Mohon tunggu...
Pitut Saputra
Pitut Saputra Mohon Tunggu... Freelance Adventure || Pelukis || Penulis || Seniman

Selalu ada cerita dalam setiap langkah perjalanan, karena hidup adalah sebuah petualangan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pesona Mudik, Pulang Kampung Halaman, Dari Perspektif Seorang Pedagang Angkringan.

24 Maret 2025   18:08 Diperbarui: 24 Maret 2025   18:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Topik, pejuang keluarga dari Gunung Sepikul DIY)

Kenangan itu rasanya ingin sekali Dia ceritakan pada anak-anaknya, namun sempat tertahan dan sedikit malu, karena sebenarnya dia berharap bahwa anak-anaknya memiliki masa depan dan kenangan serta pendidikan yang lebih baik lagi dari darinya. Hingga akhirnya kenangan ini hanya tersimpan dalam benaknya, menunggu bila sewaktu waktu ditanyakan oleh anaknya baru akan di bukanya persoalan kenanga masa lalu tersebut.

Itulah kenapa tiap kali saat Topik melamun ketika saya perhatikan terkadang Dia tersenyum dan tertawa sendiri. Setelah mencoba mencari tahu, ternyata itulah alasan dari senyumnya yang seakan di telan, ya orang tua mana yang tak ingin anak-anaknya bisa lebih baik nasibnya daripada dirinya. Maka dari itu dia tak ingin masa lalunya justru menjadi gambaran pahit bagi anak-anaknya, Dia tak ingin menggangu masa kecil mereka saat ini, yang sudah terbiasa dengan hal hal yang berlangsung di kota.

Meskipun juga terkadang pergaulan kota tak lebih baik dari pergaulan kampung, atau justru lebih banyak individualisnya daripada sosial komunal bergaul dengan sebaya, terlebih semenjak masuknya Handphone (Hp) atau ponsel cerdas. begitulah perkembangan jaman memang tak selalu sejalan dengan harapan dan kenyataan.

(Gunung Sepikul lokasi daerah kampung halaman Topik di DIY )
(Gunung Sepikul lokasi daerah kampung halaman Topik di DIY )

Kembali lagi Topik bercerita terkait pesona mudik, "Jadi pada Idul Fitri atau lebaran hari kedua, biasanya memang ada semacam kondangan syukuran bersama dikampung, sore pada lebaran pertama itu biasanya ada kondangan apem, kemudian siang hari pada lebaran kedua ada kondangan nasi, ini adalah wujud syukur dari beberapa kepala keluarga dan masyarakat di sekitar sana. biasanya juga ada pertunjukan Reog oleh warga sekitar di Balai Desa, namun untuk tahun 2025 ini, entahlah apakah masih ada atau tidak, yang pasti bisanya setelah acara kundangan tersebut, baru para Warga Desa berkeliling untuk bersilaturahmi dan meminta maaf pada tetangga-tetangga dekat." jelasnya.

"Darimanapun merantau biasanya saat lebaran Idul Fitri memang masyarakat sekitar seringkali mudik, untuk pulang kampung, sebatas bertemu dengan keluarga dan rekan sejawat maupun sanak family serta memanfaatkan moment tersebut sebagai media silaturahmi dan dan saling memaafkan." terangnya

"Ada juga sebenarnya beberapa obyek wisata seperti Gunung Gambar, Wisata Curug, Sendang Ki Truno Lele, dan banyak lagi tempat wisata alam yang masih alami disana, dan pada beberapa waktu tertentu, memang selalu ramai pengunjung, tapi saya sendiri jarang kesana, disamping tidak punya bekal, juga karena disana kebanyakan pemandangan orang berpacaran, jadi kurang bagus lah buat anak-anak kecil, " terang Topik mengutarakan alasannya.

"Pesona pulang kampung di saat Hari Raya Idul Fitri atau mudik lebaran kalau menurut saya, ya begitulah pulang sungkem dengan orang tua, silaturahmi dengan keluarga masyarakat maupun teman lama di kampung, trus bercerita dan kangen-kangenan dengan keluarga dan teman, makam bersama, itu menjadi pesona tersendiri buat kami, yang selalu menggelitik rasa untuk tetap pulang mudik, apapun alasannya, sebab kesempatan untuk bisa bertemu dan berkumpul seperti itu kan memang jarang kalau tidak pas Hari Raya Idul Fitri," terangnya.

Ditambahkan lagi olehnya "Paling kami mudik, pulang kampung saat hari Idul Fitri itu, hanya beberapa hari saja, kadang dua atau tiga hari sebelum akhirnya kembali ke Delanggu. Sebatas hadir pada upacara kenduri dan juga yang utama memanfaatkan moment  saling bermaafan di keluarga dan masyarakat bersama, setelah itu sudah, kami pun balik ke Delanggu dan saya kembali berdagang" pungkas Topik dengan polos.

"Momentum bersimpuh di kaki ibu dan bapak memohon maaf atas apa yang selama ini telah dilakukan, saya rasa itu adalah momentum paling berkesan dan menjadi pesona tersendiri bagi kami, kesempatan yang hanya bisa di temui ketika momentum Hari Raya Idul Fitri." paparnya .

"Kemudian terkadang juga saya bertemu teman-teman lama di kampung, yang saat ini telah berpencar dan merantau kemana- mana, ada yang di Jakarta, Jogya bahkan luar Jawa, momentum itu biasanya kami manfaatkan guna saling silaturahmi bertanya kabar, siapa tau ada juga lowongan pekerjaan yang sekiranya lebih menjanjikan, sembari basa basi dan bercerita terkait pengalaman waktu kecil silam ketika di kampung, serta sebatas berkenalan dengan keluarga baru atau anak-anaknya, ini menjadi kemenangan tersendiri yang tak terlupakan, di saat Lebaran Idul Fitri," ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun