Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Tradisi Bejujong (Ngamaru) Podi Ketika Panen Tiba

13 April 2018   12:19 Diperbarui: 13 April 2018   13:10 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetua adat sekaligus dukun yang ikut berpartisipasi dalam acara ngamaru. Foto dok. Melki

Adat tradisi Bejujong merupakan salah kearifan lokal yang masih lestari hingga kini di Desa Gema, Kec. Simpang Dua, Ketapang, Kalimantan Barat.

Singkatnya, Bejujong (Ngamaru) merupakan adat permulaan yang dilakukan sebelum pesta panen padi dimulai.

Bejujong merupakan bahasa masyarakat Gore Mantok (sebutan khusus masyarakat Gerai/Gema). Sedangkan Ngamaru adalah bahasa penyebutan oleh masyarakat Simpang dan Kualan.

Dahulu kala, tradisi ini menjadi keharusan untuk dilakukan sebelum panen dimulai. Akan tetapi kini, tradisi ini tidak lagi menjadi keharusan untuk dilakukan karena faktor biaya yang cukup besar jika melakukan tradisi ini.

Seperti beberapa waktu lalu, tepatnya di penghujung bulan Februari, di Desa Gema, lebih khusus pihak Desa memiliki inisiatif untuk menyelenggarakan tradisi ini, kata Vinsentius salah seorang warga Desa Gema.

Sebelum tradisi Bejujong dimulai, biasanya terlebih dahulu dilakukan "Cupuwe"dalam bahasa Gerai (partisipasi dan urunan masyarakat- red). Hal ini dilakukan untuk keterlibatan meringankan biaya ritual tersebut, ujar Vinsentius.


Selanjutnya setelah Bejujong dilakukan, kemudian masyarakat yang mengumpulkan Cupuwe mengambil padi baru (padi muda sudah berisi) kemudian dibuat omping. Omping yang dimaksud merupakan padi muda yang sebelumnya terlebih dahulu ditumbuk dengan menggunakan lesung. Setelah padi muda ditumbuk kemudian ditampi dan omping pun siap dihidangkan.

Adapun prosesi yang dilakukan selama tradisi Bejujong antara lain masyarakat memeriahkannya dengan tari-tarian daerah dan diiringi gong gamal (alat musik setempat) sembari menikmati Omping.

Omping yang disajikan saat acara Bejujung berlangsung. Foto dok. Melki
Omping yang disajikan saat acara Bejujung berlangsung. Foto dok. Melki
Dalam adat tradisi Bejujong juga disuguhi pula minuman tradisional tuak secukupnya untuk dinikmati oleh tamu undangan dan tetua adat (domong adat).

Para tamu undangan yang ikut dalam kegiatan Bejujong. Foto dok. Melki
Para tamu undangan yang ikut dalam kegiatan Bejujong. Foto dok. Melki
Jika merunut dari tradisi Bejujong jaman dulu, masyarakat tidak diperbolehkan memanen padi apabila tidak menggelar upacara Bejujong.

Di tempat upacara digelarnya tradisi, biasanya terdapat taman (wadah) segi empat yang terbuat dari bambu kuning untuk tempat sesajian dan alat-alat pertanian yang biasa digunakan oleh petani ketika berladang seperti parang, beliung, isau kapakdan lainnya di simpan didalam taman. Taman tersebut juga dihiasi oleh komakng (tanaman bunga-bunga hiasan di ladang). Selain itu, hiasan-hiasan lainnya seperti kupong podi (ikatan padi), biasanya padi pulut/padi ketan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun