' partai-partai politik mengajukan Jokowi sebagai presiden, padahal sebenarnya terkesan "belum rela" Jokowi meloncat terlalu cepat. Saat ini posisi mereka apakah di 'ring 1' Jokowi, tetap mendukung diluar kekuasaan atau malah sudah menyeberang, datanya kita tidak tahu pasti, alias tidak terdata.

2. Relawan Jokowi karena partainya mendukung Jokowi. Ini sifatnya komando, keputusan partai untuk mendukung Jokowi harus dilaksanakan, kalau jelas-jelas meneriakkan nama calon yang lain biasanya dipecat.

3. Relawan Jokowi plus wakil Jokowi. Ini kelompok sudah pasti mendukung Jokowi, asal wakilnya sesuai yang mereka usung, kalau tidak? Tebak sendirilah.

Pertama, kasus "Car Free Day" 29 April 2017 saya angkat, karena ada kaus yang dipakai ibu yang dipersekusi dan kelompok "Dia Sibuk Kerja", kesannya relawan Jokowi dan ada partai pendukung Jokowi pula yang mengadukan hal tersebut ke polisi. Pertanyaannya, apakah pemakai kaus itu tahu kalau di hari yang sama ada kelompok berkaus "2019 Ganti Presiden" juga sedang kumpul dalam jumlah yang lebih banyak?

Kalau benar adanya, maka sepertinya ada niat berbenturan dengan massa "toko sebelah" dan apakah sudah siap lahir bathin dengan jumlah massa lebih kecil mendatangi tempat itu?

Kasus kedua,pembagian sembako di Monumen Nasional 28 April 2019 yang berujung dengan meninggalnya 2 anak-anak yang katanya ikut antrian sembako, konon kabarnya ketua panitianya adalah relawan Jokowi di 2014 dan warga yang mau ikutan diminta pakai baju merah.

Ini memang dibantah sebagai bagian dari kampanye untuk Jokowi atau PDIP, tetapi rekam jejak digital menunjukkan ada arah-arahnya kesana, lagipula dana sebegitu besar menyediakan 300 ribuan paket sembako darimana?

Seharusnya, semua yang mau "berjuang" menjadikan Jokowi presiden 2 periode menyatukan diri dalam sebuah sekertariat bersama dan berkoordinasi satu sama lain mau melakukan apa dan bagaimana mempersiapkan dan mengantisipasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun