Mohon tunggu...
Triyatni Ashari
Triyatni Ashari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - 日本語 🎓| An Educator | Mompreneur | Blogger | Ex-Broadcaster

Netizen Belajar | Amateur Writer | "Merendahlah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa merendahkanmu. Mengalahlah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkanmu" ~ Kang Maman | Blog : https://www.pohontomat.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Karena Keturunan, Berimanlah dengan Proses Berpikir

17 September 2021   06:52 Diperbarui: 17 September 2021   07:01 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann pixabay.com

Selanjutnya, Allah itu Esa. Mengenai hal ini, kita harus memakai pemikiran kita bahwa dalam suatu Negara, tidak mungkin ada dua pemimpin. Begitupun dengan Alam Semseta ini. 

Untuk mengaturnya, hanya diperlukan satu Zat yaitu Allah SWT. Karena jika ada dua atau lebih, tentu akan bersinggungan satu sama lainnya. Bukti lain kita dapat melihatnya pada dalil-dalil Allah. Bahwa Allah tidak Beranak, dan Allah itu Satu. Allah seringkali mengulang perkataan yang sama, agar kita selalu berfikir tentang tanda-tandaNya.

“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. ar-Rum [30]: 24).
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. ar-Ra‘d [13]: 3).
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Thaha [20]: 54).

Kita harus mengimani Allah SWT, dan meyakini bahwa Dia Satu. Ketika kita sudah meyakini, kita kemudian harus memikirkan, darimana kita berasal? Untuk apa kita hidup? Mau kemana ketika mati? (Uqdatul Qubra). 

Semua jawabannya tentu Dari Allah, Untuk beribadah kepada Allah, dan kepadaNyalah kita kembali. Jika kita sudah meyakini itu, berarti kita harus mematuhi perintahNya dan Menjauhi LaranganNya (bertakwa), dengan menjalankan syariatNya secara Kaffah (Menyeluruh, tidak setengah-setengah).

Allah itu Absolut

Dan terakhir, Allah itu Pasti (Absolut), dan hanya Allah yang bersifat Absolut. Maksudnya semua apa-apa diperintahkan Allah (Syariat) bersifat pasti (Absolut) dan tidak bisa lagi ditawar-tawar (perkara wajib/halal). Beda dengan saat ini, di lingkungan kita, semua orang bebas mengatur dirinya sendiri, tanpa ada ikatan syariat Allah. Padahal pendapat manusia itu relatif, atau berbeda tiap-tiap kepala.  Sehingga terjadilah berbagai kerusakan di muka bumi.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” TQS Ar-Ruum (31): 41

Wallahu'alam. Yang pasti, kita bisa belajar Islam di mana pun selama itu jalan yang benar. Tidak ada organisasi yang paling baik atau pun paling oke. Yang berbeda adalah fokus dan metodenya. Ada yang fokus pada bacaan Al-Qur'an, ada yang fokus pada syariat, dll. 

Islam itu juga satu. Yang berbeda pengikutnya. Jadi tidak ada yang namanya Islam Nusantara, Islam Arab, dan lain sebagainya. Itu hanya akan membuat kita terpecah belah. 

Dulu saya belum sempat menjadi anggota di organisasi UKM tersebut, tapi hanya sebagai pelajar. Enaknya belajar dari organisasi adalah ada yang mengingatkan kebaikan. Sedangkan jika sendiri, ktia sering terlena dan lupa daratan. Terakhir, kebenaran hanya dari Allah SWT, dan kesalahan dari saya pribadi sebagai hamba yang dhaif. Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun