Mohon tunggu...
Yusuf Yusuf
Yusuf Yusuf Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang selalu bermimpi dan berusaha merealisasikannya...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Buah Impor, Dilema atau Simalakama?

14 Desember 2011   18:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_156280" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Hari Sabtu di bulan Juli itu, dari pagi hari tadi aku sudah menyusuri macetnya jalan menuju timur Jakarta, tepatnya daerah Jatiwaringin...Perjalanan dari arah ciputat kunikmati saja..Undangan rapat memang jam 9, tapi kalo begini caranya.. walaupun aku berangkat dari jam 7.30, dan bersih wangi dari jam 7.00...keterlambatan sudah pasti terjadi dengan kemacetan luar biasa di setiap simpangan jalan Jakarta...dan sekali lagi ini hari SABTU!, klo sudah begitu rasanya ingin punya baling-baling bambu.....hehe Priiit....di simpangan jalan pasar rebo arah ke Kramatjati, aku menjadi korban sempritan pak polisi...sempritan itu harus kuterima karena menerobos jalur kiri...loh bukannya jalur kiri boleh langsung pa? aku bertanya..."owh sudah ga boleh sekarang, memang ga baca Koran pa?" Aduuuh..ada-ada aj, lagi buru-buru begini mesti kena sial pula... dalam hati ku menggerutu, lagian kenapa pula bapak-bapak polisi itu kok menjaga ditikungan..kenapa tidak di pas bawah lampu merah..sehingga memperingati pengendara motor yang mau belok...bukankah sebaik-baiknya tindakan aparat hukum adalah mencegah sebelum terjadi....ku hitung memang ada 10 an pengendara motor yang kena "jaring".. Seorang temen yang aku ceritakan peristiwa itu nyeletuk "emang ga tau...klo pagi ntu siapa aj butuh sarapan..." hmm...ya aku mengerti maksudnya..dan dia sudah paham, memang lembaran 50 ribu di dompet aku melayang buat sarapan polisi-polisi itu...ya sudah lah namanya juga nasib!!..dibanding cerita teman aku yang so "idealis" dengan menerima surat tilang..malah harus bolak-balik mengikuti sidang, sampai meninggalkan pekerjaan untuk menebus SIM nya di pengadilan..katanya malah habis 100 ribu..belum makan-minumnya..ya saya lebih hemat segalanya...ga apa-apa biar saya mbayarin sarapan bapak-bapak polisi yang terhormat itu pagi ini..daripada ribet. Akhirnya rapat awal tahun ajaran baru selesai juga...sore yang mulai menyapa dengan lembut diiringi cuaca yang mendung membuat perjalanan pulang lebih nikmat, pas lampu merah pasar rebo juga aku mulai memperhatikan jejeran pedagang buah kaki lima...gantungan harga buah dengan warna menarik itu yang sebenernya menarik hati ku...5.000 an rata-rata gantungan harga untuk berbagai macam buah yang terlihat segar, mulai dari jeruk lokham..apel merah Washington dan new zealand...kelengkeng...buah pir..sampai anggur hijau. Jejeran pedagang buah itu memang sangat menganggu, karena mengambil sebagian bahu jalan, tapi jika mengingat semangat mereka dalam usaha untuk menyambung hidup di Jakarta, kadang muncul rasa iba yang membuat dilema...memang itulah usaha yang bisa dilakukan rakyat kecil dengan modal pas-pasan..itu pun hanya menjamin hidup mereka hanya subsisten saja, jauh dari kemakmuran. Masih sedikit beruntunglah pedagang itu, masih bisa mengais rejeki dari manisnya buah-buahan impor itu, lalu bagaimana nasib petani buah lokal??..rasa-rasanya mata ini tidak melihat jeruk medan atau Pontianak, apel malang, manggis, kecapi, cimpedak, jambu air dan jambu klutuk dan buahan lainnya..jejeran itu didominasi warna orange dari jeruk lokham dan baby lokham serta merahnya apel Washington atau new zealand..mana buah lokal Indonesia yang terkenal dengan kekhasannya?? Hmm..akhirnya sebuah acara reportase petani buah jeruk medan sedikit menjawab.. Ternyata hilangnya buah asli Indonesia, dalam hal ini jeruk medan karena memang sektor produksi tidak bergairah, sudah pasti dapat ditebak..karena harga yang tidak mampu bersaing dengan buah-buahan Impor, bagi petani buah, menanam jeruk medan merugikan, harga sering jatuh dan konsumen lebih suka jeruk asal Mandarin/China..maka lebih baik lahannya ditanami sawit..lalu timbul pertanyaan, kenapa buah Impor bisa lebih murah..begini sebabnya menurut analisa ekonomi saya: 1. Infrastruktur yang tidak mendukung, misalnya membawa jeruk medan ke Jakarta jauh lebih sulit dan mahal dibandingkan dari China ke Jakarta, karena di China menurut kabar, jalan Tol sudah sampai pegunungan, menyambung ke pelabuhan dan bandara, jadi buah itu langsung ke kapal dan sampai ke Tanjung Priok dengan mulus dan murah...sedangkan di sumatera, kita tahulah kondisi jalan disana.. 2. Pungli, berapa banyak pos pungli yang dilewati truk pengangut barang hingga sampai ke Jakarta?...pernah ada reportase, seingat saya mecapat 50an pos..resmi dan tidak resmi 3. Politik dagang, China-Asean memang sudah terikat Free Trade Area, sehingga barang dari China tidak kena tarif, tapi selain itu, politik dengan menekan harga jual ke luar negeri karena ingin menguasai pasar patut dicurigai, berapa banyak reportase dari WNI di luar negeri yang sering menemukan justru harga barang yang sama ternyata lebih mahal di negeri asalnya sendiri. Akhirnya, memang kita sebagai konsumen yang menentukan pilihan atas barang yang dikonsumsi, secara realistik tentunya harga murah dengan kualitas yang baik yang dicari konsumen.. Namun, relakah bangsa ini harus kehilangan rasa khas buah lokal Indonesia..apalagi ditambah dengan konversi lahan dan pembukaan hutan.. Sekarang coba tanyakan anak anda bentuk dan rasa buah Jamblang, Kecapi, Kweni, Bacang, kesemek, Cimpedak, kedondong, delima, dsb...itu yang ada disekitaran Jakarta, belum buah khas daerah lain tentunya.. Pilihan ada ditangan anda...Murah berkualitas (buah impor) atau buah lokal?? Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun