Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ini Cara Mereka Menjaga Tradisi dan Merawat Bumi

5 Oktober 2017   16:04 Diperbarui: 5 Oktober 2017   16:30 1940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah mereka yang berkreasi menganyam produk dari bahan baku pandan. Foto dok. Yayasan Palung

Banyak cara yang bisa dilakukan dengan tujuan untuk melindungi populasi orangutan dan keanekaragaman hayati yang ada disekitar Taman Nasional Gunung Palung. Seperti misalnya  Yayasan Palung bekerja langsung bersama masyarakat yang tinggal dilokasi tersebut untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang tersebar di dalam masyarakat.

Adapun tujuan utama dari kegiatan ini untuk mengembangkan mata mencaharian alternatif bagi masyarakat lokal sehingga ancaman terhadap kerusakan hutan atau lingkungan bisa diminimalisir melalui pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Kelompok masyarakat lokal yang dimaksud adalah komunitas perajin hasil hutan bukan kayu yang tersebar hampir sekitar 90% diseluruh desa yang ada disekitar TNGP dan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 35 tahun 2007, komunitas perajin tradisional tersebut memiliki nilai penting berupa nilai budaya, nilai lingkungan dan nilai ekonomi.

Kreasi dari hasil anyaman. Foto dok. Yayasan Palung
Kreasi dari hasil anyaman. Foto dok. Yayasan Palung
Jenis HHBK yang dikembangkan berupa pengelolaan daun pandan dan pucuk nypa palmyang tersebar luas disekitar TNGP.Sejak tahun 2011 hingga saat ini, Yayasan Palung telah bekerja bersama 4 (empat) kelompok perajin HHBK yang tersebar di 4 (empat) desa yang berada di kawasan penyangga TNGP. Ke-empat desa tersebut adalah desa Sejahtera, desa Pangkalan Buton, desa Harapan Mulia dan desa Batu Barat. Dari keempat desa tersebut ada 34 orang perajin yang bekerjasama langsung dengan Yayasan Palung untuk mempromosikan perlindungan kawasan hutan melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Dari 34 orang tersebut, 32 orang diantaranya adalah perempuan.

Dari sekian banyak manfaat dan konstribusi perajin Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap konservasi dikawasan TNGP, perkenalkan;

Dilahirkan dan dibesarkan di Desa Sejahtera, Kabupaten Kayong Utara. Ibu Ida lahir dari keluarga petani yang sangat sederhana. Keterampilan menganyam pandan telah dimiliki oleh Bu Ida secara turun-temurun dalam keluarganya. Keterampilan menganyam dalam keluarga Bu Ida merupakan suatu kebutuhan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan sandang dalam keluarganya seperti perlengkapan dan peralatan rumah tangga demi menghemat pengeluaran keluarganya. Kebutuhan yang dimaksud misalnya, tikar pandan yang digunakan untuk menjadi alas menjemur padi dan alas tidur bahkan termasuk untuk membungkus jenazah bagi keluarga yang telah meninggal. Bahkan dalam beberapa kesempatan Bu Ida dan keluarganya menjual tikar kepada kerabat dan keluarganya dan hasil penjualan tersebut digunakannya untuk membayar biaya sekolah Ibu Ida. Latar belakang pendidikan Ibu Ida adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Ibu Ida, 45 tahun memakai hijab, foto 2015 saat bersama Komunitas Pesisir di Biak, Papua. Foto dok. Yayasan Palung
Ibu Ida, 45 tahun memakai hijab, foto 2015 saat bersama Komunitas Pesisir di Biak, Papua. Foto dok. Yayasan Palung
Walau demikian pengetahuan dan keterampilan Ibu Ida dan keluarganya hanya sebatas menganyam tikar sehingga pekerjaan utama Bu Ida bersama keluarganya adalah bertani padi dan membuka ladang di gunung atau di hutan yang biasanya ditempuh sekitar 1-2 jam berjalan kaki dari rumah menuju lokasi ladangnya yang ternyata merupakan habitat orangutan di kawasan TNGP.

Disinilah peran Yayasan Palung terhadap persoalan tersebut dimulai;

Sabtu, 13 Agustus 2011 dikantor Kepala Desa, desa Pangkalan Buton, Yayasan Palung mengadakan pertemuan untuk membuat kelompok HHBK bersama masyarakat di desa Pangkalan Buton. Mendengar ada pertemuan tersebut, Bu Ida memberanikan dirinya untuk datang ke pertemuan tersebut. Dengan ijin dari masyarakat dan komunitas perajin di desa Pangkalan Buton akhirnya Bu Ida bisa menjadi bagian dari kelompok perajin "Peramas Indah" di desa Pangkalan Buton.

Inisiatif, komitmen dan dedikasi Ibu Ida ditunjukannya kembali pada tahun 2013, saat Yayasan Palung memulai kerjasama pemasaran lokal dengan DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional dan Daerah) milik Pemerintah Daerah KKU, Ibu Ida dipercaya oleh perajin yang lain untuk memimpin mereka dalam meningkatkan produktifitas produk anyaman pandan milik perajin untuk dijual secara rutin setiap bulan ke DEKRANASDA KKU dan masih terus berjalan hingga saat ini.

Pada bulan Agustus 2014, konsistensi Ibu Ida dalam memimpin perajin tradisional mulai dikenal oleh publik. Hasilnya, Bu Ida mulai diminta untuk melatih komunitas lokal yang tinggal dikawasan konservasi dalam hal pemanfaatan HHBK untuk ekonomi masyarakat. Perkumpulan SAMPAN dari Pontianak mengundang Ibu Ida untuk melatih dan membina komunitas lokal yang tinggal di kawasan lindung Kecamatan Hulu Sungai, Kalimantan Barat. Dan berlanjut pada November, 2014 melalui Yayasan Palung, Ibu Ida kembali diundang oleh Yayasan Dusun Papua/ YADUPA di Kepulauan Biak, Papua untuk melatih komunitas lokal di Papua dalam mengelola dan memanfaatkan pandan untuk pelestarian kawasan mangrove melalui pengembangan ekonomi masyarakat disana.

Tanggal 15 Maret 2015, Ibu Ida membantu Yayasan Palung dalam mengorganisir perajin tradisional disekitar TNGP untuk membuat kesepakatan bersama dalam perlindungan orangutan dan kawasan TNGP. Akhirnya sebanyak 57 orang perajin memberikan komitmennya secara tertulis untuk melindungi orangutan dan kawasan TNGP. Hal tersebut didokumentasikan dalam lembar Kesepakatan Konservasi Alam (KKA) dengan Nomor: I/KKA/SL-YP yang disaksikan dan ditanda-tangani secara resmi oleh Balai TNGP melalui Kepala Resort Sukadana.

Tikar pandan, hasil dari kreasi anyaman para perajin. Foto dok. Yayasan Palung
Tikar pandan, hasil dari kreasi anyaman para perajin. Foto dok. Yayasan Palung
Pada Desember 2015 silam, melalui permintaan komunitas perajin di desanya, Ibu Ida membentuk UKM (Usaha Kecil Menengah) yang diberi nama UKM Ida Craft. Kelompok UKM Ida Craft sepenuhnya digerakkan sendiri oleh para pengrajin pandan yang tergabung di dalam kelompok ini dan saat ini telah bekerjasama secara resmi bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan KKU. Beberapa produk tikar pandan dari kelompok UKM Ida Craft telah mewakili Kabupaten Kayong Utara dalam event internasional seperti Milan Expo yang diselenggarakan di Italia pada tahun 2015.

Pada September 2016, Ibu Ida dipilih oleh masyarakat dan Pemerintah Desa di desa Sejahtera, KKU untuk menjadi Ketua PKK Pokja II Bidang Keterampilan Pemberdayaan Masyarakat. Sebagai informasi, desa Sejahtera merupakan desa strategis kawasan TNGP dengan potensi konflik tenurial yang cukup besar dan merupakan salah satu akses utama bagi para peneliti orangutan menuju camp Cabang Panti.

Oktober 2016, Ibu Ida memimpin 14 orang perajin pandan dari beberapa desa disekitar TNGP untuk memproduksi dan menjual sekitar 1.250 pieces tas pandan seharga @Rp.50.000 kepada DEKRANASDA KKU untuk kegiatan Festival Sail Karimata yang dihadiri oleh Presiden RI. Tidak hanya itu, Bu Ida diminta oleh Pemerintah Daerah KKU untuk mendemonstrasikan keterampilan menganyam pandan dihadapan Presiden.

Melalui penjualan 1.250 pcs tas pandan saat itu, Bu Ida dan perajin pandan disekitar TNGP mendapatkan keuntungan sebesar 1.250 x Rp. 40.000 = Rp. 50.000.000,- (setelah dipotong pengeluaran produksi sebesar @Rp. 10.000). Dari total tersebut, 14 orang perajin pandan mendapatkan keuntungan masing-masing sebesar Rp. 3.571.428 melalui penjualan di festival tersebut. Hal ini belum dihitung dengan penjualan lainnya, misalnya ke toko Borneo Chic di Jakarta dan pesanan-pesanan lainnya yang bersifat lokal.

Sejak awal tahun 2016, Ibu Ida dan beberapa perajin dari kelompok UKM Ida Craft secara rutin setiap bulan aktif mengajar anyaman pandan di beberapa sekolah di Kecamatan Sukadana, dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Kejuruan. Dan pada bulan April 2017, para pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) 1 Sukadana, yang dibina oleh ibu Ida menjadi juara 2 (dua) Festival Budaya, Kabupaten Kayong Utara dalam kategori Anyaman Tradisional. Hal yang cukup membanggakan bagi anak muridnya.

Dari semua catatan tersebut, yang paling terasa spesial terjadi pada bulan Oktober 2015. ibu Ida mengorganisir satu orang penambang batu dan pasir (illegal) dikawasan mangrove TNGP untuk berubah profesi menjadi perajin pandan.

Ibu Vina, Foto dok. Yayasan Palung
Ibu Vina, Foto dok. Yayasan Palung
Adalah Ibu Vina, seorang perempuan berusia 39 tahun yang tinggal di dusun Pasir Mayang dan dekat dengan rumah ibu Ida. ibu Vina selama bertahun-tahun lamanya menjadi penambang illegal dikawasan tersebut, tujuannya untuk membantu ekonomi keluarga dan suaminya yang kurang mampu. Mengetahui hal itu, ibu Ida selalu menyempatkan waktunya untuk membina Ibu Vina dalam menganyam pandan hingga pada suatu waktu Bu Vina berhasil menyelesaikan satu lembar tikar pandan dengan kualitas yang cukup baik. Untuk membuka hati Ibu Vina, Ibu Ida mengajak ibu Vina kepada DEKRANASDA KKU dan menjual langsung tikarnya tersebut. ibu Vina terlihat sangat senang setelah mengetahui harga jualnya yang cukup tinggi. Bu Vina memperoleh Rp. 350.000 dari penjualan 1 lembar yang dikerjakannya setiap paruh waktu setiap malam diwaktu istirahatnya. Dibandingkan dengan pekerjaannya sebagai penambang batu dan pasir,ibu Vina memperoleh Rp. 350.000 setelah bekerja selama 3 hari dari pagi hingga sore setiap hari dikawasan pesisir pantai Pasir Mayang.

Karena hal ini, secara perlahan ibu Vina mulai fokus dalam membuat tikar dan dalam satu minggu (6 hari) Bu Vina bisa memproduksi sekitar 2-3 lembar tikar pandan. Kerjasama Yayasan Palung dan Bu Ida bersama DEKRANASDA KKU menjadi jaminan bagi ibu Vina untuk menjual tikarnya secara rutin. Dengan dasar tersebut, akhirnya saat ini ibu Vina telah meninggalkan pekerjaannya yang lama dan menjadi seorang perajin pandan sebagai mata pencaharian utamanya. Dan saat ini ibu Vina terhitung sebagai salah seorang anggota aktif dalam Kelompok UKM Ida Craft. Yang terpenting dari catatan ini adalah, saat ini ibu Vina memiliki waktu senggang untuk bersama anak-anaknya setelah sebelumnya ibu Vina tidak memiliki waktu tersebut saat ibu Vina menjadi penambang batu dan pasir dikawasan mangrove TNGP.

Semua kisah ini tentu saja karena adanya komitmen dan dedikasi yang kuat dari para perajin lokal di KKU seperti yang ditunjukkan oleh ibu Ida. Dan pengalaman ini menjadi motivasi penting bagi Yayasan Palung untuk terus berharap dan percaya bahwa masih ada kelompok masyarakat disana yang mau dengan rela dan memiiki komitmen kuat untuk mendukung langsung perlindungan hutan dan orangutan.

Petrus Kanisius (Pit)-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun