Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empati dalam Silaturahmi

17 Mei 2022   05:24 Diperbarui: 17 Mei 2022   07:30 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa disadari muncul "Ewuh pakewuh" (sungkan berlebihan). Tapi sekikuk-kikuknya suasana halalbihalal dengan keluarga besar, masih "terselamatkan" dengan semangat baraya (keluarga besar). Ada respek (rasa hormat), khususnya pada yang dituakan. Masih "dipagari" norma sopan santun (fatsun) adat tradisi. 

Walau begitu, tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan "standar" yang tanpa disadari dapat menyinggung perasaan yang ditanya. Contohnya pertanyaan "Kapan kawin?" yang bagi penanya diniatkan sebagai atensi, tapi bagi yang single (jomblo), pertanyaan basa-basi itu adalah "mimpi buruk". 

EMPATI DALAM REUNI 

Setelah berhalalbihalal dengan keluarga besar dan rekan-rekan kerja, biasanya diadakan Reuni, "lepas kangen" dengan kawan-kawan lama. Biasanya teman sekolah atau kuliah, dari teman sewaktu SD, SMP, SMA dan Universitas. Reuni yang berarti Re-union : bersatu kembali adalah suatu acara yang dilematis. Banyak yang merindukannya, tidak sedikit yang menghindarinya. 

Setelah berpisah belasan tahun, bahkan puluhan tahun, keadaan menjadi rumit (kompleks). Yang dulunya sewaktu sekolah dan kuliah, mereka "seragam" dan "sederajat" setelah perjalanan waktu sekian lama menjadi "beragam" dan "tidak sederajat". Ada yang Sukses dan ada yang Gagal... dalam berbagai hal : karir, harta, jodoh, keluarga, kesehatan, dll. 

Kita sering terjebak dengan memakai paradigma (cara berpikir) masa lalu : ketika masih bersekolah atau kuliah... teman reuni itu dianggap masih SAMA seperti dulu. Padahal kita semua BERUBAH. Bedanya ada yang sedikit berubah (misal : awet muda, tetap ceria), tapi ada pula yang berubah drastis : penampilannya kini bikin "pangling" dan "perilakunya bukan seperti yang dulu". 

Sesungguhnya setelah terpisah sekian tahun, kita TIDAK mengetahui apa yang terjadi dalam hidupnya. Mereka ada yang mengalami ujian hidup yang berat : bercerai, sakit keras, atau jatuh miskin. Merasa gagal dan menjadi "pecundang". Kawan lama seperti ini biasanya minder sehingga tak menghadiri undangan reuni. Kalaupun  "memaksa diri" atau "dipaksa"  untuk datang, mereka hadir dengan berat hati. Selama Reuni, mereka "menarik diri" dan pasif, lebih banyak diam. Apalagi jika mereka di dalam hati membandingkan kondisi mereka dengan  kawan-kawan yang lebih sukses dan kaya. Itu akan menjatuhkan kepercayaan diri mereka. Suasana hati mereka RENTAN (Fragile). Jika kita - kawan lama yang lebih beruntung - tidak sensitif dengan perasaan mereka, itu akan membuat mereka menyesal datang ke Reuni, dan besar kemungkinan kapok datang ke reuni berikutnya dan menghilang selamanya dari lingkaran pertemanan kita.

 Yang kita inginkan dengan Reuni adalah lepas kangen, tertawa lepas mengenang kenangan indah masa lalu. Melupakan sejenak dari beban dan masalah hidup saat ini. Reuni yang baik dapat membangkitkan semangat hidup (re-charge) bahkan katarsis (pelepasan emosi secara positif). 

Nostalgia itu baik untuk kesehatan mental. Walaupun kadang ada efek CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) yang bisa menjadi "bencana" (perselingkuhan) bagi yang sudah berkeluarga. 

Melihat kondisi psikologis di atas, sudah seharusnya ada "Etika Reuni" yang harus disadari oleh semua pesertanya. Disinilah pentingnya Empati dalam Reuni. 

Don'ts-nya adalah menghindari unjuk sukses dan kekayaan. Pamer harta, karir, suami/istri dan anak. Istilah kekinian-nya adalah "Flexing" : menunjukkan sesuatu kepemilikan atau pencapaian dengan cara yang dianggap  tidak menyenangkan bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun