Mohon tunggu...
Pollung Sinaga
Pollung Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar | Konten Kreator

Menulis adalah satu cara memberi tanpa meminta, menabur benih tanpa mengharapkan panen. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (2nd Mile).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Gaya Belajar Anak yang Wajib Diketahui Guru dan Orangtua

11 Februari 2024   16:00 Diperbarui: 25 Februari 2024   00:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/vectors/anak-laki-laki-mempelajari-avatar-5660437/

Sahabat pembelajar, menjadi kebahagiaan tersendiri bisa menyapa dan tatap maya dengan sahabat semua. Saya awali jumpa kita dengan sebuah pantun: seorang gadis bernama Maya, mengambil air di waduk Pluit. Walau kita hanya bisa tatap maya, hati riang walau tak punya duit, juga tidak pelit tapi jari terus mengetik, menyajikan materi komplit, dan tidak berbelit-belit.

Kurikulum merdeka sudah bergulir dan sudah diterapkan di sekolah-sekolah piloting yang lebih dikenal dengan sekolah penggerak. Bahkan pemerintah mendorong sekolah untuk menerapkan kurikulum merdeka secara mandiri dengan label mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi. Seiring dengan implementasi kurikulum merdeka tersebut, maka atmosfir dunia pendidikan kita  diramaikan dengan istilah-istilah seperti merdeka belajar, merdeka mengajar, modul ajar, proyek, pembelajaran berdiferensiasi, wellbeing, dan learning style atau gaya belajar. Nah, guru akan kesulitan menentukan bentuk diferensiasi apa yang akan diterapkan apabila guru belum mengetahui tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Salah satu bentuk profil belajar siswa itu adalah gaya belajar (learning styles).

Bagi sahabat yang masih galau dengan istilah gaya belajar siswa, keep reading ya tulisan ini biar semakin paham dan bagi yang expert dan sudah menerapkannya di kelas silahkan berbagi di kolom komentar agar makin banyak pendidik yang tercerahkan.

Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar adalah kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajar sebagai bentuk tanggung jawab untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran

Sahabat pembelajar, sebenarnya ada banyak versi gaya belajar siswa yang dikemukakan para ahli, namun kali ini kita fokus membahas apa yang diutarakan oleh Fleming dan Mills. Fleming dan Mills menamai gaya belajar dengan THE VARK MODEL. VARK merupakan singkatan dari VISUAL, AUDITHORY, READ & WRITE, dan KINAESTHETIC.

GAYA BELAJAR VISUAL

Siswa dengan gaya belajar visual banyak mengandalkan ketajaman penglihatan atau mata dan cenderung lebih menyukai penyampaian informasi dalam bentuk gambar, animasi, peta, diagram, bagan, grafik, simbol, disain, pola, warna, atau hirarki sebagai pengganti kata-kata atau ucapan. Anak visual kurang mampu mengingat informasi yang disampaikan secara lisan serta lebih suka melihat peragaan daripada mendengarkan penjelasan lisan.

GAYA BELAJAR AUDITORY

Siswa tipe auditori paling doyan berbicara, mendengarkan ceramah, berdiskusi, mendengarkan radio, menggunakan ponsel, membicarakan berbagai hal, berkomunikasi dengan orang lain dan bahkan berkomunikasi dengan diri sendiri. Bila ada siswa yang suka berbicara ceplas-ceplos tanpa berfikir lebih dulu, itu termasuk gaya auditori. Heheh... Anak jenis auditori menyerap informasi dengan membicarakan informasi itu sendiri sehingga siswa dengan gaya auditori cenderung pintar bercerita, banyak omong namun kesulitan dalam membaca atau menulis.

GAYA BELAJAR READ & WRITE

Siswa dengan gaya belajar read & write lebih tertarik dengan informasi yang disampaikan secara tertulis. Tidak heran mereka senang membaca dan menulis, suka bergelut dengan buku, lembar kerja, atau sumber-sumber informasi tertulis lainnya. Mereka tergolong pencatat handal juga. Anak gaya read & write kurang menyukai berbicara dan cenderung menyampaikan ide dengan tulisan.

GAYA BELAJAR KINESTHETIC

Bila sahabat melihat siswa yang antusias melakukan permainan, aktivitas fisik, praktik, ekperimen di laboratorium, simulasi/ demonstrasi, suka menonton film 'kisah nyata', senang melakukan studi kasus, dan hal aplikatif lainnya, berarti si anak tergolong gaya kinestetik. Mereka banyak mengandalkan tangan, objek nyata, atau gerakan sebagai alat bantu menyerap informasi sehingga tidak heran siswa tipe ini berupaya menggenggam, memegang, mencicipi, atau meraba objek yang mereka anggap sebagai sumber informasi. Anak dengan gaya belajar kinestetik lebih mempercayai pengalaman sendiri daripada harus meyakini pengalaman orang lain.  

Sebenarnya banyak pertanyaan yang menggelayuti pikiran kita saat bersentuhan dengan gaya belajar siswa, di antaranya:

  • Bagaimana mengetahui gaya belajar seorang anak?
  • Perlukah membuat asesmen khusus untuk mengetahui gaya belajar anak?
  • Setelah mengetahui gaya belajar anak, apa yang harus dilakukan?
  • Apakah seorang anak sudah pasti memiliki gaya belajar spesifik?
  • Apakah seorang anak harus diajari sesuai dengan gaya belajarnya?
  • Apakah anak dengan gaya belajar yang sama harus ditempatkan di kelompok yang sama?
  • Apakah seorang anak hanya mampu belajar dengan gaya belajar tertentu?
  • Apabila guru tidak mengetahui gaya belajar anak, apa yang terjadi dengan hasil belajar anak?
  • Bagaimana guru memperlakukan anak dengan gaya belajar yang berbeda?

Selain 9 pertanyaan ini, bisa jadi sahabat masih menyimpan segudang pertanyaan lagi kan?

Setelah memaparkan 4 gaya belajar di atas, saya jadi teringat Edgar Dale yang terkenal dengan Edgar Dale Cone of Experience. Dale menegaskan bahwa anak hanya mengingat 10% dari yang mereka baca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% apabila dilihat dan didengar, 70% bila diucapkan dan ditulis, serta 90% apabila mereka melakukannya. Paham kan maksud saya? Misalnya nih, ada siswa dengan gaya belajar auditori hanya dibekali dengan materi berbentuk audio, bila merujuk pada Cone of Experience-nya Edgar Dale maka tingkat pemahamannya hanya 20%. Saya yakin bahwa Dale sedang menggugah kita untuk memberikan pengalaman belajar sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya kepada siswa. Itu adalah pilihan terbaik. Jangan kita lupakan juga pepatah Cina ini: Tell me and I forget , show me and I remember, involve me and I understand (Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya mengerti).

Banyak ahli yang meragukan kemanjuran teori gaya belajar, namun tidak sedikit yang mendukungnya diterapkan di kelas. Ada ahli yang beranggapan bahwa apabila guru sudah mengenali gaya belajar siswa, maka pembelajaran lebih efisien karena pengajar lebih efektif dalam menentukan strategi pembelajaran. Ada juga yang berpendapat bahwa mengkotak-kotakkan siswa dengan gaya belajar tertentu tidak membuat siswa belajar lebih baik, yang perlu adalah guru memperkenalkan strategi dan metode belajar yang beragam untuk meningkatkan adaptasi belajar siswa.

Okay sahabat inspiratif, saya sudah paparkan 4 jenis gaya belajar siswa, sekarang giliran sahabat menggalinya lebih dalam dan menerapkan yang terbaik di kelas. Teruslah menjadi GURU PEMBELAJAR, banyak belajar banyak ilmu. ALAM TAKAMBANG JADI GURU. Salam pembelajar and have a wonderful day!

Referensi:

VARK Modalities: What do Visual, Aural, Read/write & Kinesthetic really mean? (2023). Diakses pada 24 Nopember 2023 dari https://vark-learn.com/introduction-to-vark/the-vark-modalities/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun