Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gerakan Ayah Keren, Libatkan Ayah dalam Pendidikan Anak sejak Dini

12 Maret 2018   09:05 Diperbarui: 12 Maret 2018   09:13 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tipsanakbayi

Berjumpa dengan seorang ibu yang luar biasa dalam sebuah acara. Ibu Deli yanti rambe. Seorang ibu penggagas Gerakan Ayah Keren (GAK). Beliau tinggal di pinggir Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dengan 2 putri dan 2 putra.

"Suami saya sangat suka mengajar dan mendidik. Kebiasaan suami saya sejak memiliki anak adalah mendidik dan mengajar anak anak sendiri. Rutinitas pagi, setelah sholat subuh, suami saya berpakaian rapi seolah olah sudah mau berangkat masuk kantor. Suami saya bekerja di direktorat pajak, lulusan STAN," kata Ibu Deli.

"Suami mengumpulkan anak-anak yang sama sama sudah berpakaian rapi dan mulai mengajari anak-anak. Baik itu pelajaran sekolah, mengaji dan pendidikan agama. Saya menyiapkan sarapan di belakang. Ini berlangsung setiap hari. Saya merasa bahagia sekali karena suami mengambil peran penuh sebagai kepala rumah tangga untuk mendidik dan mengajar anak anak. Sehingga anak anak kami udah terbiasa belajar sejak kecil. Anak anak sangat patuh dan menurut sama ayahnya. Bila ada yang ingin saya sampaikan, saya hanya titip pesan kepada suami dan suami sampaikan kepada anak-anak. Beres. Saya lega. Tapi tidak berarti anak-anak tidak dekat dengan saya, mereka pun dekat sama saya."

"Dengan GAK ini. Saya ingin semua istri bahagia. Keluarga bahagia. Anak-anak dekat dengan sosok ayah. Suami berperan penting dalam pendidikan awal anak-anak. Suami meringankan tugas sang istri yang sangat banyak."

"Semoga GAK dapat membumi dan dilakukan oleh semua rumah tangga."

Gerakan Ayah Keren adalah salah satu solusi mendidik anak dalam rumah tangga. GAK melibatkan sosok ayah dalam pendidikan anak sejak usia dini. Jaman sekarang yang sedang mengalami krisis sosok ayah, banyak anak yang kehilangan sosok ayah karena ayah sibuk bekerja berangkat pagi pulang petang, pendidikan anak dan urusan domestik diserahkan secara penuh kepada istri, suami hanya berperan sebagai pemberi uang dan penyedia kebutuhan fisik anak, atau bahkan seorang suami yang tidak memiliki visi dan misi dalam pendidikan anak dalam keluarga, suami memiliki pola pikir bahwa anak akan tumbuh kembang seperti ia dulu lahir dan besar sehingga menjadi seorang laki laki seperti sekarang.

Mungkin, berbaik sangka saja kepada semua rumah tangga, mereka memiliki pola sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Pola asuh, pola mendidik anak anak dalam sebuah rumah tangga sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan pola didik orang tuanya sewaktu mereka kecil. Ada juga terpengaruhi oleh banyaknya informasi dan ilmu-ilmu yang mereka dapat dari buku maupun acara acara pendidikan anak.

Banyak anak-anak yang terlahir dan tumbuh kembang tanpa mendapat kasih sayang, sentuhan dan belaian dari orang tua karena kedua orang tua bekerja. "Yang penting kualitas, dibanding kuantitasnya." "Yang penting semua kebutuhan anak anak terpenuhi, disekolahkan di sekolah terbaik, di rumah ada pengasuh dan baby sitter yang berpengalaman dalam mendidik anak." "Kalau kami tidak bekerja berdua, kebutuhan kami sebulan tidak terpenuhi." "Tenang saja, setiap hari libur Sabtu dan Minggu, waktu kami habiskan bersama anak-anak, apa itu jalan-jalan, berenang atau berbelanja kebutuhan mereka."

Apapun itu pola asuh, pola didik yang diterapkan dalam rumah tangga seyogyanya semuanya bersandarkan kepada Alquran dan Hadits. Bisa mencontoh bagaimana Rosululloh SAW mendidik anak anaknya, para sahabat, para salafusholih dan para ulama. Tentunya dengan benyak menghadiri kajian pendidikan agama seputar pendidikan anak atau banyak membaca buku-buku tentang mendidik anak dan melakukan dialog dengan tokoh agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun