Demo di depan gedung DPR bukan hal baru di negeri kita. Setiap kali ada isu panas, entah soal undang-undang baru, kebijakan kontroversial, atau kekecewaan rakyat, jalanan di sekitar Senayan jadi panggung suara protes. Di balik teriakan, spanduk, dan orasi, ada semangat anak bangsa yang tidak mau diam melihat kebijakan yang dianggap tidak adil.
      Namun, ada satu pemandangan menarik di tengah kerumunan, yaitu seorang demonstran muncul dengan gigi vampire palsu. Bayangkan, di tengah suasana panas penuh emosi, ada orang yang tersenyum lebar menampilkan taring putih runcing seperti tokoh film horor. Spontan, suasana yang tegang jadi sedikit cair. Banyak yang tertawa, ada yang memotret, ada pula yang mengunggah ke media sosial.
      Fenomena ini mengingatkan kita bahwa demonstrasi bukan sekadar ajang marah-marah. Ini juga ruang ekspresi. Ada yang berteriak dengan megafon, ada yang duduk diam membawa poster, bahkan ada yang memilih humor sebagai cara menyampaikan pesan. Orang dengan gigi vampire itu mungkin ingin menunjukkan bahwa "politik kita sering terasa menyeramkan seperti film horor, tapi tetap bisa ditertawakan."
      Di era digital, humor menjadi senjata ampuh. Meme, parodi, hingga aksi kocak sering lebih cepat menyebar dibanding orasi panjang. Bahkan, kadang pesan serius justru lebih mengena ketika dibungkus dengan kelucuan.
      Pada akhirnya, demo DPR bukan hanya cerita soal rakyat melawan penguasa, tapi juga tentang kreativitas dalam menyampaikan aspirasi. Dan mungkin, di tengah panasnya politik, kita memang butuh "vampire" kecil yang mengingatkan supaya jangan terlalu tegang, karena tawa bisa jadi vitamin demokrasi.
     Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI