I: Ikutilah Jalan-Nya
Yesus datang dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil hidup-Nya, kecuali Ia memberikannya secara bebas. Untuk itulah Yesus datang, yaitu menjadi penyelamat manusia dari dosa-dosa yang tak terbayarkan. Yesus tak sama dengan revolusionis, pemimpin spiritual dan guru manapun, karena ia sungguh Allah dan sungguh manusia. Ia tidak sedang menunjuk pada "jalan ini atau itu", sebab Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup.Â
Peristiwa pertama: Yesus berdoa kepada Bapa-Nya dalam sakratul maut di taman Getsemani.
Kehendak Allah sering dianggap tak bisa diketahui. Padahal, setiap orang bisa mengenali kehendak itu dalam dirinya asalkan tak terhalangi oleh ambisi pribadi. Putera Manusia memberi diri secara bebas.
Peristiwa kedua: Yesus didera.
Jangan takut bagi mereka yang hanya sanggup membunuh tubuh. Jiwa yang suci tak akan bisa dihancurkan oleh apapun. Kekerasan hanya akan kembali pada tubuh inisiatornya. Kurban Yesus tak akan mudah. Disiplin menjadi kondisi yang mutlak perlu bagi perkembangan diri.
Peristiwa ketiga: Yesus dimahkotai duri.
Duri bagi seorang Salesian (khususnya duri mawar) adalah simbol keinginan daging. Matiraga terhadap panca indera adalah "mahkota duri" yang niscaya. Siapa mengendalikan kepalanya, sanggup mengendalikan seluruh tubuh.
Peristiwa keempat: Yesus memanggul salib-Nya ke puncak Kalvari.
Tak ada motivasi lain bagi Tuhan ketika meminta kita memanggul salib selain untuk menyempurnakan diri kita sendiri. Abaikan suara-suara sumbang di sepanjang jalan. Setiap orang perlu memanggul salibnya masing-masing. Salib setiap orang tidaklah sama. Cinta ketika memanggul salib merupakan satu-satunya ukuran.Â
Peristiwa kelima: Yesus wafat di kayu salib.