Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Masa Depan Pers di Tengah Disrupsi Digital

16 Februari 2022   10:08 Diperbarui: 16 Februari 2022   17:38 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media (Sumber: Pexels/Brett Sayles)

Di masa keemasannya bekerja di perusahaan media cetak nasional adalah sebuah prestasi dan prestise tersendiri. Apalagi jika medianya adalah pilihan beriklan semua biro iklan atau media buyer. Bisa dipastikan selain gaji dan tunjangan akan ada bonus berlipat tiap tahunnya.

Salah satu yang menjadi ciri media di era digital adalah keterbukaan. Dengan sistem klik, semua ada tercatat. Durasi berapa lama, apa yang dibaca atau lihat, tema apa saja, adalah data dari tiap pengguna media (konsumen) yang terdokumentasi. Termasuk perhitungan harga iklan yang didasarkan pada tarif per kliknya. Semua data akan membentuk algoritma tersendiri yang bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti trend, kebiasaan, daya beli, dan sebagainya.

Di samping itu era digital juga membuka kesempatan buat semua orang untuk bisa menjadi pembuat konten alias konten kreator, terutama di media sosial. 

Hiruk pikuk informasi tidak bisa dielakkan lagi. Informasi dari pers bersaing tidak hanya dengan informasi masyarakat yang dikenal dengan jurnalisme warga (citizen journalism) tapi juga dengan konten kreator yang dengan mudah membuat channel sendiri.

Selama dilakukan dengan niat baik, etika, dan profesional tidak ada yang salah dengan jurnalisme warga atau konten kreator perseorangan. Bahkan hal ini memberi perspektif baru mengenai permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat. Mengingat tidak semua peristiwa bisa diangkat oleh media konvensional.

Menjadi berbahaya saat produksi hoax menjadi lumrah dan tak terkendali. Hoax adalah ancaman dalam kehidupan manusia yang beradab. 

Sayangnya mencari keuntungan pribadi atau kelompok dengan cara-cara tak bertanggung jawab seperti ini masih dilakukan oleh sebagian pihak.

Demokrasi dan keterbukaan di era digital jangan sampai mematikan nurani dan kemanusiaan kita dengan bertindak atau memproduksi konten hoax.

Untuk itu perusahaan pers harus tetap ada, memberitakan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dengan kaidah dan prinsip jurnalistik yang baik. Perusahaan pers harus ikut bermain di era digital ini dengan lebih lihai dan terobosan-terobosan baru.

Cukup menyedihkan jika konsumsi media orang Indonesia adalah menonton, membaca, melihat konten-konten pamer-pameran harta dan sejenisnya yang menodai akal sehat dan nurani kemanusiaan yang adil dan beradab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun