Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

RIP Indonesia Lawyers Club (18 Februari 2008-15 Desember 2020)

16 Desember 2020   09:07 Diperbarui: 16 Desember 2020   09:10 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olah gambar dari tvone

"Kemiskinan itu Bentuk Paling Buruk dari Kekerasan" (Mahatma Gandhi)

 Acara "Indonesia Lawyers Club"(ILC)  memang sering menimbulkan pro-kontra... banyak fansnya, tapi tidak sedikit yang mencelanya. Tapi bagiku acara ini sedikit ALASAN mengapa masih rutin nonton TV lokal Indonesia.

 Adanya pendapat yang berbeda membuat LEBIH memahami masalah dari berbagai perspektif... bahwa tafsir atas Kebenaran di dunia yang fana ini tidak seragam, tapi BERAGAM. Argumentasi dan perdebatan di forum ini bagiku bagai "miniatur" kehidupan DEMOKRASI, dimana setiap orang BERHAK menyuarakan pendapat yang berbeda. 

Format ILC memang beda dengan "acara sejenis" (talkshow masalah sosial politik) di TV (Mata Najwa dan Rosi yang lebih mengandalkan kelihaian host bertanya dan "memotong pembicaraan" karena durasi acaranya yang terbatas). ILC lebih mirip Diskusi Panel, dimana para Narasumber dipersilakan berbicara panjang lebar tentang topik yang dibahas. Tentu ada kelebihan dan kekurangan format ini. Saya salut pada Karni Ilyas (yang sudah tidak muda lagi) sebagai Host yang kuat berdiri selama acara 2-3 jam itu (beda dengan Najwa dan Rosi yang duduk nyaman) dan begitu "sabar" mendengarkan pemaparan narasumber.

 Acara ini memang sangat panjang, bahkan pernah sampai jam 1 pagi... saya menontonnya sampai ketiduran... terbangun, nonton lagi dan tertidur lagi... sampai ILC terbawa dalam mimpi 

 Tadi malam menonton siaran TERAKHIR ILC sebelum acara ini menurut Karni Ilyas akan "cuti panjang". Episode perpisahan #ILCKamiPamit mengangkat tema "Renungan Akhir Tahun : Dampak Tekanan Ekonomi : Ibu Bunuh Anak, Suami Bakar Istri. Berangkat dari kejadian tragis baru2 ini : Ibu bunuh 3 anak di Nias, Suami bakar istri sampai mati karena tidak diberi uang untuk judi dan Anak yang bunuh Ibu. 

Kejadian kemanusiaan tragis yang tenggelam dengan hiruk pikuk "peristiwa nasional" : pemberitaan korupsi Mensos, Pilkada, dll. Topik ini diangkat sebagai PERINGATAN bagi kita semua. Jangan terlalu asyik berfokus pada politik , lihatlah kondisi masyarakat di sekitar kita dimana rakyat semakin menjerit. Pengangguran bertambah banyak, kemiskinan meningkat  dan muncul fenomena "Orang Miskin Baru" (OMB)... kriminalitas berlipat, kesenjangan sosial pun makin menganga. Bung Karni mengutip pendapat Mahatma Gandhi "Kemiskinan itu bentuk paling buruk dari Kekerasan".

Krisis makin panjang : Krisis Kesehatan -> Krisis Ekonomi -> Krisis Politik -> Krisis Sosial (yang paling dikhawatirkan). Rakyat di paling bawah sudah berada di titik API yang pada suatu waktu akan terbakar. Ini akan menjadi "Bom waktu" di depan mata yang siap meledak. Keprihatinan sosial ini PR Besar tahun 2021 yang harus dicari solusinya. Seperti kata Aa Gym Pandemi ini seharusnya menyadarkan kita semua untuk TOBAT dan Introspeksi.

ILC episode PERPISAHAN pada kemarin, Selasa Malam, 15 Desember 2020 ditutup dengan nyanyian simbolis budayawan Sujiwo Tejo dan REKAMAN flashback adegan-adegan menarik dalam ILC .

"Setiap Pesta pasti akan berakhir"... Penulis ucapkan terimakasih pada Bung Karni Ilyas dan tim ILC yang selama bertahun-tahun  telah membuat "Selasa Malam" menjadi seru.

ILC pun kini  menjadi korban terbaru "Tahun Pandemi". 

RIP ILC (18 Februari 2008 - 15 Desember 2020)

*Pandji Kiansantang, 16 Desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun