Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adat dan Tradisi Semakin Ditinggalkan namun Sejatinya Sangat Penting

8 Mei 2014   23:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Era modern saat ini sedikit banyak berimbas pada adat dan tradisi atau dengan kata lain adat dan tradisi semakin ditinggalkan namun sejatinya sangat penting karena berkaitan dengan asal muasal dan falsafah hidup. Memang di beberapa wilayah di Indonesia masih memegang teguh adat dan tradisi. Apa sebenarnya yang menjadikan adat dan tradisi semakin di tinggalkan atau terkikis?.

Semakin tahun, perkembangan hidup semakin maju dan modern demikian ungkapan banyak orang. Akan tetapi ada yang sangat mendasar tentang mengapa adat dan tradisi semakin ditinggalkan/terkikis tentu saja jawabannya adalah tentang bagaimana perilaku kita saat ini. Perilaku kita (manusia), sering kali terbawa arus akan perkembangan jaman (era modern).

Apa saja perilaku yang membuat adat dan tradisi semakin terkikis?. Semakin banyak orang yang lupa atau sengaja melupakan adat dan tradisi akibat perubahan jaman. Perilaku yang di maksud, tentu saja tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Tengok saja, adat dan tradisi jaman ini; tradisi sederhana berganti mewah-mewahan, gengsi dan perilaku menyimpang. Semakin banyak orang lupa dengan norma tradisi dan aturan. Adat tradisi norma sopan santun telah berganti tega. Bermewah-mewah namun tidak jarang mengilas para akar rumput. Adat lisan dan tulisan tergerusoleh gengsi dan perilaku menyimpang. Anak muda lebih mengenal dunia game online ketimbang main guli, petak umpet dan pangkak gasing. Di satu sisi memang tidak salah dengan perkembangan jaman namun banyak diantaranya tergelincir oleh arus jaman. Tidak sedikit yang mengambil jalan pintas seperti narkoba, seks sebelum nikah dan menyia-nyiakan hidup hanya untuk sesaat. Waktu/jam berkumpul dengan keluarga berganti kongko-kongko yang keluar jalur. Damai tentram berganti teriakan knalpot yang membuat gaduh. Gengsi berubah menjadi gank yang menakutkan ibarat perompak mengambil langkah dengan berbagai cara dan bersaing menggerus bernama korupsi tiada henti. Tertawa berganti tangis, banyak bayi tak berdosa menderita karena tidak direstui dibuang dan tidak dianggap. Anak muda lebih suka membuat dari pada memilihara.

Adat dan tradisi lampau yang terkenal dengan saling menghargai sesama dan lingkungan berganti serakah. Tidak sedikit kita lupa pada semua, Alam semesta dan jagat raya semakin sering kita sakiti, hina dan rampas. Tak terhingga sepanjang masa ada berapa nafas terpotong setiap hari demikian juga nasib hidup para tajuk-tajuk pepohonan dan satwa dalam genggaman para pelomba penimbun mata uang. Harga nyawa bisa dibeli bertukarkan mata pisau dan saling bersaing mengadu domba.

Lain dulu lain sekarang, adat dan tradisi tergerus jauh berubah. Tampaknya adat dan tradisi lampau yang dulu baik semakin ditinggalkan. Tradisi baru semakin merajai mendera setiap detik waktu. Tradisi baru menjadi candu yang semakin terlihat, tradisi lama semakin redup dan rentan lenyap tak berbekas melintas batas negeri berjuta cerita dan adat tradisi.

Kita memang tidak bisa merubah waktu. Hanya waktu yang bisa merubah jaman dari detik demi detik dan terus berjalan. Demikian pula dengan adat dan tradisi yang semakin hari semakin berpadu dan bercampur. Akan tetapi, ini realita bicara adanya. Memang masih ada waktu dan kesempatan semua untuk memperbaiki dan berubah sembari berharap adat dan tradisi masih tersisa di hari esok menjelang. Semoga saja....

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun