Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terjerat dalam Gangguan Makhluk Halus

7 November 2015   17:49 Diperbarui: 7 November 2015   18:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hidup mandiri dari orang tua setelah menikah, mungkin itu impian setiap pasangan yang akan atau baru menikah. Tapi bagaimana kalau hidup mandiri di perantauan, jauh di pelosok daerah transmigran, tinggal sama mertua, lingkungan masih banyak kemusyrikan dan ilmu kejawen? Inilah kisahku. Aku hanya ingin berbagi, semoga siapa pun yang membaca akan mendapat ilmu dan kebaikan.

Memiliki sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah adalah impian dan cita-cita setiap insan. Begitu pun aku. Aku dan suamiku terhimpun dalm sebuah mahligai indah pernikahan yang di restui oleh pihak aku dan pihak suamiku dengan proses tanpa melalui proses pacaran. Dan itu prinsip kami berdua. Selepas menikah, suamiku memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di daerah Sumatera, jauh di pelosok tempat para transmigran. Meskipun terkaget-kaget, syok melihat kondisi tempat tinggal baru, aku berusaha untuk adaptasi dengan lingkungan baru dengan sebaik-baiknya. Di sana kami dibuatkan rumah sederhana yang indah. Syukur tak pernah putus dari lisan kami. Aku di terima mengajar di sebuah sekolah menengah atas sekitar 30 menit perjalanan dan suamiku memilih untuk membantu orang tuanya mengurus kebun sawit milik keluarga. Kehidupan kami berjalan sesuai dengan harapan. Terlebih ada amanah baru yang kami emban, berupa hadirnya sosok mungil yang sangat cantik yang menambah kebahagian kami. Panen sawit yang berlimpah, kenaikan pangkatku di sekolah, rasanya kami mendapatkan begitu banyak anugerah tak terperi dari Yang Maha Kuasa.

Di sini lah mulai kisah kepedihan menimpa bahtera rumah tangga kami.

Iri hati dan dengki adalah mutlak sifat alamiah manusia. Di mana pun, kapan pun, siapa pun bisa terjangkit penyakit hati. Tiba-tiba aku menjerit-jerit kesurupan saat mengajar, pingsan dan harus di bawa pulang. Hari berganti hari begitu seterusnya selama satu bulan. Sehingga aku memutuskan untuk berhenti mengajar. Suamiku terserang sakit gatal-gatal yang sangat menyiksa sampai seluruh kulitnya melepuh sehingga banyak istirahat di rumah. Bapak dan ibu mertuaku membawa kami ke orang pintar, sepulangnya ayah menanam beberapa bungkusan yang diberikan orang pintar di empat sudut rumah kami. Aku dan suami diberikan minuman dan ramuan untuk diminum setiap hari. Katanya kami di guna-guna oleh orang yang iri hari terhadap kesuksesan kami sebagai pendatang didaerahnya. Dalam kondisi lemah tidak berdaya, aku dan suami hanya menuruti apa yang disuruh ayah dan ibu. Beberapa hari kemudian, aku jarang kesurupan dan sakit kulit suamiku berangsur sembuh seperti sedia kala. Kehidupan rumah tangga kami mulai berguncang. Suamiku mulai tak acuh, apalagi sekarang dapat pekerjaan sebagai pegawai bank swasta di kota sehingga hanya seminggu sekali pulang ke rumah. Aku berusaha mencari kegiatan di rumah dengan membuka warung nasi kecil-kecilan, sambil mengasuh anak, aku bisa sambil melayani pelanggan.

Hari demi hari ku rasa hampa. Rasanya beban pikiran, sering merasa was-was, takut, khawatir berlebihah sering hinggap dalam diri. Dalam ibadah rasanya sering merasa ragu, lupa dan bingung. Ayah dan ibu rutin memberikan air dari orang pintar setiap pekan dan selalu memberikan wejangan agar selalu menjaga sikap terhadap orang-orang kampung.

Aku dan suamiku memutuskan pulang ke Pulau Jawa. Ke rumah orang tuaku. Aku sudah tidak tahan hidup di kampung suami. Sangat kental nuansa kemusyrikan, bahkan aku sendiri yang menjadi korban sehingga aku rasanya jauh dari kasih sayang Allah SWT. Bahkan aku sering tidak sadar, aku ada dimana dan aku sedang apa. Dengan berat hati, ayah dan ibu mertua melepas kami. Sebelum berangkat, ayah mertua bilang, ayah memberikan penjagaan untukku. Aku belum mengerti saat itu. Dengan rasa bahagia menjemput impian baru, kami pindah ke kota kelahiranku.

Aku merasa ada yang selalu mengawasiku, tidak tenang bila sendirian dan aku merasa ada yang membuntutiku setiap saat. Aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Aku pergi ke rumah sakit. Aku periksa semua bagian tubuhku. Karena jantung selalu berdebar tidak karuan, aku periksa jantung. Perutku selalu gak nyaman, aku periksa bagian dalam, tanganku selalu basah keringatan dan dingin aku periksakan. Hasilnya semua normal. Aku dan suamiku bingung. Saat seorang kawanku menawarkan untuk datang ke pengobatan ruqyah syar iyyah, ketahuanlah. Kalau selama ini aku diberikan seorang khodam atau pengawal dari bangsa jin oleh mertuaku untuk melindungiku.

Ya Allah, ampunilah aku... jadi selama ini aku secara tidak sadar telah berbuat syirik dan menduakanMu... selama ini aku diganggu jin dan aku belum menyadarinya. Selama ini kami salah orientasi. Hanya kehidupan dunia yang kami kejar sampai melupakan bagaimana hidup dalam naungan ridho dan cintaNya. Kami hanya melaksanan ibadah hanya menunaikan kewajiban saja tanpa terus menambah ilmu bagaimana bisa lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Cukup sudah, aku tidak mau lagi menjadi budak khodam. Aku manusia yang di anugerahi akal dan pikiran dan aku memiliki Allah SWT Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa. Allah SWT hanya satu-satunya tempat aku meminta pertolongan dan meminta perlindungan. Berilah aku kekuatan untuk menghadapi semua ujian di muka bumi ini ya Allah, berilah jalan kemudahan dalam setiap langkahku. Engkau Maha Penolong dan aku yakin kalau Engkau selalu menyertai di setiap langkah kami.

Hanya dengan mengingatMu, hati kami menjadi tenang.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun