Cuaca cerah menyapaku pada Sabtu pagi ini.
Tak bosan rasanya memandang langit biru Bali yang selalu mempesona. Pemandangan penghibur mata yang jarang kutemui di Jakarta.
Gumpalan awan putih yang bergerak terdorong angin bagaikan adegan film dalam slow motion. Bentuk awan yang artistik, yang bisa menimbulkan berbagai tafsir, ilusi, halusinasi. Saat terbang di pesawat selalu menikmati tampilan samudera awan di bawah kita. Kuteringat dan mengiyakan lagu semasa kecil "Kulihat Awan seputih Kapas, arak berarak di langit luas..."
Berada di kolam infinity di rooftop lantai 7 di hotel yang ada di Bukit Jimbaran. Air, Angin dan Awan di bukit Jimbaran. Pemandangan 180 derajat begitu fantastis. Bagaikan "helicopter view".Â
Semua terlihat jelas dari atas... bagai miniatur... dari Patung Garuda Wisnu Kencana yang menjulang tinggi, pemandangan kawasan Uluwatu sampai bentangan pantai pasir putih Jimbaran dan lautan birunya. Keindahan alam mahakarya Tuhan Sang Pencipta Alam semesta.
Melihat semuanya, gedung dan rumah terlihat begitu kecil tidak membuatku menjadi jumawa. Justru merasa kecil dan kerdil di mata Sang Khaliq... kita hanyalah mikrokosmos di antara makrokosmos... jagad alit di antara jagad gedhe...
Semua pendaki puncak gunung pasti setuju bahwa di balik kepuasannya dapat mencapai puncak, du lubuk hatinya pasti merasa kecil, sendiri dan tak berdaya di antara kekuatan alam yang digdaya. Hanya atas rahmat Illahi kita dapat mencapai target, hanya karena perlindunganNya, kita dapat pulang dengan aman dan selamat.
Air jernih dari kolam infinity pada rooftoop di bukit Jimbaran ini terlihat mengalir indah terdorong indah. Suara angin yang menderu bagaikan musik alami yang melengkapi pemandangan menakjubkan ini.
Di atas segalanya, kusadari bahwa pada hakikatnya, bukan karena lokasi tertentu yang membuat indah semua ini. Bukan karena di Bali. Tapi bisa dimanapun... di antara kemacetan lalu lintas di ibukota, di gang sempit, bahkan di bawah kolong jembatan tol... semua bisa terlihat "indah".
Semuanya tergantung Paradigma, Sudut pandang kita. Bagaikan kita memakai Kacamata yang lensanya kotor atau Helm sepeda motor yang kacanya sudah berbaret... apapun yang kita lihat akan tampak "buruk" dan "kusam"... manusianya, kotanya, cuacanya, apapun itu.Â
Bersihkanlah lensa atau ganti kaca helm... simsalabim... seketika semuanya tampak lebih fresh dan jernih... di mana kita bisa melihat  momen-momen keindahan yang sebelumnya tak pernah "terlihat"