Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Umroh Merana akibat Corona

28 Februari 2020   17:15 Diperbarui: 28 Februari 2020   17:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
YouTube channel: Haramaininfo

Sejak tanggal 27 Februari 2020, Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan peraturan baru terkait visa, baik umroh dan kunjungan turis untuk seluruh negara dalam rangka pencegahan menyebarnya Virus Corona yang belum ada obatnya itu.

Video antrian koper di Bandara Soekarno-Hatta menjadi viral di media sosial dan juga grup percakapan akibat peraturan baru tersebut. Kasus Corona makin meluas yang berimbas ke banyak sektor di berbagai negara. 

Virus yang pertama ditemukan di Wuhan China sudah menyebar ke Asia Timur seperti Jepang dan Korea juga ke Eropa. Sudah memakan 2.800 korban meninggal.

Di Iran bahkan dua pejabat tingginya terserang virus ini bahkan saat memberikan keterangan pers. Semua negara mulai waspada tidak terkecuali Arab Saudi di mana setiap harinya puluhan ribu sampai ratusan ribu orang berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk melakukan ibadah umroh. Suatu langkah yang wajar diambil sebuah otoritas pemerintahan mengingat Corona mulai berdampak pada perekonomian dunia. 

Arab Saudi perlu mengambil langkah apalagi mereka mempunyai program besar-besaran di tahun 2030. Jangan sampai wabah Corona ini membuat program besar negara tersebut berantakan. Mencegah tentu lebih baik dibanding mengobati. 

Arab Saudi perlu memetakan lagi ancaman virus tersebut sambil berbenah diri apalagi untuk jangka pendeknya musim haji 2020 tinggal beberapa bulan lagi. 

Penyetopan sementara jamaah umroh diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk di masa datang. Lalu apa akibatnya jika penghentian umroh ini terus berlangsung?

Minggu lalu dalam pertemuan G20 di Riyadh, Arab Saudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan Indonesia adalah pengirim wisatawan terbesar ke Arab Saudi lewat jalur umroh dengan angka sebesar 1.050.000 wisatawan per tahunnya. Salah satunya akibat antrian ibadah haji yang sangat terbatas karena aturan kuota. Jumlah ini naik terus dan mulai mendekati Pakistan yang selama ini selalu memegang rekor pengirim jamaah umroh terbesar. Jarak Pakistan ke Arab Saudi yang lebih dekat dan lebih murah pastinya menjadi pendorong betapa antusiasnya umat islam pada ibadah umroh ini. 

Di sisi lain Arab Saudi sedang mempersiapkan diri menjadi negara Islam yang lebih terbuka di segala aspek kehidupannya. Selain tidak lagi mengandalkan minyak bumi sebagai sumber pendapatan negara. Hal yang sebenarnya sudah duluan dilakukan oleh negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait. 

Setelah booming minyak sekitar tahun 1970-an dan menjadikan sebagian besar negara-negara Timur Tengah dijuluki negeri petro dollar, negara-negara makmur di mana stereotype orang-orang kaya dunia di cerita novel atau film-film Hollywood sering diidentikan pada orang-orang Arab.

Arab Saudi seperti berada di persimpangan. Sebagai negara dengan dua tanah haram, Mekkah dan Madinah, pusatnya agama Islam di mana sejarah agama ini diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW menjadikan posisi Arab Saudi menjadi istimewa sekaligus pula dilema. Tapi trend-nya industri wisatalah yang akan menjadi penopang perekonomian masa depan. 

Seakan tak ingin lagi kecolongan dengan Dubai atau Abu Dhabi,  Arab Saudi akan menyulap Riyadh, Jeddah, dan kota-kota lain sebagai tujuan pelancong internasional. Di samping mengembangkan Mekkah dan Madinah sebagai tujuan wisata reliji. Konon di tahun 2030 kawasan Masjidil Haram saja bisa menampung 30 juta jamaah. Pariwisata menggerakan banyak sektor, hotel, properti, perdagangan, ekspor-impor, belanja, dan hiburan. 

Tanpa membahas politik dalam negeri Arab Saudi yang juga penuh kontradiksi akhirnya sampai pada kebijakan besar yang diambil pemerintahan Arab Saudi. Mereka mencanangkan tahun 2030 adalah era baru Arab Saudi. Mimpi besar itu sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. 

Penyetopan visa umroh tentu akan merugikan perusahaan travel umroh di banyak negara. Di samping tentu saja kekecewaan para jamaah yang sudah menabung dan menunggu agar bisa melihat Ka'bah, sholat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, mengujungi makam Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Kecewa dan sedih tentu saat rombongan yang sudah sampai Turki dipulangkan ke Indonesia tanpa menginjak tanah Arab Saudi. Ada juga cerita rombongan yang sudah di Madinah selama empat hari tapi gagal masuk Mekkah, tempatnya melaksanakan umroh, dan harus kembali ke Madinah untuk dipulangkan ke tanah air. 

Semoga pemerintah Arab Saudi bisa segera memecahkan solusinya dan tidak terlalu lama untuk membuka lagi visa umroh bagi umat muslim yang akan selalu rindu pada dua tanah haramnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun