Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dikandung Tanpa Dosa dan Dosa Asal

8 Desember 2020   18:07 Diperbarui: 9 Desember 2020   01:11 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://parokisalibsuci.org/2016/09/27/panduan-ibadat-rosario/

Tapi chaos berbeda dari misteri Kristen tentang dosa. Dengan menyebut chaos 'dosa', kita membuat pernyataan iman dan harapan: pernyataan bahwa chaos itu, meskipun terlalu nyata, tidak menghalangi tujuan Allah. Memang, budaya manusia biasanya menggunakan bahasa Tuhan sebagai mekanisme sanksi, pemerasan emosional. Sangat mudah perasaan bersalah kehilangan titik temu dengan kualitas benar-salah yang objektif. Seperti yang pernah dikatakan seorang wanita bijak kepada saya, 'Umat Katolik tahu banyak tentang rasa bersalah, dan sangat sedikit tentang dosa'.

Misteri Kristen tentang dosa berpusat, bukan pada pertanyaan moral benar- salah, tetapi pada iman dan harapan. Jadi, setiap perpindahan teologis dari chaos menuju dosa membuka sebuah perspektif pengharapan. Kita tidak bisa berbicara tentang dosa asal tanpa kesiapan membayangkan hidup tanpanya. Rumus standarnya 'Maria dikandung tanpa dosa asal' menampilkan Maria dalam istilah yang secara logis negatif. 

Itu dimulai dari kesulitan-kesulitan manusia, dan menjadikannya sebagai dasar tetap dari mana mereka dapat mengeksplorasi kekudusan sebagai ketidakhadiran yang luar biasa. Patut diingat, Kekristenan tidak berarti apa-apa tanpa perubahan diri. Teka-teki sebenarnya bukanlah bagaimana Tuhan dapat menciptakan Yesus dan Maria yang tidak berdosa, melainkan tentang bagaimana kebaikan Tuhan dapat hidup berdampingan dengan ciptaan yang berdosa.

Tidak ada jawaban teologis untuk pertanyaan ini. Beberapa teolog telah berbicara tentang 'Tuhan menghormati kebebasan ciptaan', tetapi tidak memuaskan. St. Ignatius dalam Latihan Rohani bahkan menyebut bukan pada pengalaman pengampunan, sebaliknya, gerakan menuju tempat di mana manusia berteriak heran. Bagaimana bisa dunia ini terus berjalan ketika ada begitu banyak perlawanan terhadap Tuhan? Mengapa Tuhan tidak menyerah begitu saja atau membuang kita ke Neraka?

Kekristenan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Wahyu kebaikan ilahi menjaga pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab ini tetap terbuka, kebaikan yang menjanjikan harapan, kebaikan yang mengundang manusia untuk tidak benar-benar memahami melainkan untuk bersatu. Terang bersinar dalam kegelapan, terang yang tidak bisa dilakukan kegelapan, sebuah cahaya dinyatakan di dalam Yesus dan Maria tanpa dosa. Jika teologi gagal, cahaya --- dan lilinnya --- tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun